Yang paling merepotkan lagi, apakah empat gospel utama dari murid-murid Yesus itu benar-benar ada untuk dimasukkan ke dalam Kitab Perjanjian Baru. Setelah dua ratus tahun mengikuti Gospel dari Mark, banyak gospel lain ditulis, dengan segala cerita tentang kehidupan Yesus. Berpuluh-puluh gospel yang berbeda bertebaran, seringkali bertentangan satu sama lain.
Pada Desember 1945, di Jabal Al-Tarif di Mesir, dekat dengan kota Nag Hammadi telah ditemukan 13 buku dari kertas papyrus yang tidak salah lagi itu adalah gospel-gospel yang menceritakan Yesus dari sisi lain. Namun sayangnya para petani yang menemukannya tidak menyadari betapa berharganya yang telah mereka temukan itu. Sehingga hanya sisa-sisa lembaran saja yang sampai pada Museum Coptic di Kairo. Dari lembaran yang selamat itu, ada 52 halaman yang menjadi kontroversi besar para cendekiawan Injil, karena tulisan-tulisan ini merujuk pada perkataan dan keyakinan Yesus yang bertentangan dengan semua yang tercantum dalam Kitab Perjanjian Baru.
Diantara teks-teks yang berhasil ditemukan adalah Gospel Thomas, yang menyebutkan diri sebagai gospel rahasia dan dibuka dengan satu kalimat:
“Ini adalah kata-kata rahasia yang diucapkan oleh Yesus sendiri, dan yang oleh kembarannya, Judas Thomas, dituliskan.”
Dan lagi Gospel Philip, yang secara terbuka menggambarkan hubungan Yesus dengan Maria Magdalena sebagai hubungan yang intim. Maria mempunyai teks sendiri (Gospel Maria) yang di dalamnya dia dianggap sebagai seorang murid dan pemimpin sebuah grup kristen. Dan masih banyak lagi gospel.
Sebuah ancaman yang sama ada dalam semua gospel itu, terlepas dari semua tindakan dan kata-kata mereka tentang Yesus yang ada di dalamnya dan sangat berbeda dari isi gospel Kitab Perjanjian Baru, adalah bahwa mereka menganggap keyakinan Kristen yang umum, seperti kelahiran perawan dan kebangkitan kembali, adalah delusi naïf.
Gerakan Kristen, sampai sebelum Kaisar Constantinus berkuasa atas Roma, adalah illegal, sering dibenci, bahkan dianiaya. Dan mereka yang ada pada Kekristenan Awal ini paham bahwa mereka membutuhkan semacam struktur teologis jika ingin tetap hidup dan berkembang.
Di akhir abda ke-2, sebuah struktur kekuasaan mulai terbentuk. Sebuah hierarki uskup 3 tingkat, dan para pembantu uskup muncul dalam beragam komunitas, mengaku bicara untuk mayoritas, meyakini diri mereka sebagai pengawal dari satu-satunya keyakinan yang benar. Tentu saja mereka bukanlah para monster yang haus kekuasaan, mereka sebenarnya sangat berani dengan segala tindakan yang mereka lakukan, dan mungkin mereka takut jika tidak ada satu tatanan yang diterima secara umum, aturan dan ritual yang ketat, seluruh gerakan itu akan menghilang dan mati.
Dengan adanya gerakan yang terstruktur ini, mereka para pendiri gereja berharap bisa mengatasi permasalahn perkembangbiakan gospel yang saling bertentangan yang mengarah pada resiko perpecahan yang fatal.
Hingga pada kepemimpinan Irenaeus, Uskup dari Lyon, sebuah pandangan terpadu akhirnya diterapkan. Hanya diizinkan ada satu gereja dengan satu tatanan keyakinan dan ritual. Semua sudut pandang lain ditolak, dan dianggap bid’ah. Doktrin mereka sangat lugas, tidak ada pertobatan di luar gereja yang benar, anggotanya harus menjadi ortodoks, yang artinya “berpikir lurus”, dan gereja harus Katolik, artinya “universal”.
Irenaeus memutuskan bahwa seharusnya ada 4 gospel sejati, menggunakan argument aneh bahwa ada 4 sudut dunia dan 4 penjuru mata angina, maka seharusnya ada 4 gospel. Dia menulis dalam lima jilid berjudul “The Destruction and Overthrow of Falsely so Called Knowledge” yang di dalamnya dikatakan bahwa hampir semua kitab yang ada adalah menghina Tuhan, dan menentukan 4 gospel yang kita ketahui sekarang ini sebagai catatan pasti dari ucapan Tuhan, tidak ada kesalahan, tidak terbantahkan, dan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pengikut agama. Yang mana keempat gospel yang dipilih Irenaeus memiliki narasi. Mereka berbicara tentang kematian Yesus di kayu salib, dan tentang kebangkitannya kembali, mereka menghubungkannya dengan ritual mendasar ekaristi (Misa Kudus), Perjamuan Terakhir.
Diperlukan dua ratus tahun lagi hingga akhirnya ke-27 teks yang diringkas menjadi apa yang kita kenal sebagai Kitab Perjanjian Baru akhirnya disetujui bersama. Pada akhir abad itu, kekristenan telah menjadi agama yang secara resmi disetujui dan kepemilikan teks lain dianggap sebagai bid’ah dan tindakan criminal. Semua salinan gospel lain yang diketahui dibakar dan dimusnahkan semuanya, kecuali yang disembunyikan dalam gua-gua di Nag Hammadi, yang tidak memperlihatkan Yesus sebagai makhluk supernatural dalam bentuk apapun. Mereka menggambarkan Yesus sebagai seorang guru , seorang manusia yang bisa orang lain tandingi, dan itu tidak bisa diterima oleh Irenaeus dan komplotannya.
Bagi Irenaeus, Yesus tidak bisa hanya seorang manusia. Dia harus lebih baik dari itu. Dia haruslah Putra Allah. Dia haruslah unik. Karena keberadaannya juga unik, gereja menjadi unik, satu-satunya jalan pertobatan. Dengan menggambarkan Yesus dalam situasi itu, gereja pada awalnya bisa mengklaim bahwa jika kau tidak bersama mereka, mengikuti aturan-aturan mereka, hidup dengan cara yang mereka inginkan, kau akan dikutuk selamanya.
Pada dasarnya semua yang diyakini orang Kristen hari ini dan telah diyakini sejak abad ke-4, semua ritual yang mereka lihat, ekaristi, dan hari-hari suci, tidak satu pun adalah bagian dari apa yang pernah dipercayai pengikut Yesus yang pertama. Itu semua buatan manusia, semua dimunculkan Setelah sekian tahun lamanya, ritual dan keyakinan supernatural yang, dalam banyak hal, di impor dari agam-agama pagan pada masa itu, dari Kebangkitan Kembali hingga Natal. Tetapi para pendiri gereja melakukan hal yang sangat hebat dan melihat keadaan dunia sekarang ini, bisa kukatakan hasil kreatif super hebat para pendiri gereja itu sudah kelewat masanya.
sumber : http://iipsaja.blogspot.com