@BKS hadir untuk mengungkap KEKRISTENAN yang dianggap TABU ...TINGGALKAN JEJAK ANDA DI KOLOM KOMENTAR ...terima kasih....

Rabu, 25 Januari 2012

KITAB DAN SUHUF PARA NABI ALLAH SERTA POSISINYA DALAM DAKWAH PRA KENABIAN MUHAMMAD

Kesempurnaan Al-Islam, ditandai oleh turunnya Al-Maidah, ayat 3, yang diturunkan ketika haji wada.[1] Dalam khutbahnya, Rasulullah Saw bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya syaitan telah putus asa (berharap banyak) dapat disembah di negerimu ini (baca: Mekkah)”.[2] Peristiwa ini menandakan bahwa proses penancapan dasar Tauhid oleh para nabi sejak risalah pertama oleh Nabi Nuh hingga Isa a.s, dan Nabi Muhammad telah sempurna.[3] Hal ini menandakan bahwa wahyu, atau penyampaian kehendak Allah kepada manusia, memiliki sejarah panjang, dan memiliki beragam bentuk. Wahyu, atau dalam bahasa Ismail Al-Faruqi disebut sebagai, data revelata dilestarikan melalui hafalan.[4] Bentuk-bentuk itu, dikenalkan dalam Al-Quran sendiri, dengan sebutan beragam: Zabur, Taurat, Injil, dan suhuf. Kitab Zabur disebut sebanyak 2  kali dalam bentuk zâbûr dan 2 kali dalam bentuk zubur. Taurat disebutkan secara bergandengan dengan Injil sebanyak 7, disandingkan dengan Al-Quran sebanyak 1 kali, disandingkan dengan injil dan hikmah sekaligus sebanyak 2 kali. Sedangkan Taurat yang disebutkan secara mandiri sebanyak 7. Sedangkan injil yang disebut secara mandiri sebanyak 3. Sedangkan suhuf disebutkan tiga kali, namun dalam surat Abasa , ayat 13,  suhuf disebutkan –sebagaimana menurut tafsir mu’tabar, merujuk pada Al-Qur'an.

Namun bagaimana isi dari data revelata itu? Sebab jika merujuk kepada Al-Quran, tidak ada gambaran detail mengenai isi dari kitab dan suhuf. Namun yang paling jelas dan meyakinkan adalah bahwa Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, merupakan pembenar (mushaddiq) terhadap kitab-kitab terdahulu dan mengimaninya merupakan sebuah kewajiban. Peran Al-Quran sebagai mushaddiq sekaligus penyempurna hukum-hukum sebelumnya sekaligus membatalkan sebagian hukum-hukum Taurat yang secara khusus di-taklif-kan kepada Bani Israil, menandakan bahwa dalam proses pewahyuan ada sebuah perubahan (change) dan kesinambungan (continuity). Kepentingan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hukum yang tertuang dalam kitab dan suhuf para nabi terdahulu sehingga dengan segera dapat tergambar apa yang menjadi ushul al-dakwah para nabi itu. Namun harapan atas kesulitan-kesulitan di atas seolah muncul setelah kita mengetahui secara historis bahwa Nabi Ibrahim –salah satu nabi yang menerima suhuf, hidup pada zaman patriarkal -2000-1400 SM- ada kemungkinan bahwa beliau bisa menulis dan membaca serta memandang hormat teks pesan Ilahi seperti orang-orang sezamannya, Hammurabi, yaitu orang-orang senegri dengan Ibrahim. Kendati arkeolog belum menemukan bukti fisik keberadaanya, beralasanlah untuk mengharap keberadaan mereka.[5]
Harapan itu menjadi lebih terang terlebih setelah penemuan arkeolog yang mengejutkan banyak ahli filologi abad ini, yaitu ditemukannya naskah-naskah kitab suci yang memiliki rahasia kuno yang tersembunyi di padang Yudea selama kurang lebih 2000 tahun. Namun setelah empat dekade sejak penemuannya, banyak rahasia gulungan itu disembunyikan oleh kelompok kecil sarjana yang memegang hak eksklusif atas dokumen tersebut. Barulah pada September 1991, gulungan itu difoto secara diam-diam (dicuri) kemudian disebar melalui pos ke seluruh wilayah negeri itu. Suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, beberapa naskah gulungan Qumran yang berbahasa Ibrani berbeda jauh dengan naskah Masoret –kitab perjanjian lama yang paling tua yang ditulis sekitar tahun 1005 M. Hal ini mengundang pertanyaan besar, apakah para Masoret yang terkenal teliti itu kurang teliti, ataukah teks Qumran menunjukkan sebagai versi Bible Ibrani lain yang berbeda dengan bible yang dipakai sekarang? Selain itu, naskah Qumran ini menunjukkan kepada kita fakta bahwa Yudaisme abad pertama memiliki persamaan dengan Kristen awal. Sementara itu tidak ada satu kitab pun dari Perjanjian Baru versi konsili Nicaea pada 325 M, yang tertulis dalam naskah Qumran.[6]
Selain merujuk pada data-data sejarah di atas, penulis akan mencoba melihat bagaimana pendapat berbagai macam mufassir mengenai ayat-ayat yang berkenaan dengan kitab dan suhuf terdahulu. Selain itu, penulis akan mencoba melihat riwayat dan hadits-hadits dengan bantuan program Al-Maktab Al-Syamilah versi.2.
Kitab dan Suhuf dalam Hadits dan Al-Quran
Dalam shahîh Ibnu Hibbân, Rasulullah ditanya tentang shuhuf yang diturunkan kepada suhuf Nabi Allah Musa a.s. Rasulullah s.a.w berkata, “Sebahagian daripada kandungan suhuf Nabi Musa a.s adalah: 1. Aku heran pada orang yang telah meyakinkan akan datangnya kematian (yakin dirinya akan mati dan ditanya tentang amalannya), tetapi mengapa mereka merasa bahagia dan gembira di dunia (tidak membuat persediaan).(2). Aku heran kepada orang yang yakin akan neraka, tapi mereka malah banyak tertawa, (3) Aku heran kepada orang yang telah meyakini akan adanya qadar (ketentuan) Allah, tetapi mengapa mereka marah-marah (bila sesuatu musibah menimpa dirinya). (4) Aku heran dengan orang yang melihat dunia dengan cara yang berlebihan dan bergaul dengan ahlinya, (5) Aku heran pada orang yang telah meyakini akan adanya hisab (hari pengiraan amal baik dan buruk), tetapi mengapa mereka tidak berbuat kebaikan?”.[7]
Dari satu-satunya hadits yang penulis temukan mengenai suhuf Musa di atas, dapat kita identifikasi hal-hal berikut:
Pertama, bahwa budaya masyarakat ketika Nabi Musa berdakwah penuh dengan hipokritas yang sudah memuncak. Di satu sisi masyarakat Yahudi ketika itu benar-benar meyakini akan datangnya kematian, namun di sisi lain, pengetahuannya hanya tinggal sebatas pengetahuan. Hal ini diperkuat oleh beberapa Ayat Al-Quran. (lihat, Al-Baqarah, 44; Al-Jumu’ah, 5). Hipokritas ini relevan dengan sikap mereka terhadap hari akhir yang dengan pengetahuan yang mereka miliki tentang tanda-tanda hari akhir, namun tidak memiliki konsekwensi moral dalam perilaku keseharian mereka. Kedua, pengetahuan-pengetahuan tentang akhirat, qadar, hisab, dan kesementaraan dunia merupakan materi yang sinergi dengan kandungan Al-Quran. Hal ini menjadi bukti bahwa suhuf Musa a.s. merupakan penjelas dari wahyu Allah.
Sedangkan dalam surat Al-Najm, 53. Allah SWT berfirman, “Apakah tidak pernah diberitakan apa yang ada dalam suhuf Musa dan Ibrahim yang telah ditunaikan?”. Dan surat Al-‘Alâ, 19., “Suhuf Ibrahim dan Musa”. Dalam Tafsir Jalalain, ‘suhuf Musa’ diartikan sebagai lembaran-lembaran Taurat atau lembaran-lembaran yang berisi ajaran para nabi sebelumnya. Sedangkan dalam tafsir Al-Thabari, suhuf Musa berisi tentang ancaman Allah di akhirat. Sedangkan suhuf Ibrahim, adalah risalah yang telah disampaikan oleh Ibrahim dan telah tertunaikan.[8] Sedangkan Ibnu ‘Âsyûr mengatakan bahwa suhuf musa itu adalah Taurat. Sebagaimana juga suhuf Musa, inti dari suhuf Ibrahim adalah apa yang ada dalam surat Al-‘Ala.[9] Sedangkan dalam Ibnu Katsir, beliau mengetengahkan sebuah hadits dari Ibnu Hatim tentang pernyataan Rasulullah tentang kenapa Nabi Ibrahim disebut orang ‘yang telah menunaikan’? Rasul menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim selalu berdakwah setiap pagi dan sore, “Bertasbihlah kepada Allah di waktu sore hari dan shubuh” (QS. Al-Rum, 17).[10] Dalam footnote Al-Quran terjemah Depag, disebutkan bahwa yang dimaksud bertasbih adalah, ‘Shalat’.[11] Dalam Aisar Al-Tafasir, ditambahkan bahwa suhuf Ibrahim itu terdiri dari 10 buah.[12] Sedangkan dalam tafsir Al-Zamakhsyary, disebutkan bahwa suhuf Nabi Ibrahim terdiri dari 30 buah suhuf, sepuluh pokok tentang pertaubatan, sepuluh pokok tentang ciri-ciri mukmin, dan sepuluh pokok lainnya tentang konsekwensi keimanan.[13]
Mengenai surat Al-‘Alâ terdapat berbagai macam pendapat, diantaranya Tafsir Al-Tabari mengutip berbagai macam ta’wil mengenai ayat terakhir surat Al-‘Alâ. Pendapat Ikrimah bahwa ‘suhuf Musa dan Ibrahim’ adalah maksudnya ayat-ayat yang ada dalam surat ini. Sedangkan Abu Al-‘Aliyah mengenai ‘suhuf Musa dan Ibrahim’ mengatakan bahwa kisah mengenai kandungan surat Al’Alâ terdapat dalam suhuf-suhuf terdahulu. Sedangkan Qatadah mengatakan bahwa yang ada dalam suhuf Musa dan Ibrahim hanya ayat, “Dan sungguh bahwa akhirat itu lebih baik dan kekal”. Dan setelah mengungkap beragam pendapat di atas, Imam Al-Thabari mengatakan bahwa, “Pendapat yang paling tepat adalah, bahwa ayat 14-17 lah yang benar-benar ada dalam suhuf Musa dan Ibrahim. Sebab ayat sebelumnya ditujukan kepada Nabi Muhammad”.[14]
Sedangkan mengenai istilah kitab, hadits panjang dari Abu Hurairah bercerita tentang ucapan Rasulullah mengenai keistimewaan hari jum’at, “Hari jum’at adalah sebaik-baiknya hari di mana matahari diterbitkan, yaitu karena pada hari itu Adam diciptakan, kemudian di keluarkan dari surga, pada hari itu juga ia bertaubat, dan hari itu juga ia meninggal. Hari jum’at adalah ditetapkannya hari kiamat” Kemudian Ka’ab membuka Taurat kemudian membenarkan ucapan Rasulullah karena bersesuaian dengan Taurat.[15] Hadits dari Ibnu Umar menjelaskan tentang ucapan Nabi terhadap dua orang Yahudi yang berzinah, dengan merujuk pada Taurat nabi bertanya, “Apakah kalian mengetahui bahwa pezina mendapatkan rajam dalam Taurat?”. Mereka menjawab, “Tidak baginda, kami hanya menemukan dalam taurat mengenai hukum jilid”, Rasul bersabda, “Kalian telah berbohong, sesungguhnya dalam taurat ada hukum rajam”, mereka menjawab, “Engkau benar-benar jujur wahai Rasul, dalam Taurat terdapat ayat tentang rajam”. Kemudian para pezina itu mendapat hukum rajam.[16] Dalam Sahih Bukhari, riwayat Amr bin Ash menerangkan bahwa dalam Taurat sudah dijelaskan sifat-sifat Nabi Akhir Zaman.[17] Dalam Sahih Bukhari, riwayat dari Abu Hurairah menjelaskan bahwa, Taurat itu berbahasa Ibrani.[18]
Sedangkan injil, diceritakan ada namus atau tanda-tanda –seperti juga dalam Taurat, tentang kenabian Muhammad SAW.[19] Salah satu surat dalam Al-Quran yang tidak diturunkan dalam Zabur, Taurat, dan Injil adalah surat Al-Fâtihah.[20] Secara etomologi, Ibnu Hajar mendefinisikan zabur sebagai kitab. Bahkan Rasulullah menyebut zabur sebagai bacaan dalam riwayat Al-Kusymihanni. Disebut zabur karena ia mazbûr atau maktûb atau tertulis. Dan berarti zabur juga karena berupa kumpulan tulisan tertentu. Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan zabur adalah taurat itu sendiri. Qatadah berkata, bahwa zabur terdiri dari 150 surat keseluruhannya berisi wejangan dan sanjungan terhadap Allah SWT. Di dalamnya tidak ada halal, haram, kewajiban (faraid) ataupun hudûd (hukum publik). Akan tetapi, untuk kebutuhan hal tersebut merujuk kepada taurât. Riwayat ini dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dan lain-lainnya. Imam Nawawi berkata, “Orang sholeh di zaman Daud mengkhatamkan zabur empat kali di waktu malam, dan empat kali di waktu siang”.[21]
Suhuf dan Kitab dalam Penemuan Sejarah dan Arkeologi
Perjalanan panjang kitab Taurat berawal dari wafatnya Nabi Sulaiman tahun 992 SM. Kerajaan beliau selanjutnya terpecah menjadi dua, di utara dinamakan Kerajaan Israel dengan ibukota Samaria, dan di selatan dinamakan Kerajaan Yehuda dengan ibukota Yerusalem. Yerusalem dipercaya sebagai tempat penyimpanan naskah asli Taurat sehingga warga Israel sering beribadah di Yerusalem (Kamal, Asal-usul Kitab Suci:16). Dalam perjalanan selanjutnya, bangsa Israil kembali menyembah berhala, sedangkan bangsa Yehuda mulai melanggar banyak hukum taurat sehingga Allah menghancurkan mereka melalui raja Babylonia dan Nebukanedzar. Setelah semuanya tidak ada yang tertinggal bahkan bahasa Ibraninya sendiri, Nabi Uzair a.s pernah mencoba menulis ulang kitab Taurat Musa dalam bahasa Aram yang kemudian disebut Naskah Septuaginta. Sayangnya kedua naskah tersebut raib pada abad 2 SM.[22]
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa kitab Taurat nabi Musa as sudah lenyap sejak abad ke-3 SM. Begitu pula salinan Nabi Uzair dan naskah Septuaginta. Namun sekitar tahun 70-an, muncullah injil penggenap yang disebut Injil Perjanjian Baru dalam tradisi Aquila (130 M), Theodotion (abad ke-2 M) dan Symmakus (abad ke-3 M) yang dilakukan oleh revisionis Septuaginta ortodoks seperti Origenes (232-254), Uskup Mesir Hesikhius, dan Tua-tua Lukian di Anthonia (311).[23]
Oleh karena itu, satu-satunya bukti arkeologis mengenai lembaran-lembaran kitab kuno adalah apa yang ditemukan di Qumran, Yudea. Naskah tersebut dikenal sebagai naskah ‘Gulungan Laut Mati’ atau The Dead Sea Schroll. Sedangkan suhuf Musa, penulis mendapatkan salinan terjemahnya dari blog Aby Yusuf’s Site. Namun karena sumbernya tidak disebutkan, penulis tidak akan cantumkan di sini. Sedangkan seluruh kitab yang terangkum dalam Perjanjian Baru merupakan hasil kesepakatan konsili Neceae pada 325 M, maka orisinalitasnya perlu dipertanyakan. Kitab baru ini berisikan karangan Matius, Markus, Lukas, dan Yohannes, 13 surat yang ditulis Paulus, 3 surat Yohannes, 1 surat Yakobus, 1 surat Yudas, 2 surat Petrus, 1 surat Lukas kepada orang Ibrani, dan Wahyu kepada Yohannes. Semua surat yang ditulis Paulus, Yakobus, Yohannes, Yudas, Petrus, dan lain-lain jelas bukan firman Tuhan dan biasanya dalam beberapa versi, tulisan yang terakhir ini tidak berwarna merah seperti tulisan empat kitab lainnya. A.  Tricot, seperti dikutip Bucaille, menerangkan  bahwa Injil Matius, Markus dan Lukas telah disusun setelah 70 M. Kecuali Markus, ketiga Injil tersebut sebenarnya tidak ditulis sebelum tahun itu dan tidak diriwayatkan dalam bentuk tertulis. Oleh karenanya, lagi-lagi orisinalitasnya sangat rendah dan membuka kemungkinan pemalsuan-pemalsuan karena ditulis hampir 50 tahun setelah Yesus diangkat oleh Allah. Bagaimana dengan Markus? Seperti disebutkan di atas, ia sebenarnya bukan sahabat (rasul dalam tradisi Kristen), tapi adalah anak sahabat Yesus, yaitu Zebedeus. Artinya, Kitab Markus sebagai kitab tertua yang ditulis pada tahun sebelum 70, ternyata tidak ditulis oleh murid Yesus sendiri. Hal ini mengakibatkan sebuah kenyataan bahwa, baik Matius, Lukas atau Yahya  tidak  tahu bagian  mana yang merupakan Injil Markus dan mana yang bersumber dari Zebedeus. Dengan begitu, menurut R.P. Kannengiesser, “Orang akan mendapatkan suatu ide yang kongkrit tentang kebebasan para pengarang dalam membentuk susunan literer hikayat-hikayat Bibel sampai permulaan abad ke-2”.[24]
Oleh karena itu peninggalan sejarah yang masih membuka peluang untuk digali isi kebenarannya adalah naskah Qumran. Sayang sampai saat ini masih tidak bisa dikonsumsi oleh publik. Namun menurut Ataur Rahim, penulis Misteri Yesus dalam Sejarah, mengatakan bahwa dokumen-dokumen yang masih memiliki tingkat keaslian lebih baik dari Perjanjian Baru adalah Injil Barnabas dan Injil Hermas. Injil Barnabas ditulis langsung oleh sahabat Yesus. Sebuah keberuntungan, bahwa sebelum konsili Nicaea pada 325 M, Injil Barnabas sempat menjadi injil induk (canonical) dan dengan begini dapat menggambarkan bagaimana tradisi kristen awal. Barnabas yang seorang Yahudi adalah sahabat Yesus yang sepeninggal beliau, mempertahankan ajaran murni Yesus dari setiap bid’ah, terutama upaya-upaya yang dilakukan oleh Paulus dari Tarsus.
Fungsi Kitab dan Suhuf dalam Ushul Dakwah Para Nabi
Dari uraian di atas kita dapat menganalisa bagaimana posisi kitab dan suhuf sebagai Ushul Al-Dakwah para nabi Allah pra Nabi Muhammad SAW. Dalam literatur pelajaran agama Islam untuk tingkat SD, SMP, dan SMA, selalu ditekankan bahwa Kitab yang wajib diimani ada 4, yaitu: Taurat, Zabur, Injil, dan Quran. Tentu saja ini merupakan poin penting dalam pengajaran Islam. Bahkan ke depan perlu juga dibicarakan mengenai penyimpagan-penyimpangan yang dilakukan oleh Yahudi dan Nashrani, khususnya berkaitan dengan kitab Taurat dan Injil.
Namun sedikit sekali diantara kita yang mengetahui bahwa kitab yang berisi tentang syari’at hanya ada tiga, yaitu Taurat, Injil dan Quran[25]. Adapun zabur, seperti dikutip oleh Qatadah ia berkata, bahwa zabur terdiri dari 150 surat keseluruhannya berisi wejangan dan sanjungan terhadap Allah SWT. Di dalamnya tidak ada halal, haram, kewajiban (faraid) ataupun hudûd (hukum publik). Akan tetapi, untuk kebutuhan hal tersebut merujuk kepada taurât. Sedangkan Injil berisi tentang pelurusan-pelurusan yang dilakukan oleh Ahl Al-Kitab mengenai proses penciptaan alam semesta, keesaan Allah, dan tanda-tanda (namus) tentang kenabian Muhammad.
Tidak banyak riwayat mengenai kitab dan suhuf nabi pasca Musa dan sebelum Isa a.s., kecuali keterangan mengenai zabur. Oleh karena itu kita dapat mengatakan bahwa kitab dan suhuf yang dijadikan ushul dakwah oleh Nabi Musa dan nabi setelahnya adalah Taurat. Bahkan satu-satunya keterangan yang kita dapatkan dari naskah masoret dikatakan bahwa Nabi Uzair pernah menulis ulang Taurat yang sudah disimpangsiurkan oleh Yahudi.
Lalu bagaimana dengan suhuf Ibrahim? Tentu saja, karena suhuf Ibrahim diwahyukan sebelum Taurat, maka satu-satunya keterangan adalah apa yang ada dalam surat Al-’Alâ, yaitu tentang tazkiyyah al-nufs, dzikir dan shalat, serta peringatan tentang kesementaraan dunia dan kekekalan akhirat. Hal ini dapat kita lihat dari kesimpulan Imam Al-Thabari dalam tafsirnya mengenai surat Al-’Alâ seperti disinggung sebelumnya. Keterangan lain yang penulis dapatkan adalah dalam Aisar Al-Tafasir, ditambahkan bahwa suhuf Ibrahim itu terdiri dari 10 buah. Sedangkan dalam tafsir Al-Zamakhsyary, disebutkan bahwa suhuf Nabi Ibrahim terdiri dari 30 buah suhuf, sepuluh pokok tentang pertaubatan, sepuluh pokok tentang ciri-ciri mukmin, dan sepuluh pokok lainnya tentang konsekwensi keimanan.

Kesimpulan
Ushul dakwah –dalam pengertian materi-materi yang didakwahkan, dapat kita simpulkan dalam Taurat, Zabur, Injil dan Suhuf adalah sebagai berikut:
  1. Semua kitab dan suhuf berisi ajaran Tauhid, pengesaan Allah, dan peniadaan makhluk yang serupa, kemustahilan Allah untuk beranak dan diperanakkan.
  2. Kitab yang berisi syari’at adalah suhuf ibrahim (yang tanpa nama), Taurat, Injil, dan Al-Quran. Syari’at yang termaktub dalam suhuf Ibrahim, belum mengatur tata masyarakat dan memberikan tahap awal ajaran Tauhid yang diperlukan oleh tata masyarakat. Sedangkan Taurat, selain berisikan tentang ajaran Tauhid, berisi juga tentang hukum rajam, mencuri, makanan yang halal dan haram, tentang proses penciptaan alam (kesaksian Al-Quran dan Injil Barnaba), dan pengkhianatan Yahudi terhadap kematian para nabi sebelum Isa (kesaksian Al-quran dan Injil sheperd of Hermas). Suhuf Musa, dalam sebuah riwayat tidak disebutkan jumlah ashfar-nya. Sedangkan shuhuf Ibrahim seperti dalam tafsir Al-Zamakhsyary, disebutkan terdiri dari 30 buah suhuf, sepuluh pokok tentang pertaubatan, sepuluh pokok tentang ciri-ciri mukmin, dan sepuluh pokok lainnya tentang konsekwensi keimanan.
  3. Kitab Zabur terdiri dari 150 surat keseluruhannya berisi wejangan dan sanjungan terhadap Allah SWT. Suhuf Musa yang tidak disebutkan ashfar-nya itu merupakan penjelas dari Taurat.
  4. Kitab Injil berisi pelurusan-pelurusan Taurat yang telah disimpangsiurkan oleh Yahudi. Selain itu, Injil juga berbicara tentang penguatan hukum-hukum syari’at yang ada dalam Taurat. Namun Injil tidak memuat syari’at baru, selain syari’at yang telah ditetapkan Allah dalam Taurat. Sebagai mana taurat, Injil ditulis dalam bahasa Ibrani.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Thabary, Tafsir Al-Thabary, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani.
Aisar Al-Tafâsir, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani.
Al-Bayanun, Madkhol ilâ ilm al-dakwah.
Al-Faruqi, et.al, 2000. Atlas Budaya Islam: Menjelajah Khasanah Peradaban Gemilang, Mizan: Bandung,
Al-Quran Al-Karim, Terjemah Depag, hal. 643.
Al-Zamakhsyary, Tafsir Al-Zamakhsary, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani
Bukhari, Shahîh Al-Bukhari, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani
Ibnu ’Âsyûr, Tafsir Li Ibn Asyur, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani.
Ibnu Hajar Al-‘Asyqolani, Fathul Bâri, Bab Firman Allah, “Dan Kami berikan Daud Zabur”, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani.
Ibnu Hibban, Sahîh Ibn Hibban, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-’Adhim, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani
Imam Malik, Muwattha, Maktab Al-Syamilah, Ishdar Al-Tsani
Bucaille, Maurice, Dr., 1991. Bibble, Quran, dan Sains Modern, Pustaka Pelajar, Jakarta.
Rahim, Muhammad Ataur .1994. Misteri Yesus dalam Sejarah, Pustaka Da’i: Jakarta
www.wikipedia.org,  Perjanjian Lama: 1

Selasa, 17 Januari 2012

HALLOWEN: HARUSKAN ORANG KRISTEN MERAYAKANNYA?


Hallowen adalah sebuah perayaan memperingati orang-orang mati yang dirayakan dengan mengenakan kostum-kostum yang beraneka ragam dan corak yang mewakili karakteristik tokoh tertentu. Orang Amerika dan Eropa menjadikannya sebagai ritual tahunan selain Christmass.

Asal Usul Hallowen

Hallowen merupakan tradisi kafir bangsa Druid dari kebudayaan Celtik di Inggris dan Eropa Utara untuk merayakan orang-orang yang mati. Dalam upacara Samhain mereka akan merayakan akhir akhir musim hujan dengan  menyalakan api ungun. Mereka percaya bahwa saat itu arwah-arwah akan memenuhi jalanan dan hadir ditengah-tengah kehidupan manusia. Agar arwah-arwah tidak menggangu maka mereka akan mengelabui arwah-arwah dengan mengenakan kostum-kostum mirip hantu yang mengerikan. Ada juga yang menyalakan lilin di dalam labu yang dikosongkan isinya dan dibuat mata dan mulut yang dikenal dengan istilah Jack o Lantern. [1]

Dalam perjalanan sejarah, Gereja Katholik di masa Paul Gregory IV berusaha membaptiskan ritual pagan tersebut agar membuat kaum kafir berpaling kepada Yesus Sang Mesias. Kemudian diciptakanlah perayaan All Saint Day (perayaan orang kudus yang sudah mati) pada tanggal 31 Oktober dan kemudian diteruskan dengan All Hallow Eve (petang penyucian) pada Tanggal 1 November. Dari sinilah muncul istilah Hallow-en.[2]

Namun dalam prakteknya justru kebudayaan kafir tidak hilang bahkan menjadi-jadi sehingga merongrong akidah Kekristenan. Dan sampai hari ini perayaan ini tetap dirayakan secara antusias khususnya bagi kaum sekular yang tidak peduli dengan agama dihampir sebagian besar kebudayaan Amerika dan Eropa.

Apakah Orang Kristen Harus Merayakan Hallowen?

Tuhan sudah menetapkan hari-hari raya yang harus dilaksanakan oleh orang Kristen untuk merayakan karya penyelamatan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias yaitu Sheva Moedim (Tujuh Hari Raya) dalam Imamat 23. Perayaan Hallowen tidak ada kaitannya dengan iman Kristen. Tidak ada kewajiban untuk melaksanakan perayaan Hallowen yang kerap dihubungkan dengan okultisme dan sihir serta hal-hal berbau mistik dan magis.

Di Eropa dan Amerika, tidak sedikit jemaat Kristen yang merayakan dalam rangka sebagai jembatan untuk memberitakan Injil dengan membuang berbagai unsur kekafiran di dalamnya dan menggantikannya dengan unsur-unsur yang masih dapat dipertahankan yaitu pesta panen dan segala aspeknya. Namun ada juga yang sama sekali menolak dan tidak merayakan Hallowen karena tidak menemukan rujukan apapun juga dalam Kitab Suci

Dibalik Perayaan Hallowen: Bagaimana Nasib Orang-Orang Yang Telah Meninggal?

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa setiap perayaan Hallowen diyakini roh-roh orang mati atau arwah-arwah akan turun ke bumi dan berbaur dengan kehidupan manusia. Dan untuk mengelabui mereka maka manusia harus menggenakan kostum-kostum yang menampilkan yang mewakili karakteristik hantu dan arwah-arwah.

NAMA "YAHWEH" ADA DI DALAM ALQUR'AN

Shalom 'aleykhem. Yahweh Elohim yevrakh ot'khem. Ternyata nama Yahweh ada dalam al-Quran dan tak terbantahkan. QS. Maryam [19]:1-2 dikatakan: bi-smiLLAH al-rachman al-rachim,
Kaf-Ha-Ya-'Ain-Shad, Dzikru rachmati rabbika 'abdahu ZakariYA
اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ كهيعص ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا بِسْمِ


Dalam Quran terjemahan bahasa Ibrani berbunyi sbb: be-shem Elohim ha-rachaman we ha-rachum, Kuf-Hey-Yod-'Ayin-Tzade. Ezchor le-hesedi Eloheikha el ZacharYAH masarto

בשם אלוהים הרחמן)

, (אזכור לחסדי אלוהיך
אל זכריה משרתו).

Nama ZakariYa (زَكَرِيَّا) tidak dapat dicari akar kata-nya dan sekaligus maknanya dalam bahasa Arab. Bila dipaksakan dan ditelusuri dari akar kata kosakata bahasa Arab zakara (Zain-kaf-Ra'), tentu maknanya sangat negatif. Namun bila ditelusuri dari bahasa Ibrani, ternyata nama زَكَرِيَّا (ZakariYA) merupakan Arab-isasi dari זכריה (ZecharYAH) yang akar kata-nya Zechara (Zayin-Kuf-Resh) yang bermakna ‘mengingat', sebanding dng kata dzikru (ذِكْرُ) dan ezchor (אזכור) yg bermakna 'ingat'. Jadi, nama زَكَرِيَّا (ZakariYA) dlm bhs. Arab berasal dari bhs. Ibrani זכריה (ZecharYAH), dan nama זכריה (ZecharYAH) dibentuk dari dua kata: zechara + YAH, dan istilah YAH itu sendiri potongan dari kata Yahweh, sebanding dengan ungkapan halelu-YAH (halelu + Yahweh). Jadi, teks Qur'an mengakui nama Yahweh tetap abadi dalam nama زَكَرِيَّا (ZakariYA). Mohammed Marmaduke Pickthal, seorang Jewish Muslim (Messianic Islam) yang berasal dari Inggris telah membuat terjemahan Quran dalam bahasa English dengan judul 'The Meaning of the Glorious Koran' (New York: Mentor Books, 1960), hlm. 221. Ketika menerjemahkan QS. Maryam 19:2, dia menerjemahkan sbb: A mention of the mercy of thy Lord unto His servant Zachariah. Perhatikan nama Zachariah dlm terjemahnnya itu! Ternyata beliau mengidentifikasi nama ZakariYa versi terjemahan Inggris-nya justru mengikuti tradisi bacaan Ibrani, yakni ZecharYAH. Ini berarti, Mohammed Marmaduke Pickthal mengakui bahwa nama ZakariYa dalam Quran sebagai bentuk Arab-isasi dari nama Ibrani. Begitu juga M.A.S. Abdel yang menulis terjemahan Quran dalam bahasa Inggris berjudul 'The Qur'an: English Translation with Parallel Arabic Text (London: Oxford University Press, 2010), hlm. 306 memiliki pandangan yang sama dengan M.M. Pickthal, seorang Jewish Muslim. Ketika menerjemahkan QS. Maryam 19:2, M.A.S. Abdel Haleem menerjemahkan sbb: 'This is an account of your Lord's grace towards His servant, Zachariah. Perhatikanlah dengan seksama, nama ZakariYA versi Quran dalam terjemahan Inggris-nya Zachariah ternyata disesuaikan dengan nama Ibrani-nya, yakni ZecharYAH. Terjemahan M.A.S. Abdel Haleem justru direkomendasi oleh lembaga pendidikan otoritatif Islam Sunni di Cairo, Mesir. Pada halaman cover buku beliau tertulis demikian: 'Professor Haleem's translation is approved by Al-Azhar in Cairo, the world's leading authority on the Quranic, Islamic and Arabic studies. Jelaslah bahwa nama Zachariah versi Inggris tersebut merupakan bukti bahwa asal-usul nama sang nabi bersal dari bahasa Ibrani, ZecharYAH, dan asal-usulnya bukan dari bahasa Arab, ZakariYA. Dr. Ali Quli Qara'i, seorang Muslim Syiah yang berdomisili di Inggris juga telah membuat terjemahan Quran dalam bahasa English dengan judul 'The Quran with a Phrase by Phrase', 2nd edition (London: ICAS Press, 2004), hlm. 423. Pada cover karyanya tertulis demikian: 'This edition, from the Islamic College for Advanced Studies (ICAS), does just this. Expertly translated and prepared, this edition of the Qur'an also makes extensive use of classical commentaries from both Sunni dan Shi'i sources for broader-based understanding. Ketika menerjemahkan QS Maryam 19:2, dia menerjemahkannya sbb: 'This is an account of your Lord's mercy on His servant Zechariah. Perhatikan nama Zechariah dlm terjemah Inggris-nnya itu! Bila Mohammed Marmaduke Pickthal, seorang Jewish Muslim (Muslim Yahudi) dan M.A.S Abdel Haleem, seorang Muslim Sunni dalam terjemahan Quran versi Inggris-nya masing-masing dengan menggunakan nama Zachariah, yang mengindikasikan bahwa nama Zachariah memang asal usulnya diadopsi dari bahasa Ibrani, justru Ali Quli Qara'i lebih jelas lagi pendapatnya. Ali Quli Qara'i tidak menyebut dengan sebutan Zachariah (dengan vokal 'a' [Zachar]), tetapi Zechariah (dengan vokal 'e' [Zechar]). Jadi, bila Mohammed Marmaduke Pickthal dan M.A.S. Abdel Haleem lebih menyesuaikan style bahasa Inggris, sedangkan Ali Quli Qara'i lebih menyesuaikan style bahasa Ibrani. Ini menandaskan bahwa pandangan linguistik seorang Muslim Syiah lebih akademik riset-nya, dan ia pun mengakui bahwa nama ZakariYa dalam pewahyuan versi Arab Quran tersebut memang merupakan Arabi-sasi dari nama Ibrani ZecharYAH. Coba bandingkan nama זכריה (ZecharYAH) dalam bahasa Ibrani dengan Zechariah, terjemahan Quran bahasa Inggris versi Ali Qli Qara'i. Ini sungguh luar biasa. Ternyata beliau mengidentifikasi nama ZakariYa versi terjemahan Inggris-nya justru mengikuti tradisi bacaan Ibrani, yakni ZecharYAH. Dengan demikian, secara akademik, pandangan Muslim Yahudi (the Jewish Muslim), pandangan Muslim Sunni (the Sunnite Muslim) dan pandangan Muslim Syiah (Shiite Muslim) justru ada titik temu, dan tidak ada perselisihan, dan mereka sama-sama berpandangan bahwa nama ZakariYa dalam bahasa Arab memang asal-usulnya dari bahasa Ibrani, ZecharYAH yang dalam bahasa Inggris dapat dilacak morfologis Ibrani-nya, yakni Zechariah atau Zachariah. Saya belum tahu bagaimana pandangan Muslim Wahabi (the Wahabite Muslim) mengenai hal ini. Bila Saudara-saudara-ku dari kalangan Muslim Wahabi (Salafi) meragukan keberadaan karya Ali Quli Qara'i yang diterbitkan oleh ICAS, London, dan melihat karyanya secara langsung yang terbit 2004, silakan Saudara dapat bertandang ke kampus ICAS Jakarta. Anda bisa berdiskusi mengenai karya Dr. Ali Quli Qara'i dengan para akademisi Muslim Syi'ah di kampus tersebut. QS. Maryam [19]:4 قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا merupakan doa Nabi ZakariYA. Apakah mungkin beliau berdoa dalam bahasa Arab? Padahal beliau sezaman dan bertemu dengan Maryam, ibunda Nabi Isa? Bukankah Nabi Isa diutus kepada bani Israil dan beliau bersabda berdasarkan wahyu kepada bani Israil juga sesuai QS. al-Shaff [61]:6? وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ. Apakah mungkin Isa berbicara kepada kaumnya dengan menggunakan bahasa Arab? Pasti tidak! Bila Isa tidak berbicara kepada bani Israil dengan bhs Arab, dan Nabi ZakariYA juga tidak berdoa kepada ALLAH dengan bahasa Arab, berarti apakah mungkin nama ZakariYA berasal dari bhs. Arab? Pasti juga tidak! Itu berarti nama ZakariYa asal usulnya dari bahasa Ibrani, dan nama beliau adalah nama Ibrani, זכריה (ZecharYAH), yang dalam style bahasa Inggris dikenal dengan nama Zechariah/ Zachariah. Qur'an yang diwahyukan dalam bahasa Arab memang tak pernah tertulis nama Tuhan dengan istilah YAHWEH/ ELOHIM, karena istilah ini berbahasa Ibrani, tetapi tertulis kata ALLAH, istilah ini berbahasa Arab. Dalam teks Quran, orang Arab Quraish penyembah berhala pun menyebut nama ALLAH, tapi konsep mengenai ALLAH versi mereka sebagai rais al-alihah (the cheif of gods), bukan sebagai Ilah satu-satunya, dan ingat teks Quran juga menyatakan bahwa wa li kulli qaumin al-Had (setiap qaum ada yang bertindak sebagai al-Had), para mufassir salafus-shalih menyatakan bahwa al-Had merujuk kepada para nabi, dan nast ayat Qur'an juga menyatakan Qur'anan 'Arabiyyan (Qur'an berbahasa Arab), dan ayat yang lain juga dinyatakan bi lisani quamih (dengan bahasa kaumnya). Pertanyaannya: apakah bahasa qaum di muka bumi itu sama? Apakah setiap nabi yang diutus kepada qaum-nya itu menggunakan bahasa yang sama? Apakah setiap qaum yang di tengah-tengah mereka diutus seorang nabi itu menggunakan bahasa di luar qaum-nya? Bila kita menyatakan bahwa semua nabi sejak Adam, Idris, Nuh, Ibrahim, Ishaq, Ya'kub, Yusuf, Musa, Daud, Sulaiman dan Isa, mereka semua pasti berbahasa Arab , itu berarti kita tidak benar-benar paham Qur'an. QS. al-Shaff [61]:1 Isa Al-Masih menyeru qaum bani Israil. Apa mungkin Nabi Isa dan bani Israil berbangsa Arab dan bicara dalam bahasa Arab? Elohim ha-Gadol (Allahu Akbar).

ISLAM MESSIANIC

The Quran in Hebrew
ולא שלחנו לך, אבל כמו רחמים על כל הברואים

We lo shelahnu lekha ebel kamo rachamim 'al kol ha-baroim
(Dan tiadalah Kami mengutus Engkau melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta)

Shalom ‘aleykhem. Yahweh Elohim hattor berazekhem be kol yom, we rachman min ha-Elohim ‘al ha-mu’minim be Mashiah akherim. Shalom 'ala Nevi ha-Gadol, Muhammadim, or ha-'olam. Dalam Injil Barnabas, Injil yang tidak dimasukkan dalam kanon Perjanjian Baru, secara tegas dikatakan bahwa Muhammad sebagai Mashiah. Menurut ajaran agama Yahudi, Mesias itu ada dua orang, bukan satu orang, sebagaimana klaim agama Kristen. Mesias yang pertama dari keturunan Nabi Ishaq, dan Mesias kedua dari keturunan Nabi Ismail. Banyak rabi-rabi Yahudi dan orang-orang keturunan Yahudi bertobat dan percaya kepada kerasulan Nabi Muhammad SAW sebagai Mesiah yang dijanjikan, dan mereka berhimpun dalam satu-satunya organisasi terbesar di dunia yang bernama the Messianic Islam, the Jews for ALLAH, yang dipimpin oleh mantan rabi-rabi Yahudi tersebut. Jadi, semua keturunan Yahudi yang memeluk Islam dan percaya akan kenabian Nabi Muhammad SAW, maka mereka disebut Messianic Islam (Islam Messianik). Ini yang tidak dipahami oleh kaum Muslim Wahabi (Salafi) yang sangat Arab-sentris yang tidak menghendaki ajaran Islam dipeluk oleh orang-orang Yahudi atau pun keturunan Yahudi. Jadi, menurut mereka, seorang keturunan Yahudi yang menjadi Muslim selalu dianggap inferior dan patut diwaspadai, bahkan tidak dianggap kaffah keislamannya sebelum mereka meninggalkan budaya Ibrani-nya dan menggantinya dengan budaya Arab. Bukankah ini sebuah bentuk chauvinisme gaya baru? Secara nalar, ini sangat aneh dan tidak masuk akal. Islam itu rahmatan lil-'alamin.

Kaum Islam Messianik berbudaya Yahudi itu betul, tapi sebatas budaya, dan punya Quran terjemahan Ibrani, seperti kaum Muslim Jawa yang berbudaya Jawa, dan punya Quran terjemahan Jawa. Belilah Qur'an terjemahan Inggris karya seorang Islam Messianik (the Jewish Muslim), Mohammed Marmaduke Pickthal 'The Glorious Quran: Text and Explanatory Translation (New York: Tashrike Tarsile Quran, Inc., 1992) atau Yosef Yo'el Rivlin 'al-Qur'an Tirgem Ivrit (Tel Aviv, Israel: Devir Publishing House, 1945). Kita dipersatukan dalam satu bahasa suci, bahasa Arab Quran, bukan bahasa Arab an sich. Bahasa Arab itu sendiri tidak sakral, tapi bahasa Arab yang ada dalam teks Quran itu yang sakral. Jadi, yang sakral dan suci itu teks Quran yang diwahyukan, bukan bahasa Arab-nya yang suci.

Bahasa Arab yang termaktub di dalam Quran itu menjadi suci justru karena sakralitas Quran, dan bukan sebaliknya, yakni Quran itu menjadi suci dan sakral karena sakralitas bahasa Arab. Kaum Muslim Salafi (Wahabi) justru tidak bisa membedakan sakralitas Quran dan sakralitas bahasa Arab. Ini kesalahan berfikir yang sangat fatal dan mereka telah terjerembab dalam ideologi chauvinisme yang berbalut doktrin agama. Kaum Muslim Wahabi (Salafi) sering kali menyamakan antara bahasa Arab secara umum dengan bahasa Arab Quran. Bahasa Arab Quran itu bahasa Arab dialek Quraish yang dipilih Allah sebagai bahasa wahyu-Nya. Namun, dalam konteks ini, bukan bahasa Arab dialek Quraish an sich yang sakral, tetapi teks Quran yang terkorpus dalam bahasa Arab dialek Quraish itu yang suci dan sakral. Dengan demikian, bahasa Arab dialek Quraish itu  profan, sedangkan teks Quran yang berbahasa Arab dialek Quraish itu yang justru bernilai sakral.

Bahasa Arab yang ada sekarang ini, dialek-dialeknya banyak sekali, termasuk bahasa Arab Mesir, Arab Lebanon, Arab Yaman, Arab Yordan, bahasa Arab Palestina dll, yang saat ini para ahli linguistic bahasa Arab menyebutnya sebagai al-Lughah al-'Arabiyyah 'Ammiyah. Jadi, bagaimana mungkin bahasa Arab yang ada dalam berbagai dileknya itu dianggap sakral? Begitu pula bahasa Arab Fusha juga tidak bisa disebut sebagai bahasa suci (sakral), sebab tidak ada hubungannya sama sekali dengan bahasa pewahyuan. Dalam shalat - apapun asal usul kita (Arab, Jawa, Sunda, Afrika, India, Inggris, Jerman, termasuk bangsa Yahudi/ Ibrani) semuanya shalat dalam bahasa Arab. Namun, doa di luar shalat diperkenankan dalam bahasa masing-masing, termasuk bahasa Ibrani. Berdizikir pun dengan bahasa Arab, termasuk komunitas Yahudi yang Muslim (Islam Messianik), karena bahasa dzikir adalah bahasa magis. Komunitas Muslim Yahudi (Islam Messianik) ketika shalat tidak menggunakan nama Yahweh, tetapi nama Allah. Namun, di luar shalat diperkenankan menggunakan nama Yahweh atau Elohim. Mengapa demikian? Karena Dia Yang Esa memperkenalkan nama-Nya dalam bahasa Arab - ALLAH. Dan sebelumnya, kepada nabi-nabi bani Israel - Dia itu dikenal nama-Nya dalam bahasa Ibrani – Yahweh/ El. Makanya, dalam terjemahan Quran bahasa Ibrani - yang muncul adalah nama Yehwah Elohim, bukan nama Allah. Jadi, nama Tuhan dalam bahasa Arab itu ALLAH, dan nama Tuhan dalam bahasa Ibrani itu Yahweh/ Elohim.

Para nabi itu mengajarkan Tauhid, dengan sebutan nama Tuhan yang berbeda-beda sesuai asal kaumnya – karena wahyu apapun yang diturunkan ke bumi pasti mengikuti bahasa kaum-nya, dan nabi-nabi diutus dari kalangan mereka sendiri, termasuk Nabi ZakariYA yang diutus kepada bani Israel. Bahkan, nama Nabi ZakariYA pun sebenarnya Arab-isasi dari nama Ibrani beliau, yakni ZecharYAH, yang dalam bahasa Inggris tertulis Zechariah. Info lengkap, bacalah artikel saya tentang 'Nama Yahweh Ada dalam Quran.' Orang-orang Kristen Injili (Kristen Fundamentalis) di Indonesia menolak penggunaan nama ALLAH dalam Alkitab/Bible terjemahan Indonesia, karena mereka menganggap bahwa nama ALLAH itu Tuhannya umat Islam, bukan Tuhannya umat Yahudi dan Kristen. Begitu juga, umat Islam Salafi Wahabi (Islam Fundamentalis) juga menolak nama Yahweh dalam Quran terjemahan Ibrani, karena mereka menganggap bahwa YAHWEH itu bukan ALLAH, dan ALLAH bukan YAHWEH. Jadi, Kristen Injili sangat anti-Arab dan anti-Islam, tetapi justru sangat Ibrani maniak, sedangkan Islam Salafi Wahabi (Islam Fundamentalis) juga sangat anti-Ibrani dan dan anti-Yahudi, tetapi justru sangat Arab maniak. Cara berfikir yang tidak cerdas dari kedua kelompok fundamentalis ini memang berada pada dua kutub ekstrim yang saling berhadap-hadapan, bagaikan air dan minyak, tidak bisa dipertemukan. Padahal orang-orang Kristen Arab juga menggunakan nama ALLAH, bukan nama YAHWEH. Anda bisa membaca Bible berbahasa Arab, Alkitab al-Muqaddas: Ay al-'Ahd al-Qadim wa 'Ahd al-Jadid (Beirut: Lebanon: Dar al-Kitab al-Muqaddas fi al-Shariq al-Awsath, 1993). Dalam Bible terjemahan bahasa Arab ini, Anda tidak akan menemukan satu pun nama YAHWEH, tetapi justru nama ALLAH. Sebaliknya, orang-orang Islam Messianik (the Jewish Muslim) di Amerika, Australia, Eropa dan Israel justru menggunakan nama YAHWEH dalam Quran terjemahan Ibrani-nya, dan tidak menggunakan nama ALLAH. Yang aneh justru umat Kristen di Indonesia yang sangat alergi menggunakan nama ALLAH. Nampaknya, mereka ini lebih Yahudi dari pada orang Yahudi itu sendiri.

Kita ternyata dihadapkan oleh kelompok fundamentalis Kristen dan fundamentalis Islam yang sama-sama tidak intelektual dan sangat literal. Saya sedih dengan kejadian bom yang sering terjadi, entah diakibatkan karena alasan politis atau pun teologis. Apapun spekulasinya, di Indonesia saat ini, terutama di gereja-gereja non-Katolik dan Ortodoks, banyak dikhotbahkan dan sosialisasi penggunaan nama Yahweh serta menolak dan menihilkan nama ALLAH karena nama ALLAH dianggap sebagai nama dewa bulan.

Pencitraan ideologis dan literalis  ini juga mengesankan anti-Islam dan anti-Arab. Bila pewacanaan ini semakin diintensifkan di gereja-gereja, maka anggota-anggota gereja yang sebagian besar sangat awam, mereka pasti akan mencitrakan umat Islam dan bangsa Arab sebagai untermensch (manusia rendahan), dan sebaliknya, mereka menganggap bahwa bangsa Yahudi sebagai bangsa ubermensch (manusia unggul). Begitu juga sebaliknya, di masjid-masjid non-Sunni dan non-Syiah, yang dikelola oleh kaum Muslim Wahabi (Salafi), ternyata banyak juga disosialisasikan anti terhadap penggunaan nama YAHWEH yang diidentikkan sebagai nama dewa padang gurun Sinai, dewa sesembahan orang Yahudi dan Kristen. Pencitraan ideologis dan literalis yang digagas kaum Wahabi ini juga mengesankan anti-Yahudi dan anti-Ibrani. Bila pewacanaan ini semakin diintensifkan di majlis-majlis kaum Salafi (Wahabi), maka mereka pasti akan mencitrakan orang-orang Yahudi dan bangsa Ibrani sebagai untermensch (manusia rendahan), dan sebalinya, mereka menganggap bahwa bangsa Arab sebagai ubermensch (manusia unggul). Bila hal ini terjadi, sebenarnya kita sama-sama mengusung ideologi anti-Semitisme. Bila zaman Hitler, anti-Semitisme ditujukan kepada orang-orang Yahudi, sedangkan hari ini, anti-Semitisme ditujukan kepada orang-orang Arab. Bukankah bangsa Arab dan bangsa Yahudi adalah rumpun bangsa Semit? Bukankah bahasa Ibrani dan bahasa Arab itu disebut sebagai bahasa-bahasa Semitik?

Berdasarkan penelitian historis dan arkheologis, ALLAH bukanlah nama dewa bulan, tapi Tuhan yang menciptakan bulan. Berdasarkan bukti-bukti arkheologis pula, penyalahgunaan nama ALLAH yang disandingkan dengan dewi al-Latta masa pra-Islam juga terjadi di Sinai, dimana nama YAHWEH juga disandingkan dengan dewi Asyera. Bahkan, asal usul nama El-Shaddai dalam bahasa Ibrani, sebagai salah satu nama YAHWEH juga merupakan nama dewa gunung di padang belantara Arabia.

Provokasi nama Tuhan Yahweh yang tidak sama dengan nama Tuhan Allah yang selalu didengung-dengungkan oleh pihak fundamentalis Kristen dan fundamentalis Islam inilah yang menyebabkan kerusuhan agama di Indonesia yang tak pernah berujung, karena pemahaman mereka terhadap teks kitab suci sangat literal. Ingatlah, saat ini banyak artikel yang beredar di internet yang menginformasikan bahwa ajaran Islam itu menyembah Tuhan yg berbeda sama sekali dengan Tuhan-nya Abraham, bapa leluhur kaum Yahudi dan Arab, dan mereka juga berusaha mati-matian untuk memisahkan Islam dari warisan tradisi iman Abraham, akar Tauhid (monotheisme) ajaran Abraham. Namun anehnya, semua artikel tersebut ternyata adalah bikinan orang-orang Kristen fundamentalis (Kristen Injili) yangg seolah2 hanya merekalah yang berhak menentukan mana ajaran asli Avraham dan mana ajaran Avraham yang dipalsukan. Ajaran Islam sangat percaya dengan ayat Qul huwa ALLAHu achad (Katakanlah: Dia ALLAH itu Esa) dan ajaran agama Yahudi juga sangat percaya dengan ayat Shema' Yisrael: YAHWEH Eloheinu YAHWEH echad (Dengarlah wahai Israel: YAHWEH Ilah kita YAHWEH itu Esa). Bila teks Taurat dalam bahasa Ibrani ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab berbunyi demikian: Isma'u ya Israil, ALLAH Ilahuna ALLAHu achad. Jadi, ALLAH dalam bahasa Arab itu esa, dan YAHWEH dalam bahasa Ibrani itu juga esa. Bukankah kiblat kaum Muslimin yang pertama itu menghadap ke Bayt Elohim di Yerusalem? Bukankah kiblat kaum Yahudi itu menghadap ke Beyt Elohim di Yerusalem juga? Bukankah tembok ratapan itu bagian dari bangunan Bayt Elohim? Bukankah kiblat kaum Muslim yang kedua itu kemudian menghadap ke arah Bayt Allah di Makkah? Bukankah masjid Qiblatayn di kota suci Madinah justru menjadi saksi atas perubahan arah kiblat dari kiblat Beyt Elohim di kota Yerusalem menuju kiblat Beyt Allah di kota Mekkah? Jadi, bila umat penganut agama Yahudi dan umat penganut agama Islam sama-sama menghadap ke arah kiblat di Beyt Elohim di kota Yerusalem apakah ini justru membuktikan bahwa Tuhan yang dimaksud dalam agama Yahudi dan Tuhan yang dimaksud dalam agama Islam itu berbeda? Tentu saja tidak! Justru umat Kristen-lah yang berbeda dengan umat Yahudi dan umat Islam, karena umat Kristiani menyembah Yesus, bukan menyembah ALLAH atau menyembah YAHWEH. Justru dogma trinitas yang ada dalam ajaran Kristen itu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam maupun ajaran Yahudi karena meyakini bahwa Tuhan itu Trinitas. Bila kita berpandangan bahwa entitas Yahudi dan entitas Islam itu tidak bisa dipersatukan hanya karena persoalan nama Tuhan Yahweh atau Allah, itu membuktikan ketidakcerdasan kita. Justru inilah saatnya kaum Muslim keturunan Yahudi (the Jewish Muslim) yang berhimpun dalam organisasi the Jews for ALLAH menghunjukkan giginya di hadapan kaum Muslim fundamentalis dan sekaligus kaum Kristen fundamentalis.

Perhatikan video yang alamatnya saya cantumkan di bawah ini. Jelaslah sudah bahwa kaum Yahudi yang menjadi Muslim dalam video ini kontras banget dengan pernyataan kaum Kristen Injili itu. Bagi the Jewish Muslim (Muslim Messianik), menjadi Muslim tidak harus mengubah budaya mereka menjadi budaya Arab, tetapi merek tetap dapat mengekpresikan diri mereka dalam budaya Yahudi/ Ibrani. Lihatlah video ini baik-baik! Inilah faktanya bahwa the Jewish Muslim (Muslim Messianik) bisa bersama-sama dengan saudara-saudara mereka dari kalangan Muslim non-Jewish. http://www.youtube.com/watch?v=k-2Z3ANDxqg.

Sekali lagi, ketahuilah bahwa Qur'an memang diturunkan dalam bahasa Arab, karena Nabi terakhir Muhammad SAW itu seorang nabi yang berbahasa Arab. Kitab suci kita menyebutkan 'Qur'anan 'Arabiyyan' (Quran berbahasa Arab). Namun, apakah kitab-kitab suci yang disebutkan di dalam Quran, yakni Injil untuk Nabi Isa, Zabur untuk Nabi Daud, dan Taurat untuk Nabi Musa - apakah kitab2 yang diturunkan oleh Tuhan itu diturunkan atau diwahyukan dalam bahasa Arab? Jika Anda mengatakan ya, berarti kitab Zabur, Injil dan Taurat diturunkan dalam bahasa Arab, yang tidak dipahami oleh kaum-nya. Bila Anda mengatakan memang benar bahwa semua kitab itu diturunkan dalam bahasa Arab, maka benarkah bahasa Arab dapat dipahami oleh bani Israel meskipun Taurat diturunkan dalam bahasa Arab? Bukankah Taurat diturunkan untuk bangsa Israel, yang bukan bangsa Arab? Cobalah berpikir cerdas. Yehwah Elohim ha-Gadol. Berkhot ha-syemayim ‘ala Avraham av ha-neviem ve Nevi ha-Gadol, Muhammadim ‘aleiv ha-shalom.

Senin, 16 Januari 2012

” Benarkah Kristen ini adalah kelanjutan dari agama Yahudi?”

Kalau ditilik dari sejarah peristiwa pen-Tuhan-an YESUS, maka pikiran kita pasti akan kembali pada peristiwa penyaliban yang dilakukan oleh Romawi kala itu.Ketika muncul pertanyaan itu, jawabnya harusnya sederhana, ya atau tidak.
Jika Iya, bukankah seharusnya orang Arab dan Bani Israel memeluk CHRISTIAN? Peristiwa tentang penyaliban YESUS ini terjadi di daerah Timur Tengah.Bahkan dijelaskan di dalam Bibel, peristiwa penyaliban tersebut sangatlah menggetarkan hati siapa saja yang melihat dan merasakannya. Dalam Bibel dikatakan bahwa ketika YESUSdisalib maka tanah terbelah,gempa bumi, dan orang-orang mati bangkit (Lukas 23 : 44-49). Logikanya sederhana, sekeras hati siapapun ketika sudah melihat dan merasakan peristiwa ini pasti akan beriman. Peristiwa ini terjadi di Yerusalem di negeri Yahudi.Jadi, seharusnya imannya orang Yahudi dan orang CHRISTIAN dewasa ini pasti akan sama. Namun pada faktanya, CHRISTIAN menuhankanYESUS dan Yahudi meng-Allahkan Yahwe, bukan YESUS. Jika memang benar kata Bibel,bahwa dunia dan seisinya diciptakan oleh Tuhan hanya dengan firman-Nya, apakah kemudian Tuhan kehilangan kekuatannya sehingga untuk menyelamatkan manusia saja Dia harus turun ke bumi, disalib, dan mati terlebih dahulu untuk menyelamatkan manusia? Inti dari ajaran CHRISTIAN adalah” penyelamatan” yang dilakukan oleh Tuhan YESUS kepada umat manusia. Sehingga premis ”YESUS mati dahulu, barulah tiba penyelamatan kepada semua manusia ” adalah harga mati bagi keimanan CHRISTIAN (Korintus 5:15,Roma 10:9, dsb; lihat Hal 34). Jika peristiwa penyaliban YESUS sebagai akar keimanan CHRISTIAN terbantahkan, maka gugurlah batang dan daun keimanan CHRISTIAN dan agama CHRISTIAN dewasa ini.
Inti dari keimanan CHRISTIAN adalah ”percaya saja!”maka akan selamat. YESUS adalah juru selamat bagi dunia (Yohanes3:16, Yohanes 14:6, Markus 16:16,dsb). Yang terjadi adalah dogmatika atas nama Agama.Logika tertutup dan akal-budi manusia ditekan. Karena, begitu mudahnya menemukan kontradiksi antara satu ayat dengan ayat injil lainnya jika dogma telah terdobrak dan logika terbuka. Jika ditilik lebih dalam,ayat-ayat tentang pen-Tuhan-an YESUS dan seputar penyaliban YESUS ini berasal dari Paulus (yang dianggap sebagai Rasul CHRISTIAN).Bahkan 99% ayat tentang pen-Tuhan-an YESUS berasal dari Paulus.

Siapakah Paulus? Boleh dibilang Paulus adalah tokoh paling terkena dalam dunia CHRISTIAN. Bahkan konon Michael Hart, pengarang buku 100 orang paling berpengaruh di dunia, cukup ragu-ragu untuk meletakkan Paulus di bawah YESUS,mengingat begitu berpengaruhnya ajaran Paulus dibanding YESUS. Aneh bukan? Semua orang penganut CHRISTIAN pasti mengenal Paulus. Karena dalam ajaran CHRISTIAN, Paulus adalah rasul yang cerdas, pintar,sabar, dan tegas. Yang entah bagaimana, tiba-tiba dia berubah menjadi seorang yang baik hati setelah sebelumnya dia dikenal sebagai pembunuh dan penjahat.

Injil mengatakan bahwa Paulus awalnya adalah penganut Taurat yang fanatik. ”Tentang kegiatanaku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati hukumTaurat aku tidak bercacat ” (FILIPI3 : 6). Namun di samping itu,sejak muda Paulus sanga tmengagumi budaya Yunani (helenisme) terutama pelajaran filsafatnya. Sehingga dalam dirinya muncul dua pengaruh yang sangat kuat ini, penganut taurat dan pengaruh filsafat helenisme. Paulus sediri bukan orang Yerusalem dan bukan orang Nazareth, sehingga hal ini membuktikan bahwa sejak muda Paulus tidak pernah berhubungan secara langsung dengan YESUS.Dia bukanlah murid YESUS dan bukan pula pengikutnya baik diYerusalem dan di Nazareth.Dengan demikian, wajar jika terjadi perbedaan yang sangat kontradiktif antara ajaran Paulus dan ’YESUS. Salah satunya tentang dosa warisan. ’YESUS tidak pernahmembicarakan sama sekalitentang dosa warisan, sebaliknyaini adalah ajaran Paulus. ”Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut. Demikianlan maut itu telah menjalar kepada semua orang,karena semua orang telah berdosa” (ROMA 5 : 12).

Contoh lain adalah tentang konsep pengampunan.Yesus mengajarkan pengampunan dari Tuhan bagi orang yang bertobat melalui ucapan, sikap, dan perbuatan.Sedangkan Paulus mengajarkan pengampunan Tuhan atas dosa-dosa manusia semata-mata karena pengorbanan atau penyaliban YESUS di kayu salib. Dsb. Jika demikian, jika Paulus tidak pernah menjadi murid YESUS, jika predikat ”Rasul”adalah sesuatu yang tak panta sbagi Paulus, apakah tidak ada satu orang pun yangmempertanyakan? Ternyata tidak.

Injil pun memuat peristiwa ini ketika orang-orang Korintus menanyakan perihal ini kepadanya sehingga membuat Paulus semakin terdesak. Dalam Korintus 9 : 1 – 3 dikatakan : 1.”Bukankah aku Rasul? Bukankah aku orang bebas? Bukankah aku telah melihat YESUS, Tuhan kita? Bukankah kamu adalah buah pekerjaanku di dalam Tuhan ?” 2.”Sekalipun bagi orang lain aku bukanlah Rasul, tetapi bagi kamu aku adalah Rasul, sebab hidupmu dalam Tuhan adalah materai dari kerasulanku ” 3. ”Inilah pembelaanku terhadap mereka yang mengkritik aku ”. ”Bukankah aku Rasul? .... ”
Dari ayat ini saja kita sudah tahu bahwa Paulus bukanlah seorang Rasul. Jika dia benar-benar Rasul, maka kalima tini seharusnya tidak boleh terucap dari mulutnya, sebab secara psikologis dan filosofis makna kalimat ini menunjukkan kesombongan sekaligus perasaan khawatir bahwa rahasianya sebagai Rasul palsu akan terbongkar.
Dari 27 kitab perjanjian baru CHRISTIAN, 14 kitab di antaranya adalah surat Paulus.Rasul palsu itu. Sementara itu,seluruh kitab dalam perjanjian baru, adalah karangan. Ada karangan Markus, Matius, Lukas,Yohanes, dll. Jadi, setelah semua penjelasan di atas, menurut kita bagaimana kebenaran kitab Injil sekarang? Tentu tidak logis, dan sangat memaksa  kalau ada yang mengatakan Injil berasal dariTuhan.

Konsep Trinitas, dari siapa? Sesungguhnya konsep Trinitas bukanlah konsep yang diajarkan oleh YESUS.Konsep  YESUS adalah tauhid(pengesaan). Adapun konsep trinitas ada dan diperkenalkan oleh Paulus. Perdebatan antara pendukung tauhid /unitarianisme dengan pendukung trinitas tidak kunjung henti.Bahkan diwarnai dengan pertumpahan darah pada abad I sampai abad ke IV.

Sehingga sejarah mencatat, pada tahun 325Masehi, Kaisar Romawi Constantinus Agung mengundang para pendeta dari berbagai penjuru untuk berkumpul di Nicea (Italia) dalam sebuah kongres. Kongres ini bertujuan untuk menentukan ajaran mana yang akan dipegang dan dipertahankan. Apakah tauhid atau trinitas. Setelah lama bersidang, di antara 2.048 pendeta yang hadir, 318 pendetasepakat menerima ajaran Paulus(trinitas) dan 1.730 lainnya tetap berpegang pada ajaran Tauhid ’Isa. Dengan demikian, seharusnya tauhid-lah ajaran yang diakui dan dipegang. Namun karena Konstantin sendiri adalah penganut paganisme, maka tak heran, meskipun harus bertentangan dengan keputusan kongres, Konstantin men-dekrit-kan ke seluruh dunia CHRISTIAN bahwa trinitas-lah yang harus dipegang. Inilah tragedi dalam kepercayaan Nasrani yang amat menyedihkan.Sejak keputusan itu, tokoh-tokoh CHRISTIAN yang masih mempertahankan ajaran unitarian ditangkap, disiksa,dibunuh karena dianggap golongan sesat.
Dalam masa pascakongres Nicea itu pula,ditetapkan : 1. Hari kelahiran Dewa Matahari dijadikan hari sabat CHRISTIAN, yaitu hari Minggu. 2.Tanggal kelahiran anak Dewa Matahari, 25 Desember, dijadikan hari kelahiran YESUS. 3. Lambang Dewa Matahari, silang cahaya(salib), menjadi lambang CHRISTIAN.Padahal aslinya, tidak ada yang tahu pasti kapan YESUS lahir. Demikianlah, aqidah CHRISTIAN ini dibangun. Atas dasar imajinasi dan doktrin yang terus menerus dihembuskan kepada para pengikutnya. Karena tanpa itu,akan mudah sekali meragukan kebenaran ajaran CHRISTIAN lalu keluar dari CHRISTIAN, mengingat sejarah lahirnya CHRISTIAN yang suram, sesuram masa depannya.

Rabu, 11 Januari 2012

Kisah Adam menurut Alkitab dan Al Qur’an

karena banyaknya kesamaan apa yang ada didalam al-qur’an dengan apa yang ada didalam alkitab maka para Misionaris membuat tuduhan kalau Al-Qur’an adalah jiplakan dari alkitab. benarkah demikian?
maka dalam hal ini penulis memberi sebuah contoh pada sebuah kisah tokoh yang sama,yaitu Adam.
apakah alqur’an sebagai jiplakan atau membenarkan (koreksi) terhadap apa yang ada didalam alkitab
tentang kisah Adam didalam alkitab maka kita bisa memperhatikan di Kejadian Kejadian 2:7- kejadian 3:24
2.2:7 Kemudian TUHAN Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan napas yang memberi hidup ke dalam lubang hidungnya; maka hiduplah manusia itu.
2:8 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur, dan ditempatkan-Nya di situ manusia yang sudah dibentuk-Nya itu.
2:9 TUHAN Allah menumbuhkan segala macam pohon yang indah, yang menghasilkan buah-buahan yang baik. Di tengah-tengah taman tumbuhlah pohon yang memberi hidup, dan pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
2:10 Sebuah sungai mengalir dari Eden, membasahi taman itu; dan di luar Eden sungai itu terbagi menjadi empat cabang.
2:11 Yang pertama bernama Pison; sungai itu mengalir mengelilingi tanah Hawila.
2:12 Di situ terdapat emas murni dan juga wangi-wangian yang sulit diperoleh, serta batu-batu permata.
2:13 Sungai yang kedua bernama Gihon; airnya mengalir mengelilingi tanah Kus.
2:14 Sungai yang ketiga bernama Tigris dan mengalir di sebelah timur Asyur. Sungai yang keempat bernama Efrat.
2:15 Kemudian TUHAN Allah menempatkan manusia itu di taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu.
2:16 TUHAN berkata kepada manusia itu, “Engkau boleh makan buah-buahan dari semua pohon di taman ini,
2:17 kecuali dari pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Buahnya tidak boleh engkau makan; jika engkau memakannya, engkau pasti akan mati pada hari itu juga.”
2:18 Lalu TUHAN Allah berkata, “Tidak baik manusia hidup sendirian. Aku akan membuat teman yang cocok untuk membantunya.”
2:19 Maka Ia mengambil sedikit tanah dan membentuk segala macam binatang darat dan binatang udara. Semuanya dibawa Allah kepada manusia itu untuk melihat nama apa yang akan diberikannya kepada binatang-binatang itu. Itulah asal mulanya binatang di darat dan di udara mendapat namanya masing-masing.
2:20 Demikianlah manusia itu memberi nama kepada semua binatang di darat dan di udara. Tetapi tidak satu pun di antaranya bisa menjadi teman yang cocok untuk membantunya.
2:21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia tidur nyenyak, dan selagi ia tidur, TUHAN Allah mengeluarkan salah satu rusuk dari tubuh manusia itu, lalu menutup bekasnya dengan daging.
2:22 Dari rusuk itu TUHAN membentuk seorang perempuan, lalu membawanya kepada manusia itu.
2:23 Maka berkatalah manusia itu, “Ini dia, orang yang sama dengan aku–tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku. Kunamakan dia perempuan, karena ia diambil dari laki-laki.”
2:24 Itulah sebabnya orang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya, lalu keduanya menjadi satu.
2:25 Laki-laki dan perempuan itu telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu.
3:1 Ular adalah binatang yang paling licik dari segala binatang yang dibuat oleh TUHAN Allah. Ular itu bertanya kepada perempuan itu, “Apakah Allah benar-benar melarang kalian makan buah-buahan dari segala pohon di taman ini?”
3:2 “Kami boleh makan buah-buahan dari setiap pohon di dalam taman ini,” jawab perempuan itu,
3:3 “kecuali dari pohon yang ada di tengah-tengah taman. Allah melarang kami makan buah dari pohon itu ataupun menyentuhnya; jika kami melakukannya, kami akan mati.”
3:4 Ular itu menjawab, “Itu tidak benar; kalian tidak akan mati.
3:5 Allah mengatakan itu karena dia tahu jika kalian makan buah itu, pikiran kalian akan terbuka; kalian akan menjadi seperti Allah dan mengetahui apa yang baik dan apa yang jahat.”
3:6 Perempuan itu melihat bahwa pohon itu indah, dan buahnya nampaknya enak untuk dimakan. Dan ia berpikir alangkah baiknya jika dia menjadi arif. Sebab itu ia memetik buah pohon itu, lalu memakannya, dan memberi juga kepada suaminya, dan suaminya pun memakannya.
3:7 Segera sesudah makan buah itu, pikiran mereka terbuka dan mereka sadar bahwa mereka telanjang. Sebab itu mereka menutupi tubuh mereka dengan daun ara yang mereka rangkaikan.
3:8 Petang itu mereka mendengar TUHAN Allah berjalan di dalam taman, lalu mereka berdua bersembunyi di antara pohon-pohon supaya tidak dilihat oleh TUHAN.
3:9 Tetapi TUHAN Allah berseru kepada laki-laki itu, “Di manakah engkau?”3:10 Laki-laki itu menjawab, “Saya mendengar Engkau di taman; saya takut, jadi saya bersembunyi karena telanjang.”
3:11 “Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa engkau telanjang?” Allah bertanya. “Apakah engkau makan buah yang Kularang engkau makan itu?”
3:12 Laki-laki itu menjawab, “Perempuan yang Engkau berikan untuk menemani saya, telah memberi buah itu kepada saya, lalu saya memakannya.”
3:13 TUHAN Allah bertanya kepada perempuan itu, “Mengapa kaulakukan itu?” Jawabnya, “Saya ditipu ular, sehingga saya makan buah itu.”
3:14 Sesudah itu TUHAN Allah berkata kepada ular itu, “Engkau akan dihukum karena perbuatanmu itu; dari segala binatang hanya engkau saja yang harus menanggung kutukan ini: Mulai sekarang engkau akan menjalar dengan perutmu, dan makan debu seumur hidupmu.
3:15 Engkau dan perempuan itu akan saling membenci, keturunannya dan keturunanmu akan selalu bermusuhan. Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan menggigit tumit mereka.”
3:16 Lalu kata TUHAN kepada perempuan itu, “Aku akan menambah kesakitanmu selagi engkau hamil dan pada waktu engkau melahirkan. Tetapi meskipun demikian, engkau masih tetap berahi kepada suamimu, namun engkau akan tunduk kepadanya.”
3:17 Lalu kata TUHAN kepada laki-laki itu, “Engkau mendengarkan kata-kata istrimu lalu makan buah yang telah Kularang engkau makan. Karena perbuatanmu itu, terkutuklah tanah. Engkau harus bekerja keras seumur hidupmu agar tanah ini bisa menghasilkan cukup makanan bagimu.
3:18 Semak dan duri akan dihasilkan tanah ini bagimu, dan tumbuh-tumbuhan liar akan menjadi makananmu.
3:19 Engkau akan bekerja dengan susah payah dan berkeringat untuk membuat tanah ini menghasilkan sesuatu, sampai engkau kembali kepada tanah, sebab dari tanahlah engkau dibentuk. Engkau dijadikan dari tanah, dan akan kembali ke tanah.”
3:20 Adam menamakan istrinya Hawa, karena perempuan itu menjadi ibu seluruh umat manusia.
3:21 Maka TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan istrinya, lalu mengenakan-Nya kepada mereka.
3:22 TUHAN Allah berkata, “Sekarang manusia telah menjadi seperti Kita dan mempunyai pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Jadi perlu dicegah dia makan buah pohon yang memberi hidup, supaya dia jangan hidup untuk selama-lamanya.”
3:23 Maka TUHAN Allah mengusir manusia dari taman Eden dan menyuruhnya mengusahakan tanah yang menjadi asalnya itu.
3:24 Kemudian, di sebelah timur taman itu di depan pintu masuk, TUHAN Allah menempatkan kerub-kerub, dan sebilah pedang berapi yang berputar ke segala arah, untuk menjaga jalan ke pohon yang memberi hidup itu. Dengan demikian tak seorang pun dapat masuk dan mendekati pohon itu
dan kita bandingkan dengan kisah Adam di dalam al-Qur’an,
Qs al Baqarah 30-38
[30] Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. [31] Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
[32] Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[33] Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
[34] Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir.
[35] Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
[36] Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”.
[37] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
[37] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
[38] Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
dengan membandingkan keduanya maka kita akan lihat, ada beberapa persamaan 1. tokoh yang diceritakan,yaitu Adam.sebagai manusia yang pertama diciptakan
2. diberinya kebebasan makan apa saja kecuali hanya satu jenis yang dilarang
3. tipu daya kepada adam agar melanggar perintah dari Allah(makan buah khuldi)
4. pelanggaran yang dilakukan adam.
5. diusirnya adam dari tempat tersebut!
apakah karena kesamaan-kesamaan ini bisa menjadi pembenar kalau Al-Qur’an menjiplak alkitab?
sebaiknya para penuduh tersebut jangan hanya melihat persamaanya tetapi harus mencermati perbedaan-perbedaan kedua kisah tersebut
1. tempat terjadinya peristiwa tersebut!
kalau kita perhatikan secara kronologis(ayat-ayat sebelumnya) kisah didalam alkitab. kisah tersebut terjadi di bumi
2. apa yang terjadi sekarang, adalah akibat perbuatan adam dan hawa=karena kena “kutuk” :
a. seorang wanita melahirkan dengan rasa sakit tapi masih birahi juga pada suaminya
3:16 Lalu kata TUHAN kepada perempuan itu, “Aku akan menambah kesakitanmu selagi engkau hamil dan pada waktu engkau melahirkan. Tetapi meskipun demikian, engkau masih tetap berahi kepada suamimu, namun engkau akan tunduk kepadanya.”
b. harus repot-repot/bersusah payah sampai mengeluarkan keringat(buat melangsungkan kehidupan sehari-hari)kejadian
3:17 Lalu kata TUHAN kepada laki-laki itu, “Engkau mendengarkan kata-kata istrimu lalu makan buah yang telah Kularang engkau makan. Karena perbuatanmu itu, terkutuklah tanah. Engkau harus bekerja keras seumur hidupmu agar tanah ini bisa menghasilkan cukup makanan bagimu.kejadian
3:19 Engkau akan bekerja dengan susah payah dan berkeringat untuk membuat tanah ini menghasilkan sesuatu, sampai engkau kembali kepada tanah, sebab dari tanahlah engkau dibentuk. Engkau dijadikan dari tanah, dan akan kembali ke tanah.”b. mengalami kematian
3:22 TUHAN Allah berkata, “Sekarang manusia telah menjadi seperti Kita dan mempunyai pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Jadi perlu dicegah dia makan buah pohon yang memberi hidup, supaya dia jangan hidup untuk selama-lamanya.”ayat-ayat yang termasuk
no:2 inilah yang mereka pahami sebagai dosa waris=bahwa apa yang terjadi sekaran karena kutukan= sebagai akibat dari perbuatan / kesalahan Adam
persoalan “dosa waris disini” justru memunculkan banyak pertanyaan-pertanyaan
1 Apakah semua makhluk/ciptaan Tuhan juga mewarisi dosa yang dilakukan Adam??= bahwa semua makhluk/ciptaan tuhan mendapat kutukan / mengalami kematian dan berbuat kejahatan.
Kemungkinannya:
a. Kalau dijawab ya,berarti Yesus juga mendapat kutukan=mewarisi dosa Adam.
B Kalau dijawab tidak, apakah orang Kristen bisa memberi bukti bahwa ada mahkluk lain yang tidak merasakan kematian?
Kalau mereka menjawab ada.yaitu Iblis dan Malaikat.
jawaban ini lebih aneh lagi karena bukankah Adam melakukan kesalahan tersebut karena Adam dan Hawa terbujuk / tertipu oleh bujukan ular
Dengan kata lain penyebab utamanya adalah ular!!! = kenapa yang dihukum berat korban penipuan bukan pelaku penipuan??
Kenapa yang dikutuk Adam dan anak keturunannya,bukannya ular yang menjadi penyebab???
Apakah Tuhan tak mampu mengutuk Ular yang lebih berat???
kenapa hanya sekedar dikutuk berjalan dengan perutnya saja?
3:14 Sesudah itu TUHAN Allah berkata kepada ular itu, “Engkau akan dihukum karena perbuatanmu itu; dari segala binatang hanya engkau saja yang harus menanggung kutukan ini: Mulai sekarang engkau akan menjalar dengan perutmu, dan makan debu seumur hidupmu.
dan kutukan ini juga memunculkan pertanyaan baru,
apakah benar Ular makanannya debu?
Sehingga perlu membuat pertarungan dari jaman Adam hingga sekarang??
Dan manusia sebagai obyek sasaran perebutan antar keduanya??
antara kekuasaan/kekuaatan Tuhan/sang pencipta dengan kekuatan lain.
Kemudian membuat cerita /keyakinan lanjutan bahwa Tuhan menjelma sebagai manusia dan Iblispun menjelma manusia. Untuk bersaing memperebutkan pengaruhnya pada manusia lain???
Dan di akhir jaman terjadi pertempuran antara dua kelompok tersebut yaitu para pendukung Iblis dan pendukung Tuhan!!
Kalau kita perhatikan dan perbandingkan dengan keyakinan-keyakinan primitive para penyembah pagan/berhala banyak sekali pemahaman mereka sama,bahkan akan kita dapati cerita-cerita yang semakna dengan cerita kutukan dan pembebas kutukan!
Ada Dewa baik dan dewa jahat saling berebut pengaruh!
Ada dewa gelap dan dewa terang saling adu kekuatan!!
Kemudian kedua dewa tersebut menitis ke tubuh manusia sebagai perantara persaingan mereka?..
3. Dosa adam belum di ampuni=justru anak cucunya yang ikut menanggung deriata/kutukan tersebut!
ternyata yang menanggung bukan saja korban penipuan saja.. tetapi anak cucunya harus mewarisi hukuman ???
4 pohon yang dilarang dimakan buahnya adalah “pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat
5. yang melakukan penipuan /membujuk adalah Ular dari sekawanan binatang
3:1 Ular adalah binatang yang paling licik dari segala binatang yang dibuat oleh TUHAN Allah. Ular itu bertanya kepada perempuan itu, “Apakah Allah benar-benar melarang kalian makan buah-buahan dari segala pohon di taman ini?”
3:14 Sesudah itu TUHAN Allah berkata kepada ular itu, “Engkau akan dihukum karena perbuatanmu itu; dari segala binatang hanya engkau saja yang harus menanggung kutukan ini: Mulai sekarang engkau akan menjalar dengan perutmu, dan makan debu seumur hidupmu
dan orang Kristen bisa saja berapologi
tetapi soal ular tersebut dianggap sebagai simbol, Lambang ular dipilih, karena ular itu binatang jang berbahaja bagi manusia
http://sabdaweb.sabda.org/biblical/note/?b=1&c=3&v=1?e=endefn〈=indonesia&theme=clearsky
tetapi muncul pertanyaan:
apakah hanya binatang Ular yang paling berbahaya bagi manusia?
fakta yang ada banyak manusia sekarang yang memelihara ular,sebagai binatang piaraan!
bahkan tidak sekedar menjadi binatang piaraan namun juga menjadi “teman menari”
kejadian
3:15 Engkau dan perempuan itu akan saling membenci, keturunannya dan keturunanmu akan selalu bermusuhan. Keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan menggigit tumit mereka.”
bukankah para penari Ular kebanyakan adalah keturunan dari perempuan tersebut?
lagi-lagi soal ini apa yang tercatat di dalam alkitab tidak terbukti dengan apa yang terjadi di fakta lapangan.
atau juga mereka bisa berapologi dengan catatan alkitab lain
Wahyu 12:9
12:9 Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.
Wahyu 20:2
20:2 ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya,
maka menghadapi apologi semacam ini kita bisa melemparkan pertanyaan
apakah kitab wahyu penulisannya dengan kitab Kejadian tidak jauh berbeda waktunya? atau berbeda ratusan tahun??
sekarang kita lihat didalam Al Qur’an
1. kisah tersebut terjadi di Syurga
=bukan di bumi ini,jadi berdasarkan tempat kisah Al qur’an tidak sama dengan kisah di Al kitab.
[35] Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
2. apa yang terjadi pada manusi sekarang,bukanlah sebuah kutukan
tetapi memang sebelumnya Allah hendak menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi ini.QS Al-baqarah
30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
3. pohon yang di larang dimakan hanya di sebut pohon ini
QS al baqarah 35………dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
istilah pohon khuldi adalah nama yang diberikan Iblis/ syetan kepadanya!
QS thaha 120″ Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
4. secara jelas dan tegas,yang menipu Adam adalah Iblis/Syetan,
QS thaha 120″ Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
5. ada kisah pembangkangan Iblis
[34] Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir.didalam Al kitab soal ini sama sekali tidak diceritakan!
6. kesalahan Adam sudah di ampuni
QS al baqarah
[37] Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
7. bahwa kematian bukanlah akibat sebuah kutukan
atau karena kesalahan adam pada waktu itu,tetapi kematian adalah keharusan bagi makhuk yang bernyawa,karena setiap yang bernyawa akan mengalami kematian!
Qs 3:185 Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…..
Qs 21:35″Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. “
QS 29:57Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
maka kisah pelanggaran Adam bukanlah sebuah kejadian penyebab segala kesusahan buat manusia namun kisah Adam dan kesalahan dalam melanggar perintah Allah adalah sebagai pelajaran buat Adam dan anak cucunya!
pelajaran yang sangat luar biasa,
kalau boleh di ilustrasikan maka kejadian tersebut adalah “masa training” persiapan untuk menjalani kehidupan di bumi!
bagaimana luarbiasanya tipu daya syetan dan Iblis,permusuhan anak keturunan dan syetan tidak bisa hanya terbatas pada permusuhan fisik(seperti ular dengan manusia), tetapi yang paling penting adalah menjauhkan diri dari perilaku-perilaku yang bermental seperti Iblis!
tentang kisah pembangkangan Iblis tersebut diceritakan setidaknya 6x didalam AlQur’an,demikian pentingnya kisah tersebut sehingga diulang-ulang sampai 6 x,dan sebelum kita membahas kisah pembangkangan Iblis,
sebaiknya apa sich tujuan kisah-kisah didalam Al Qur’an?
Al Qur’an 12:111
[111] Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
jadi setiap kisah didalam Al Qur’an bukan sekedar cerita biasa atau dongeng,tetapi ada pelajaran yang penting didalamnya,orang yang mampu menangkap pelajaran tersebut adalah orang-orang yang senantiasa menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya(ingat perintah tentang baca)dan akallah sebuah anugerah yang sangat penting buat manusia dari Allah swt,dan karena akallah yang pembeda yang sangat penting dibanding mahkluk lainnya!sekarang coba kita perhatikan tentang kisah nabi Adam & pembangkangan Iblis dalam Al Qur’an!dari sekian kisah yang diulang-ulang,saya akan kutip satu kisah yaitupada
Qs 7:11-[11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[12] Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.
13] Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.
[14] Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”.
[15] Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”
[16] Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[16] Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[18] Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya”.
[19] (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu
berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim”.
[20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”.
[21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua”,
[22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
[23] Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.
[24] Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”.
[25] Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
[26] Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
[27] Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.
[28] Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: “Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji.” Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
[29] Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri) mu di setiap salat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)”.
[31] Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
[32] Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.
[33] Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui
[34] Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
[35] Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[36] Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.karena kesombongan dan membanggakan asal-usul maka membuat ia termasuk golongan yang kafir=pembangkang!artinya kisah ini mengajarkan tentang kerendahan hati dan menolak segala bentuk fanatisme!dan masihkah ada orang yang masih berfikir bahwa al Qur’an adalah jiplakan dari Al kitab hanya mengkaji satu kisah pembuka begitu berbedanya isi keduanya!semoga bermanfaat bagi orang-orang yang menggunakan hati dan akalnya sebagaimana semestinya
maka setelah memperhatikan satu contoh perbandingan kisah ini maka tuduhan bahwa Al-Qur’an menjiplak alkitab adalah tuduhan membabi buta…tuduhan bukan didasari oleh obyektifitas / fakta tetapi tuduhan di dasari oleh sikap iri dan dengki semata..maka yang muncul adalah fitnah
wassalam

Menjawab Beberapa Tuduhan Diseputar Kompilasi Qur’an

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Banyak Fitnah-Fitnah keji yang dilontarkan oleh kaum kafir contohnya tentang kompilasi Al-Qur’an, salah satu fitnah yang dilontarkan adalah fitnah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an pada saat ini tidak sama dengan Al-Qur’an pada jaman Rasulullah SAW. Berikut adalah fitnah beserta jawaban muslim yang disandur dari tulisannya Bang Faiz.
  1. Quran yang tercecer Menurut Abu Musa Al Asy’ari
    Suwaid ibn Sa`eed ia berkata bahwa `Ali ibn Mus’hir berkata kepada kami: Dawood dari Abu Harb ibn abu al-aswad bahwa ayahnya berkata bahwa Abu Musa’ Al-ash`ari berkata: Kami biasa membawakan satu surat, yang panjang dan kerasnya seperti surat Al Baraah, Saya telah lupa kecuali ayat yang saya ingat :“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah yang berisi harta ia pasti berharap ketiganya dan tidak ada yang dapat memenuhi kerongkongan anak Adam kecuali liang lahat” (HR. Muslim)
    Hadits inilah yang kemudian menjadi argumentasi musuh-musuh Islam yang membuktikan Al Quran yang ada sekarang tidak sama dengan Al Quran dizaman Rasulullah Saw. Hadits ini membuktikan bahwa Al-Quran yang ada sekarang tidak lengkap karena ada ayat yang tidak diakomodir didalamnya. Setelah mengemukakan Hadits ini kemudian mereka mencoba menguatkan argumentasi mereka dengan hadits lain
    Anas bin Malik berkata : “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah yang berisi harta ia pasti berharap ketiganya dan tidak ada yang dapat memenuhi kerongkongan anak Adam kecuali liang lahat, dan kepada Allah kembali ia bertaubat” (HR. Muslim)
    Jawaban dari tuduhan ini adalah bahwa hadits yang pertama telah dikategorikan sebagai hadits dhoif dikarenakan sanadnya yang amat lemah, diantara kelemahannya adalah Suwaid ibn Sa`eed ,`Ali ibn Mus’hir, Dawood, tiga orang yang menjadi mata rantai hadits ini dianggap sangat lemah.
    Kesaksian mengenai Suwaid Ibnu Sa’id:
    Bukhari mengatakan Dia hilang penglihatan dan kemudian biasa meriwayat sesuatu yang bukan dia dengar sendiri, dan kejujurannya dipertanyakan. Nasai mengatakan dia tidak dapat dipercaya . (Al-Zahabi , Tazkirah al-Huffaaz)
    Bukhari mengatakan Suwaid amat tidak bisa dipercaya dan perkataannya aneh dan munkar, Ibnu mu’in berkata Suwaid adalah seorang pembohong, imam Ahmad berkata, perkataan Suwaid tidak dapat diterima. (ibid)
    Kesaksian Mengenai Ali bin Mushir:
    Uqaili berkata Ali bin Munshir tidak dapat dipercaya (Uqaili, Dhuafaa al-`uqaili)
    Ibnu Hajar berkata Ali bin Munshir bisa dipercaya namun ia meriwayatkan hadits yang ganjil setelah ia kehilangan penglihatannya. (Ibn Hajar ,Tehzi’b al-tehzi’b)

    Kasaksian mengenai Dawud :
    Imam Ahmad mengatakan cerita Dawud amat membingungkan, dan saling kontradiktif satu dengan yang lainnya, Ibnu Hibban menambahkan cenderung mengalami kesalahan ketika bercerita berdasarkan ingatannya. (Ibid)
    Dari penjelasan mengenai kredibilitas tiga mata rantai sanad saja hadits ini mempunyai kelemahan yang amat besar belum lagi dari matan yang menyebutkan Abu Musa lupa beberapa ayat lainnya, hal ini amat membingungkan bagaimana mungkin hanya ia saja yang bersaksi bahwa riwayat mengenai anak adam ini adalah bagian dari surat didalam Al Quran?
    Betul memang ada riwayat dari Anas bin Malik yang mengatakan bahwa Rasul pernah menyampaikan kalimat tersebut akan tetapi ia tidak pernah menyebutkan bahwa itu merupakan bagian dari Al Quran.
    Anas bin Malik berkata : “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah yang berisi harta ia pasti berharap ketiganya dan tidak ada yang dapat memenuhi kerongkongan anak Adam kecuali liang lahat, dan kepada Allah kembali ia bertaubat (HR. Muslim)
  2. Surat Al khal dan Al Hadf
    Mereka kemudian menambahkan bahwa Mushaf Abu Musa Al Asy’ari dan beberapa sahabat lainnya memiliki surat yang kemudian tidak tertulis didalam Mushaf Utsmani.Ubay bin Ka’ab memasukan dua surat tambahan yaitu, al Hafdh dan Al Khal yang tidak tertulis didalam mushaf Utsmani, surat ini juga tertulis pada teks Ibnu Abbas dan Abu Musa. Mengenai kesaksian mengenai dua surat yang tercecer di Mushaf Abu Musa, Ibnu Abbas, dan Ubay bin Ka’ab tidak pernah mereka sebut sebagai bagian dari Al Quran, dan tidak ada riwayat yang menyebutkan mereka menganggap itu bagian dari Al Qur’an. Mengenai keberadaan Surat tersebut didalam Mushaf mereka bukan menandakan bahwa hal itu merupakan bagian dari wahyu Allah, berikut terjemahan dari kedua surat tersebut:
    Surat Al Khal
    Allah kami meminta pertolonganmu dan meminta pengampunanmu, dan kami memujimu dan kami bukan termasuk orang yang kafir terhadapmu. Kami berpisah dan meninggalkan orang yang melakukan dosa terhadapmu
    Surat Al-Hadf
    Ya Allah Kami memujimu dan kepadamu kami berdoa dan berserah diri, dan kepadamu kami berlari dan bersegera untuk mengabdi. Kami berharap kepada pengampunanmu dan takut kepada hukumanmu. Hukumanmu akan segera sampai kepada orang-orang kafir.
    Ini adalah terjemahan dari kedua surat yang berada didalam Mushaf sahabat tersebut, yang menarik adalah kedua surat tersebut sama bunyinya dengan bunyi dua doa qunut yang biasa dibaca oleh kaum muslimin yang ada didunia, bahkan rasul sendiri pernah menganjurkan membacanya diakhir sholat witir (Ahmad von Denffer, “Ulum al Qur’an”) , persoalannya apakah segala sesuatu yang tertulis bisa dikatakan bagian dari Al-Qur’an, bukankah Rasul pernah berkata janganlah kalian menulis kecuali Al Quran?
    “Janganlah kalian menulis apa apa dariku, barangsiapa yang menulis dariku selain al-Quran maka hendaklah ia menghapusnya, dan berbicaralah tentang diriku dan itu diperbolehkan, dan barangsiapa dengan sengaja berbohong atas diriku maka bersiap siaplah untuk tinggal diatas neraka” (HR Muslim)
    Betul pesan ini memang disampaikan oleh Rasulullah Saw, akan tetapi bukan berarti hal ini kemudian tersampaikan kepada semua sahabat. Ada saja sahabat yang tidak mengetahui Hadits tersebut dan melakukan kekeliruan, bahkan hal ini mempertegas tindakan Zaid bin Tsabit yang tidak mau menerima catatan yang tidak tertulis langsung dihadapan Rasulullah yang didampingi dua orang saksi. Dia berpikir tidak ada satupun jaminan yang bisa diberikan bahwa sahabat tidak salah dalam prosedural penulisan maupun hapalan suatu ayat tertentu.
    Yang menarik adalah Ubay bin Ka’ab yang dikatakan mempunyai Mushaf yang lain dari Mushaf yang ada sekarang justru adalah orang yang ikut menyusun keberadaan Mushaf Utsmani
    Ata berkata : Ketika Utsman memutuskan untuk menyalin Al Quran kedalam naskah tertulis , ia mengirim mereka kepada Ubay bin Ka’ab. Ubay mendiktekan kepada Zaid yang kemudian menuliskannya, dan bersama mereka Sa’id bin Al ‘Ash, yang meneliti teks (berdasarkan Gramar Arab Quraisy). Teks ini berdasarkan bacaan Ubay dan Zayd (HR. Abu Dawud)
    Utsman memerintahkan Ubay bin Ka’ab untuk mendiktekan, Zayd bin Tsabit untuk menulis, Sa’id bin Al Ash dan Abdurahman bin Al Harith untuk meneliti teks kedalam aturan bahasa Arab (HR. Abu Dawud)
    Hadits ini adalah tamparan yang amat keras bagi orang-orang yang menuduh bahwa Ubay bin Ka’ab memiliki Mushaf yang berbeda dari Mushaf Utsmani, bagaimana mungkin ia bisa melewatkan kedua surat ini kedalam Mushaf Ustmani sedang ia sendiri yang membacakannya didepan Zaid?
  3. Permasalahan Ibnu Mas’ud
    Salah satu argumen yang didengungkan kaum orientalis-misionaris adalah bahwa Abdullah bin Mas’ud menolak untuk membakar mushaf yang dimiliki olehnya dengan mengatakan :Bagaimana mungkin kalian menyuruhku membaca qiraat Zayd. Ketika Zayd masih kecil bermain dengan kawan sebayanya saya telah menghafal lebih dari tujuh puluh surah langsung dari lisan Rasulullah (Ibn Abi Da’ud, Kitab a-Masahif) Yang menarik dari riwayat ini adalah kita sama sekali tidak melihat satupun riwayat Utsman untuk memaksa Abdullah bin Mas’ud untuk menyerahkan Mushafnya, ini sekaligus memperlihatkan kebijaksanaan Utsman yang kemudian mematahkan tuduhan bahwa Utsman bersikap Aristrokat seperti yang dikatakan Robert Morey, padahal Abu Dawud juga meriwayatkan Abdullah bin Mas’ud mengumumkan kepada pengikutnya (orang-orang yang memegang mushaf Ibnu Masud) untuk tidak menyerahkan Mushaf mereka. Bahkan yang terjadi adalah semua orang mengikuti perintah Utsman untuk membakar Salinan Mushaf miliknya.
    Musab ibnu Sa’ad ibnu Waqqas berkata: “Aku melihat orang-orang berkumpul dalam jumlah yang besar ketika Utsman melakukan pembakaran Quran, dan mereka terlihat senang dengan tindakannya, dan tidak ada satupun yang berbicara menentangnya (HR. Abu Dawud)
    Perkataan “Terlihat senang dengan tindakannya” menunjukkan tidak adanya pemaksaan atau ancaman atas tindakan yang menentang perintah tersebut, tidak ada satupun riwayat yang menyatakan adanya seseorang yang dihukum atas tindakan penentangan terhadap perintah Utsman.
    Bahkan berulang kali Utsman menegaskan bahwa dia tidak menolak bacaan bacaan Quran yang berlangsung secara oral. Yang dia ingin satukan adalah bacaan dalam bentuk tertulis untuk menghindari perpecahan dan penyimpangan makna.
    “Adapun Alquran, saya tidak akan menghalangi kalian, hanya saja saya khawatir bila terjadi perpecahan di antara kalian (sebab perbedaan bacaan Alquran) dan silakan kalian membaca (Alquran) dengan harf yang menurut kalian mudah”. ( Muhammad ‘Abd Allâh Dirâz, Madkhal ilâ al-Qur`ân al-Karîm. (Kuwait: Dâr al-Qalam, 1993), cet. II, hlm. 42)
    Kemudahan yang diberikan Utsman inilah yang kemudian menyebabkan kita dapat menemukan bacaan-bacaan yang bersumber dari Rasulullah Saw walaupun hanya berpegang pada riwayat ahad.
    Apakah penolakan Ibnu Mas’ud merupakan penolakan dikarenakan Mushaf yang dimilikinya berbeda secara substansial dengan Mushaf utsmani. Untuk memperkuat adanya perbedaan itu orientalis-misionaris mengajukan bukti adanya penolakan Ibnu Masud dalam tiga surat yaitu Al fatihah dan al-mu `aw-widhatayn (Annas dan Al Falaq).
    Fakta bahwa Ibnu Mas’ud tidak menerima ketiga surat itu sebenarnya telah ditolak oleh beberapa ulama Islam diantaranya Imam Ibnu Hazm Ulama besar dari Andalusia, ia mendustakan orang yang menisbatkan perkataan penolakan tiga surat tersebut kepada Ibnu Mas’ûd. Karena terbukti dalam qiraat Imam ‘Ashim (salah satu dari tujuh otoritas dalam transmisi qiraat yang mu’tabar) yang berasal dari Ibnu Mas’ûd terdapat bacaan al-Mu’awwidzatain dan al-Fâtihah. (Muhammad ‘Abd Allâh Dirâz, Madkhal ilâ al-Qur`ân al-Karîm. (Kuwait: Dâr al-Qalam, 1993), cet. II)
    Argumen yang menguatkan pendapat Ibnu Hazm diantaranya adalah fakta bahwa tidak ada satupun riwayat yang mengklaim Ibnu Masud tidak memasukkan surat 15: 87 kedalam Mushafnya yang berbunyi:
    وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
    “Dan sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang” (QS. 15:87)
    Jika memang benar Ibnu Masud menolak Al Fatihah tentu penolakan dia akan mengalami kontradiksi dengan apa yang telah dia muat sebelumnya.Sebab siapapun setuju bahwa maksud ayat tersebut adalah surat Al-Fatihah. Jikalau memang Ibnu Masud menolak maka dimana dia taruh tujuh ayat yang berulang-ulang tersebut.?
    Tentu saja bukti yang terkuat adalah dari murid-murid Ibnu Mas’ud sendiri, secara logika jika ada sepuluh orang murid yang belajar pada guru yang sama maka hasilnya akan sama, jika ada satu orang yang berbeda dengan kesembilan orang lainnya tentu saja satu orang ini mungkin mengalami noise dalam penerimaan informasi, sebab jika dia sendiri yang berbeda maka dapat dipastikan dia tidak menangkap pelajaran dengan benar. Logika ini yang kemudian membantah dengan sendirinya pendapat orientalis seperti Jefri yang pertama kali menyerang Mushaf Utsmani dengan membandingkannya dengan Mushaf Ibnu Mas’ud dengan alasan yang kita sudah sebutkan diatas. Ibnu Mas’ud mempunyai beberapa orang murid diantaranya `Alqamah, al-Aswad, Masruq, asSulami, Abu Wa’il, ash-Shaibani, al-Hamadani, dan Zirr, semuanya meriwayatkan AI-Qur’an yang mereka terima dari padanya berjumlah sebanyak 114 surah. Hanya salah satu murid Zirr, `Asim, satu-satunya yang memberi pernyataan konyol kendati ia mengajarkan seluruh isi kandungan Kitab Suci atas wewenang Ibn Mas’ud. (As-Suyuli, al-Itqan, 1: 221)
    Terakhir sekali ternyata Jeffery orientalis pertama yang menyudutkan peristiwa ini di buku Materials tidak mengungkap sikap menyeluruh dari `Abdullah ibn Mas`ud. Padahal dari kedua buku yang diedit oleh Jeffery sendiri, disebutkan bahwa Ibn Mas`ud menimbang kembali pendapatnya yang awal dan akhirnya kembali lagi kepada pendapat `Uthman dan para Sahabat lainnya. Ibn Mas`ud menyesali dan malu dengan apa yang telah dikatakannya.(Kitab al-Mabani, yang diedit oleh Jeffery pada tahun 1954 menyebutkan Ibn Mas’ud menyesali sikapnya dan menyetujui Mushaf `Uthmani. Lihat Arthur Jeffery, Kitab al-Mabani, hlm. 95. Bandingkan juga dengan Kitab al-Masahif, 1: 193-195)
  4. Ayat-ayat Rajam
    “Dan bagi laki-laki tua yang berzinah dan wanita tua yang berzinah, rajam mereka atas kesenangan yang telah mereka perbuat”, Umar bin Khattab berkata “orang-orang akan mengatakan bahwa Umar telah menambahkan sesuatu kepada kitab Allah, jika aku menulis ayat rajam” (True Guidance, p. 61- citing Al-Suyuti’s al-Itqan fii ulum al-Quran on nasikh wa mansukh; Darwaza’s al-Quran Al-Majid)Kita harus menyatakan bahwa ayat rajam merupakan pendapat Umar pribadi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya sesuai kaidah ilmiah yang telah disepakati seperti adanya teks yang mendukung adanya ayat tersebut dan teks tersebut harus ditulis dihadapan Rasulullah disaksikan oleh dua orang. (fathul bahri,Ibnu Hajar) Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, bahwa Abu Bakar berkata pada Umar dan Zaid: `Duduklah kamu berdua dipintu masjid. Bila ada yang datang kepadamu membawa dua orang saksi atas sesuatu dari kitab Allah, maka tulislah (HR. Abu Dawud)
    Itulah yang menyebabkan kesaksian Umar tertolak sebab begitu Umar ditanyakan argumennya ayat tersebut memang ada dia tidak bisa membuktikannya (Muhammad ibn Muhammad Abû Syahbah, al-Madkhal li Dirâsat al-Qur`ân al-Karîm, (Kairo: Maktabah al-Sunnah, 1992), Cet. I, hlm. 273)
    Memang ada riwayat juga yang menyatakan Aisyah telah menyimpan teks tersebut dan hilang setelah Rasulullah saw meninggal dunia, akan tetapi hal ini juga menjadi pertanyaan sebab kenapa cuma Aisyah yang menyimpan teks tersebut dan mengapa tidak semua orang tahu akan adanya ayat tersebut. Redaksi Umar yang menyatakan bahwa “orang-orang akan mengatakan bahwa Umar telah menambahkan sesuatu pada kitab Allah” membuktikan bahwa ayat ini hanya diketahui oleh Umar, Aisyah dan juga ditambah riwayat Ibnu Abbas. Akan tetapi mengapa hanya tiga orang yang mengetahui ayat ini adalah sangat ganjil sebab rasulullah sendiri ditugaskan untuk menyebarkan seluruh ayat Quran kepada semua manusia sehingga seharusnya ayat ini diketahui banyak orang.
    Adalah kebiasaan Rasulullah Saw untuk meminta penulis wahyu untuk membaca kembali ayat tersebut setelah menuliskannya, menurut Zaid bin Tsabit, jika ada kesalahan dari penulisan dia membetulkannya, setelah selesai barulah Rasulullah Saw membolehkan menyebarkan ayat tersebut. (Majmauz Zawaid, vol.I, p. 60)
    Rasulullah menulisnya dan baru menyebarkannya kepada masyarakat, riwayat ini membuktikan bahwa suatu ayat seharusnya mutawatir (banyak diketahui orang) disamping ada teks yang dapat dipertanggungjawabkan. Kecurigaan bahwa ayat yang dimaksud adalah hadits qudsi, hadits yang memang diturunkan oleh Allah adalah sebuah keniscayaan sebab hadits sudah biasa diriwayatkan dalam keadaan ahad.
    Mungkin ada juga yang berdalih bukankah Zaid sendiri mencari Huzaimah Al anshary dan hanya dia satu-satunya yang mempunyai akhir surat attaubah.?
    “Sampai saya temukan akhir dari surat At taubah pada Abu Khuzaimah Al Anshary yang tidak terdapat pada surat yang lainnya” (HR. Bukhari)
    Pengecualian akhir surah al-Taubah dari kaidah tersebut, disebabkan catatannya hanya ditemukan pada Abî Khuzaimah al-Anshârî dan berdasarkan kemutawatiran hafalannya, sehingga Rasulullah mengatakan kesaksiannya setara dua orang saksi bahwa ayat tersebut ditulis di hadapan Rasulullah. (Shubhî al-Shâlih, Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur`ân, (Beirut: Dâr al-‘Ilmi li al-Malâyîn, 1990), Cet. XVIII, hlm. 76)
    “Adapun perkataan Zayd: “Saya tidak menemukannya kecuali pada Abî Khuzaimah”, bukan berarti penetapan Alquran dengan khabar âhâd karena Zayd dan sahabat lain menghafal ayat tersebut dan pencariannya kepada sahabat bertujuan untuk menampakkannya bukan sebagai pengetahuan baru.” (Badr al-Dîn al-Zarkasyî, al-Burhân fi ‘Ulûm al-Qur`ân, (Kairo: Dâr Ihyâ` al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1957), Vol. I, hlm. 296)
    Jadi Zayd sendiri mengetahui ayat tersebut dan berusaha membuktikannya dengan mencari data yang digunakan untuk memperkuat argumennya, hingga catatan yang benar-benar ditulis dihadapan rasulullah ditemukan. Karena Zayd sendiri memang sudah mempunyai catatan ayat tersebut akan tetapi dia tidak punya catatan yang ditulis langsung dihadapan Rasulullah, mengenai kesaksian Abu Khuzaimah yang setara dengan dua orang saksi telah ditegaskan oleh Rasulullah sebelumnya, yang sekaligus membuktikan bahwa proses kompilasi Quran ini telah diprediksi sebelumnya oleh Rasulullah Saw.
    Dari Anas berkata bahwa ketika Nabi meninggal, tidak ada yang telah mengumpulkan Quran kecuali empat para orang: Abu Al-Darda`, Mu’adz bin Jabal, Zayd bin Thabit dan Abu Zayd. (HR. Bukhari)
    Sahih Bukhari Volume 6, Book 60, Number 307:
    Narrated Zaid bin Thabit: When we collected the fragramentary manuscripts of the Qur’an into copies, I missed one of the Verses of Surat al-Ahzab which I used to hear Allah’s Apostle reading. Finally I did not find it with anybody except Khuzaima Al-Ansari, whose witness was considered by Allah’s Apostle equal to the witness of two men. (And that Verse was:) ‘Among the believers are men who have been true to their covenant with Allah.’
    Terakhir dan bukti yang paling kuat adalah mengenai teks yang Umar yang meragukan dan aneh serta tidak sesuai dengan gaya bahasa Quran:
    “Dan bagi laki-laki tua yang berzinah dan wanita tua yang berzinah, rajam mereka atas kesenangan yang telah mereka perbuat”
    Lafadz al-Syaikhu wa al-Syaikhatu sangat meragukan karena berarti adalah laki-laki yang sangat tua dan wanita yang sangat tua atau berusia lanjut hal ini seperti yang ada pada ayat Quran yang lainnya,
    وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ ۖ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا ۖ قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّىٰ يُصْدِرَ الرِّعَاءُ ۖ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ
    Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua (Syaikh) yang telah lanjut umurnya” (QS. 28:23 )
    قَالَتْ يَا وَيْلَتَىٰ أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَٰذَا بَعْلِي شَيْخًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ
    Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua (Syaikhatu) , dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. (QS. 11:72 )
    هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
    Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes, air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua (Syaikh), di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya). (QS. 40:67 )
    Dari ayat-ayat tersebut diatas tampak kata Syaikh dan Syaikhatu dipergunakan untuk menunjukkan kata laki-laki tua dan wanita tua. Artinya apa? artinya jelas bahwa jika ayat ini dimasukkan berarti hukum rajam bagi pezina hanya diberlakukan bagi laki-laki dan wanita yang sudah berusia tua, oleh karenanya tentu saja teks ini mengundang kritikan keras dari Zaid bin Tsabit yang menyatakan : “Bukankah dua pasang muda yang telah menikah juga dirajam?” (Muhammad ibn Muhammad Abû Syahbah, al-Madkhal li Dirâsat al-Qur`ân al-Karîm, (Kairo: Maktabah al-Sunnah, 1992), Cet. I, hlm. 273)
    Tambahan dari saya, Umar sendiri telah mengakui bahwa Quran telah menyebutkan adanya ayat-ayat rajam. Jadi jika Umar meyakini bahwa ada ayat-ayat rajam yang tidak disebutkan tentulah ini bertentangan dengan pernyataan Umar sendiri:
    Sahih Bukhari Volume 9, Book 92, Number 424t :
    When we reached Medina, ‘Umar (in a Friday Khutba-sermon) said, “No doubt, Allah sent Muhammad with the Truth and revealed to him the Book (Quran), and among what was revealed, was the Verse of Ar-Rajm (stoning adulterers to death).’” (See Hadith No. 817,Vol. 8 )

    Sahih Bukhari volume 8, Book 82, Number 816:
    Narrated Ibn ‘Abbas: ‘Umar said, “I am afraid that after a long time has passed, people may say, “We do not find the Verses of the Rajam (stoning to death) in the Holy Book,” and consequently they may go astray by leaving an obligation that Allah has revealed. Lo! I confirm that the penalty of Rajam be inflicted on him who commits illegal sexual intercourse, if he is already married and the crime is proved by witnesses or pregnancy or confession.” Sufyan added, “I have memorized this narration in this way.” ‘Umar added, “Surely Allah’s Apostle carried out the penalty of Rajam, and so did we after him.”
    Hadis diatas juga hanya menjelaskan kekhawatiran Umar bahwa suatu saat orang-orang akan mengatakan bahwa ayat-ayat rajam tidak diturunkan (diwahyukan) dalam Quran tapi hanya melalui hadis. Ini saja pengertian dari hadis diatas. Kenyataannya hukum rajam telah disebutkan dalam hadis.
    Related Article: What about missing verse on stoning? (rajam)
  5. Laporan dari Suyuthi dalam Al-Itqan
    Aisyah menyatakan Surah al-Ahzab 33 : 56 pada masa Nabi adalah LEBIH PANJANG yaitu dibaca “Wa’ala al-Ladhina Yusaluna al-Sufuf al-Uwal” selepas “Innalla ha wa Mala’ikatahu Yusalluna ‘Ala al-Nabi…” Aisyah berkata,”Yaitu sebelum USMAN MENGUBAH mushaf-mushaf.”Aisha dilaporkan menyatakan bahwa saat nabi SAW hidup, sura 33 (al-Ahzab) adalah 3 kali lebih panjang daripada yang ada dalam mushaf Usman.Sumber :
    • Al Raghib al Isfahani, Muhadarat al Udaba, vol 4 p 434
    • Suyuti, al Durre Manthur, vol 5 p 180
    • Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p 226
    Kutipan dari Suyuthi :
    Aisyah berkata, “Surah al-Ahzab dibaca pada zaman Rasulullah SAW SEBANYAK 200 AYAT, tetapi pada masa Usman menulis mushaf surah tersebut TINGGAL 173 AYAT SAJA.”

    Sanggahan
    • pertama yaitu kitab Suyuti bukanlah buku sumber, sehingga sebenarnya buku ini tidak bisa dijadikan dasar argumentasi. Kenapa demikian adalah karena didalam buku ini tidak ada sanad, dan sesuatu yang tidak mempunyai sanad tidak dapat dijadikan dasar argumentasi.
    • Kedua, sebagai bukti bahwa buku Suyuti ini mengandung kekeliruan adalah ketika menceritakan tentang berbagai macam perbedaan bacaan (lebih kurang 40 bacaan) dari berbagai macam sumber pada kitab “Al-Ittiqaan fi `uloom al-Qur’an” pada kitab sesudahnya imam suyuti yaitu “Tafsir al-Hawaalik” beliau justru mengakui bahwa tidak ada satupun riwayat tersebut yang dapat diterima !!!.
    • Ketiga, kalaupun riwayat itu diterima hal itu tidak bisa dibenarkan secara ilmiah karena sesuatu yang hanya berdasarkan pendapat satu orang tidak dapat dijadikan bukti, karena didalam Islam selain Qur’an juga ada yang dikenal sebagai hadits qudsi yang secara redaksional hampir mirip dengan Al Qur’an.
    • Keempat mengenai Aisyah sumber yang sahih seperti yang saya kutip diatas menunjukkan bahwa apa yang ditulis oleh Aisyah sangat berbeda dengan apa yang dilakukan Zaid dan sahabat yang lain karena Zaid menulis dihadapan nabi Muhammad, sedangkan Aisyah menulis setelah mendengar dari nabi, sesuatu yang tidak mustahil bahwa persepsi Aisyah itu adalah pendapat pribadi pada ayat itu dan bukan pada keberadaan/entitas ayat itu sendiri.
Akhirnya nampak jelas bagi kita segala argumentasi kaum pagan tentang Al Quran menjadi terhempas dan semakin redup dibawah terang nya cahaya Quran dan nampaklah bahwa Quran merupakan wahyu Allah yang terjaga sampai akhir zaman nanti.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. 15:9)