@BKS hadir untuk mengungkap KEKRISTENAN yang dianggap TABU ...TINGGALKAN JEJAK ANDA DI KOLOM KOMENTAR ...terima kasih....

Kamis, 29 Desember 2011

Waspada!!! Gua Maria Mengepung Indonesia

Waspada!!! Gua Maria Mengepung Indonesia

JAKARTA (voa-islam.com) - Lebih dari 80 lokasi gua Maria telah berdiri di berbagai propinsi mengepung Indonesia. Rumah ibadah berkedok tempat wisata ziarah ini tersebar membentang dari mulai Papua hingga Sumatra. Gua Maria adalah tempat ziarah umat Katolik, biasanya bangunan utamanya dibentuk seperti gua lalu ditempatkannya patung Bunda Maria pada gua tersebut.
Fenomena gua Maria ini pertama kali muncul di Mexico saat salah seorang suku Aztec bernama Quauhtlatoatzin dibaptis oleh pastur Franciscan, lalu berganti nama menjadi Juan Diego. Ia mengaku melihat penampakan bunda Maria di Tepeyac, sebuah bukit di timur laut kota Cuautitlan (sekarang Mexico) lalu memerintahkan uskup supaya membangun sebuah kuil di sana.
Bak jamur di musim hujan gua-gua Maria tumbuh subur di Indonesia, bukan hanya di daerah pedalaman di kota besar seperti Jakarta yang sama sekali tidak pernah ada gua pun dibangun gua Maria. Data-data lokasi gua maria tersebut  bisa dilihat di www.guamaria.com.
Selain berupa gua, bangunan semisal yang dimotori oleh Kristen Katolik ini juga ada yang berbentuk candi seperti candi/gereja Hati Kudus Tuhan Yesus di Dusun Ganjuran, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul. Di lokasi ini bahkan para peziarah Kristen kerap membasuh tangan, muka dan kaki -seperti berwudhu dalam Islam-  ketika hendak berziarah.
Seolah ingin meniru Hindu dan Islam yang memiliki banyak situs sejarah purbakala dan wisata ziarah, umat Kristen pun latah mendirikan candi dan gua rekayasa yang nantinya lama kelamaan seolah dianggap sebagai peninggalan sejarah.
Ustadz Abu Deedat Shihab, MH wakil Ketua KDK (Komisi Dakwah Khusus) MUI Pusat mengatakan bahwa pendirian gua Maria selain menjadi tempat wisata ziarah umat Kristen adalah sebagai upaya untuk membuat-buat sejarah seolah-olah bunda Maria turun di tempat tersebut.
“Adanya patung bunda Maria atau gua Maria dan Candi Yesus Kristus  itu adalah upaya membuat-buat sejarah yang seoalah-olah bunda Maria turun di tempat itu atau jejak sejarah agama Katolik masuk di tempat itu disamping menjadikan sebagai tempat ziarah,” ungkapnya kepada voa-islam.com, Selasa (27/12).
Ia juga merasa khawatir menjamurnya gua Maria nantinya menjadi penyesatan sejarah kepada anak cucu bangsa ini padahal kenyataannya pendirian gua Maria di berbagai tempat tersebut tak ada kaitannya dengan sejarah Katolik.
“Jadi kalau anak-anak kita tidak tahu asal usulnya nanti timbulnya mereka menyangka di situlah penjelmaan atau turunnya bunda Maria, tempat pertama agama Katolik masuk dan lain-lain padahal tidak ada kaitannya dengan sejarah Katolik,” jelas Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bekasi ini.
Ustadz Abu Deedat pun menghimbau agar umat Islam mewaspadai Kristenisasi dalam bentuk lain lewat  menjamurnya gua Maria di berbagai daerah. Ia juga mendesak ormas-ormas Islam segera mengambil sikap tegas. (Ahmed Widad)

Selasa, 27 Desember 2011

Kristen lahir dari kedegilan bangsa Israel

ilustrasi

Sejak jaman Nabi Musa, bangsa Israel terkenal akan kedegilan mereka. Salah satu kedegilan mereka adalah ingin memiliki Allah yang berwujud. Mereka tidak puas dengan Allah yang tidak diketahui wujudnya, mereka ingin seperti bangsa kanaan yang memiliki Allah yang memiliki bentuk, sehingga mereka perlu membuat wujud-wujud Allah yg mereka ingini agar mereka bisa menyembah didepannya. Kedegilan ini dimulai ketika Nabi Musa pergi kegunung sinai, bangsa Israel meminta Harun untuk membuatkan mereka bentuk Allah seperti yang diceritakan dalam keluaran 32:1-6
“Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir–kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu berkatalah Harun kepada mereka: “Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku.” Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!”. Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: “Besok hari raya bagi TUHAN!” Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
Itulah wujud Allah yang pertama kali dibuat oleh bangsa Israel berdasarkan imajinasi Harun yaitu berbentuk patung anak lembu tuangan yg terbuat dari emas. Kelakuan ini tentu saja mendapat hukuman dari Allah seperti yang diceritakan pada ayat selanjutnya.
Keinginan bangsa Israel untuk mengetahui bagaimana wujud Allah terus terjadi. Nabi Musa-pun ternyata juga ingin mengetahui bagaimana Wujud Allah seperti yg diceritakan dalam keluaran 32, sedangkan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raaf 143 dijelaskan bagaimana Nabi Musa bertobat atas kedegilan (ingin melihat wujud Allah) ini.
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَانِي وَلَٰكِنِ انظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ ٧:١٤٣
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. QS Al-A’raaf ayat 143
Keinginan untuk melihat wujud Allah juga dilakukan oleh para murid Yesus, dimana diceritakan dalam Yohanes 14:8 dimana Filifus meminta kepada Yesus untuk menunjukkan bagaimana wujud Bapa/Allah. Maka pada ayat selanjutnya Yesus menyatakan kegeramannya dan mengatakan kepada Filifus
Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;
Ayat ini menunjukkan bagaimana Yesus merasa bahwa pengajarannya akan penyembahan Allah yang berbentuk roh (tidak berwujud) selama itu sepertinya tidak digubris oleh Filifus sehingga kedegilan umat Israel sejak jaman dahulu yang ingin melihat wujud Allah masih saja dilakukan oleh Filifus.
Setelah Yesus diangkat, maka kedegilan umat Israel ternyata dilanjutkan oleh Paulus dimana dia menjadikan Yesus sebagai Wujud Allah. Allah dikatakan telah merendahkan diri sebagai manusia yang bernama Yesus. Kemudian ajaran Paulus yang menyembah kepada Wujud Allah yang bernama yesus disebut dengan kristen. Perkataan Yesus yang sering digunakan umat kristen untuk menyatakan bahwa Yesus adalah perwujudan Allah adalah ada dalam Yohanes 10:30 yaitu “aku dan Bapa adalah satu” seperti juga yg Yesus ucapkan dalam Yohanes 14 diatas. Perkataan ini memang dianggap sebagai suatu hujatan Yesus kepada Allah karena perkataan ini bisa dianggap sebagai penyetaraan diri kepada Allah, sehingga orang-orang Yahudi melempari Yesus dengan batu.
Namun Yesus membantah anggapan tersebut dan mengatakan bahwa perkataan tersebut hanyalah sebuah bentuk ungkapan bagi orang-orang yang menerima perkataan Allah seperti Yesus sebagaimana tertulis dalam taurat dimana Nabi Musa-pun diangkat sebagai Allah bagi Fir’aun. Kesalahpahaman kaum Yahudi ternyata diteruskan oleh orang Kristen, bedanya orang Yahudi menganggapnya sebagai suatu hujatan penyetaraan kepada Allah, sedangkan umat kristen menganggapnya sebagai pengesahan Yesus setara dengan Allah. Namun antara Yahudi dan Kristen ternyata sama-sama salah faham dengan perkataan Yesus.
Penyembahan kepada wujud-wujud Allah jelas dilarang karena hal ini berkaitan dengan larangan penyembahan kepada berhala yang banyak ditemukan dalam ajaran semua Nabi Allah. Berhala sendiri diartikan sebagai “the worship of a physical object as a god;(dari Merriam Webster); jadi setiap bentuk fisik dari Allah bisa dikatakan sebagai berhala, termasuk Yesus yg dianggap oleh orang kristen sebagai bentuk fisik dari Allah. Konsep ketuhanan dalam Kekristenan juga ternyata mempunyai konsep yang dikenal dengan soft polytheisme yaitu Soft Polytheism, which holds that Gods may be aspects of only one God.
dimana banyak inkarnasi Tuhan berasal dari satu Tuhan. Persis seperti konsep trinitas dimana tiga pribadi Allah berasal dari Allah yang Esa/satu. Jadi kristen adalah ajaran soft politheism yang mengajarkan pada penyembahan berhala yang merupakan hasil dari kedegilan bangsa Israel yang selalu ingin mewujudkan Allah dalam bentuk fisik.

CARA BERFIKIR PRIMITIF ORANG-ORANG KRISTEN PART II

Sekitar 2000 tahun yang lalu, terjadi sebuah kisah dimana ada seorang manusia yang dikhabarkan sudah mati akibat disalib tiba-tiba muncul dengan segar bugar dihadapan murid-muridnya. Saking takutnya kalau yang dihadapinya adalah hantu, muridnya pun meminta bukti bahwa yang dihadapinya itu adalah benar-benar gurunya yang hidup kembali. Sang guru pun memberikan bukti bahwa dia memang bukan hantu yaitu dengan ikut memakan ikan yang dimakan oleh muridnya tersebut. Kejadian kebangkitan seorang manusia pada kala itu adalah sebuah peristiwa yang luar biasa sehingga oleh orang-orang kala itu, sang guru dianggap sebagai Tuhan yang mampu mengalahkan kematian.
2000 tahun kemudian setelah peristiwa nan ajaib tersebut, disebuah stasiun televisi menayangkan kisah orang-orang yang ternyata memiliki kisah yang sama dimana mereka yang mati tiba-tiba bisa hidup kembali. Namun fenomena ini tidak lagi dianggap sebagai kejadian “mengalahkan kematian” melainkan sebagai kejadian biasa yang dinamakan dengan mati suri. Kenapa disebut sebagai kejadian biasa?? Karena sudah banyak kejadian-kejadian seperti itu terjadi diseluruh dunia.
Nah melihat fenomena mati suri ini, maka bisa dikatakan kejadian 2000 tahun yang lalu kini sudah tidak bisa dikatakan sebagai kejadian luar biasa. Lalu apakah masih pantas bahwa sang guru dikatakan sebagai Tuhan hanya karena dia mengalami kebangkitan dari kematiannya??

Cara berfikir Primitif orang-orang Kristen

إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ ٣:٥٩
Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. QS Ali Imran ayat 59

maaf mau sedikit membahas ayat ini. waktu diskusi di Utan kayu sama seorang pendeta yang jadi atheis. dia memaparkan soal penelitian yg mengatakan bahwa Yesus sebenarnya lahir akibat dari perkosaan seorang tentara Romawi yang bernama Panthera kepada Maria. Dia bahkan sampe menyatakan bahwa ilmuwan akan mengetes DNA yang ada dikuburan Panthera dan kuburan Yesus agar bisa dicocokkan.
Sebenarnya cara berfikir atheis ini adalah cara berfikir yang melanjutkan keprimitifan cara berfikir waktu dia masih beragama Kristen. Bila memang ilmuwan mau ngetes DNA Panthera dan Yesus, tentu ilmuwan harus juga harus membandingkan DNA keturunan panthera dan Yesus yang ada sekarang untuk memastikan bahwa DNA yang ditest itu benar-benar mayat Panthera dan Yesus. tentu bisa dibilang ini kerjaan yang tidak mungkin. Para ilmuwan atheis itu mencoba menolak ketuhanan Yesus dengan cara-cara yang mustahil.
Mengapa para atheis sampai membuat sebuah argumen bahwa Yesus lahir dari akibat perkosaan?? karena menurut mereka, kalo Yesus lahir tanpa adanya campur tangan seorang lelaki maka itu kejadian yang sudah melanggar hukum alam, dan sesuatu yang terjadi dialam ini tidak mungkin keluar dari hukum alam. ternyata mereka juga berfikir sama dengan orang-orang Kristen yang menganggap kelahiran Yesus tanpa bapak adalah sebuah kejadian Ilahiah yang melanggar hukum alam sehingga dibuatlah doktrin bahwa benih Yesus itu berasal dari Allah dan akhirnya Yesus disetararakan dengan Allah. Padahal menurut ayat Al-Qur’an diatas bahwa kelahiran Yesus yang tanpa bapak itu adalah bukan kejadian Ilahiah dan tidak melanggar hukum alam karena adam sendiri diciptakan dari tanah, tanpa bapak dan ibu. jadi tidak ada alasan untuk menuhankan Yesus. banyak diantara makhluk Allah yg bisa melahirkan tanpa bapak, nih contohnya Hiu punya anak tanpa kawin? . Bahkan para atheis tersebut lupa kalau ternyata sekarang sedang berkembang “kloning” yang hanya dengan DNA saja sudah bisa membuat makhluk hidup.
Jadi, apakah hanya karena Yesus lahir tanpa ayah berarti dia pantas diTuhankan?? ternyata pendeta yang menjadi atheis tersebut hanya melanjutkan keprimitifan cara berfikir sewaktu dia masih menjadi pendeta.

Sejarah Injil Empat

INJIL EMPAT, SUMBER-SUMBER DAN SEJARAHNYA
Dalam karangan-karangan yang ditulis pada permulaan
sejarah agama Kristen, Injil baru disebutkan, lama
sesudah surat-surat Paulus. Bukti-bukti tentang adanya
lnjil-Injil baru terdapat pada pertengahan abad II M,
dan lebih tepat lagi sesudah tahun 140, padahal banyak
pengarang-pengarang Kristen dari permulaan abad II
sudah mengetahui adanya surat-surat Paulus.
Pernyataan-pernyataan yang dimuat dalam l’Introduction
a la Traduction oecumeniq de la Bible Nouveau Testament
(Pengantar kepada terjemahan bersama Protestant,
Katolik – Perjanjian Baru) cetakan tahun 1972 tersebut,
perlu diingat betul-betul, dan perlu diingat pula bahwa
buku Pengantar tersebut adalah hasil karya kolektif
yang mengumpulkan sarjanae-sarjana Protestant dan
Katholik yang jumlahnya lebih dari 100 orang.
Injil yang kemudian menjadi resmi atau Kanonik, baru
diketahui lama sesudah itu, meskipun redaksinya sudah
selesai pada permulaan abad II. Menurut terjemahan
ekumenik orang mulai menyebutkan riwayat-riwayat Injil
mulai pertengahan abad II, “akan tetapi selalu sukar
untuk menetapkan apakah riwayat-riwayat itu disebutkan
menurut teks tertulis atau hanya menurut
ingatan-ingatan fragmen daripada tradisi lisan.”
“Sebelum tahun 140 tak ada bukti-bukti bahwa ada orang
yang mengetahui tentang kumpulan fasal-fasal Injil;
begitulah yang kita baca dalam komentar mengenai
terjemahan Bibel.” Keterangan tersebut di atas
bertentangan dengan apa yang ditulis oleh A. Tricot
(tahun 1960) dalam komentar terjemahan Perjanjian Baru.
“Dari pagi-pagi semenjak permulaan abad II, telah ada
kebiasaan memakai perkataan Injil, untuk menunjukkan
fasal-fasal yang disekitar tahun 150 Yustin menamakan
memoar para Rasul.” Pernyataan yang semacam itu sangat
sering sehingga akibatnya orang awam mempunyai gambaran
yang keliru tentang waktu pengumpulan Injil.
Injil-Lnjil menjadi suatu kesatuan satu abad setelah
Yesus tidak ada lagi, dan bukan sebelum itu. Terjemahan
Ekumenik Bibel mengira-ngirakan bahwa Injil yang empat
itu mendapat status sebagai Injil Kanonik sekitar tahun
170.
Pernyataan Yustin yang mengatakan bahwa para pengarang
Injil adalah para rasul (sahabat Yesus) tak dapat lagi
diterima pada waktu ini, seperti yang akan kita lihat
nanti mengenai waktu penyusunan Injil-Injil. A. Tricot
menerangkan bahwa Injil Matius, Markus dan Lukas telah
disusun sebelum tahun 70. Pernyataan tersebut tidak
dapat diterima kecuali yang mengenai Markus. Juru
tafsir, A. Tricot ini, seperti juru-juru tafsir lainnya
merasa berbuat amal kebajikan untuk melukiskan bahwa
para penulis Injil adalah rasul-rasul atau
sahabat-sahabat Yesus, dan dengan begitu maka ia
memajukan waktu penyusunannya sehingga dekat kepada
waktu hidupnya Yesus. Adapun Yahya yang oleh A. Tncot
digambarkan sebagai seorang yang hidup sampai tahun
100, orang-orang Kristen biasa membaca namanya
disebutkan dekat Yesus dalam peristiwa-peristiwa
penting, akan tetapi sangat sukar untuk memastikan
bahwa orang itu adalah pengarang Injil yang membawa
nama Injil Yahya. Rasul Yahya (sebagai juga Matius),
bagi A.Tricot dan beberapa ahli tafsir lainnya adalah
saksi yang cakap dan boleh dipercaya mengenai
kejadian-kejadian yang diriwayatkannya; tetapi
kebanyakan ahli kritik tidak menerima hypotesa yang
mengatakan bahwa sahabat Yahya itu adalah pengarang
Injil keempat
Tetapi jika empat Injil itu tidak dapat dianggap secara
memuaskan sebagai memoar para rasul atau para sahabat
Yesus, darimanakah asal Injil-Injil itu?
O.Culmann dalam bukunya: Perjanjian Baru (1967),
Presses Universitaire de France, menulis bahwa “para
pengarang Injil adalah juru bicara dari masyarakat
Kristen asli yang menentukan tradisi lisan; selama 30
tahun atau 40 tahun, Injil hanya ada dalam bentuk
tradisi lisan; tradisi meriwayatkan kata-kata atau
hikayat-hikayat yang terpisah-pisah. Para pengarang
Injil menghubungkan hal-hal yang terpisah itu,
masing-masing menurut caranya dan seleranya serta
perhatian teolognya yang khusus. Pengelompokan
kata-kata Yesus sebagai rangkaian riwayat-riwayat
dengan kata-kata penghubung yang kabur seperti: sesudah
itu, selekasnya, dan lain-lain yang terdapat dalam
Injil-Injil Sinoptik9 hanya merupakan susunan literer
dan tidak mempunyai dasar sejarah.”
Pengarang tersebut meneruskan: “Kita harus ingat bahwa
yang menjadi pedoman kelompok primitif (asli) dalam
menentukan tradisi mengenai kehidupan Yesus bukan
perhatian terhadap sejarah hidup Yesus, akan tetapi
kebutuhan untuk berdakwah untuk pendidikan dan untuk
beribadah. Para rasul menggambarkan kebenaran
kepercayaan yang mereka dakwahkan dengan cara
meriwayatkan kejadian-kejadian dalam kehidupan Yesus.
Khotbah-khotbah mereka itulah yang menentukan
hikayat-hikayat tersebut. Kata-kata Yesus diriwayatkan
khususnya dalam pengajaran kateketiknya Gereja asli.
Para penyusun “Terjemahan Ekumenik dari pada Bibel”
tidak menyebutkan mengenai penyusunan Bibel kecuali
terbentuknya tradisi lisan di bawah pengaruh
nasehat-nasehat murid Yesus dan juru-juru dakwah
lainnya. Pemeliharaan bahan-bahan tersebut dalam Injil
adalah dengan jalan dakwah, liturgi,
pengajian-pengajian para penganut agama yang setia.
Kemungkinan tersusunnya bentuk tertulis mengenai
kepercayaan, kata-kata tertentu danpada Yesus seperti
Hikayat Penyaliban umpamanya, para pengarang Injil
memakai bentuk tertulis bersama dengan tradisi oral
untuk menghasilkan teks yang sesuai dengan lingkungan
yang bermacam-macam, untuk memenuhi kebutuhan Gereja,
untuk menunjukkan pemikiran tentang kitab suci, untuk
membetulkan yang salah dan untuk menjawab argumentasi
lawan. Dengan begitu maka para pengarang Injil
mengumpulkan secara tertulis hal-hal yang mereka
dapatkan sebagai tradisi lisan, masing-masing menurut
pandangan dan seleranya.”
Sikap kolektif yang diperlihatkan oleh 100 ahli tafsir
Perjanjian Baru Katolik dan Protestant berbeda sekali
dengan garis yang ditetapkan oleh Konsili Vatikan II
dalam penyusunan dogmatik tentang Wahyu, yaitu
penyusunan yang dikerjakan antara tahun 1962 dan tahun
1965. Kita telah menyebutkan di atas tentang dokumen
penting yang dihasilkan oleh Konsili tersebut mengenai
Perjanjian Lama. Konsili Vatikan II telah mengatakan
bahwa fasal-fasal Perjanjian Lama mengandung hal-hal
yang tidak sempurna dan lemah (imparfait et caduc),
akan tetapi Konsili tersebut tidak memberikan “reserve”
yang sama terhadap Injil. Sebaliknya Konsili tersebut
menyebutkan:
“Semua orang tahu bahwa di antara tulisan-tulisan Kitab
suci, termasuk yang terdapat dalam Perjanjian Baru,
Injil-Injil menunjukkan kelebihan yang menonjol, karena
Injil itu merupakan kesaksian yang tertinggi tentang
kehidupan dan ajaran kata Tuhan yang menjelma menjadi
manusia, juru selamat kita. Di mana saja dan kapan
saja, Gereja selalu mempertahankan bahwa empat Injil
itu berasal dari para Rasul (sahabat Isa). Injil-Injil
itu adalah apa yang telah diceramahkan oleh para Rasul
dengan mengikuti perintah Yesus. Oleh karena itu maka
para Rasul dan orang-orang yang selalu dekat dengan
mereka, telah mendapat inspirasi suci dari Ruhul Kudus
dan meriwayatkan tulisantulisan yang merupakan dasar
kepercayaan Kristen, yakni Injil, dengan empat
bentuknya yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas
dan Injil Yahya.” “Ibu Suci (Gereja) selalu berpegang
dengan kuat bahwa empat Injil yang diberi sifat
bersejarah telah menyampaikan dengan penuh amanat
segala apa yang diperbuat dan diajarkan oleh Yesus,
putra Tuhan, selama ia hidup di antara manusia sampai
ia diangkat ke langit. Para pengarang suci kemudian
menyusun Injil empat yang memberikan kepada kita segala
yang benar dan jujur mengenai Yesus.”
Kata-kata yang kita kutip daripada Konsili Vatikan II
itu menunjukkan secara tegas kepercayaan bahwa Injil
telah meriwayatkan perbuatan dan perkataan Yesus. Akan
tetapi kita merasakan ketidakserasian antara pernyataan
Konsili tersebut dengan pernyataan pengarang-pengarang
yang kita sebutkan sebelumnya, khususnya kata kata R.P.
Kannengiesser: “Kita tidak boleh memahami Injil-lnjil
secara harafiah, oleh karena Injil itu merupakan
tulisan-tulisan daripada keadaan-keadaan tertentu atau
tulisan-tulisan perjuangan yang penulis-penulisnya
memelihara tradisi masyarakat mereka mengenai Yesus
dengan tulisan.”
“Injil-Injil adalah teks-teks yang menyesuaikan diri
dengan bermacam-macam lingkungan, memenuhi
kebutuhan-kebutuhan Gereja, melontarkan pikiran-pikiran
mengenai Kitab suci, membetulkan kesalahan-kesalahan
dan menjawab argumentasi lawan. Dengan begitu,
Injil-injil mengumpulkan dan menuliskan apa yang mereka
terima dari tradisi lisan, menurut pandangan-pandangan
pribadi mereka.” (Terjemahan Ekumenik dari Injil).
Nyata sekali hahwa antara deklarasi Konsili Vatikan dan
sikap-sikap yang lebih baru terdapat kontradiksi. Tidak
mungkin untuk menyesuaikan deklarasi Vatikan II yang
mengatakan bahwa dalam Injil, kita menemukan riwayat
yang jujur tentang perbuatan dan perkataan Yesus,
dengan adanya kontradiksi, kekeliruan, kemustahilan
material dan pemberitaan yang bertentangan dengan
realitas ilmiah yang sudah pasti.
Sebaliknya, jika kita memandang Injil sebagai ekspresi
dari pandangan-pandlangan pribadi dari orang-orang yang
mengumpulkan tradisi-tradisi lisan yang terdapat dalam
bermacam-macam kelompok, kita tidak merasa heran jika
kita menemukan dalam Injil-Injil itu
keterangan-keterangan yang menunjukkan bahwa
Injil-lnjil tersebut ditulis oleh orang-orang dalam
suasana yang telah kita terangkan di atas. Mereka itu
dapat saja merupakan orang-orang yang sangat jujur
walaupun mereka itu meriwayatkan hal-hal yang memuat
kontradiksi dengan pengarang-pengarang lain karena
mereka sendiri tak pernah merasa curiga akan
kebenarannya, atau mungkin sekali karena ada persaingan
keagamaan antara dua kelompok, mereka itu menyajikan
riwayat kehidupan Yesus menurut kaca mata yang sangat
berlainan dengan kaca mata lawannya.
Kita telah membaca bahwa konteks sejarah adalah sesuai
dengan cara memandang Injil seperti tersebut.
Bahan-bahan untuk menyelidiki Injil yang kita miliki
semua menguatkan pandangan semacam itu.

Sumber-sumber Injil

Kesan umum tentang Injil yang kita dapatkan dari
penyelidikan kritis terhadap teks adalah bahwa
Injil-lnjil “merupakan literatur yang kurang sempurna
penyusunannya,” “yang tidak menunjukkan kontinuitas”
dan “yang menunjukkan kontradiksi-kontradiksi yang tak
dapat diatasi.” Penilaian tersebut kita pinjam dari
Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel, suatu buku yang
penting sekali untuk kita jadikan referensi, oleh
karena penilaian soal ini mempunyai akibat yang gawat.
Kita telah membaca dalam bagian lain catatan-catatan
mengenai sejarah kontemporer tentang agama, bahwa
kelahiran Injil-Injil dapat menerangkan ciri-ciri
literatur yang membingungkan ini bagi pembaca yang
menggunakan pikirannya.
Akan tetapi kita perlu menyelidiki lebih jauh dan
mencari yang dapat kita peroleh daripada
karangan-karangan yang diterbitkan pada zaman modern
ini mengenai sumber-sumber yang memberi bahan-bahan
kepada pengarang Injil untuk menyusun teks mereka;
adalah menarik juga untuk menyelidiki apakah sejarah
teks-teks Injil setelah dibukukan dapat menerangkan
aspek-aspek Injil yang sekarang kita baca.
Persoalan sumber ini telah dibicarakan secara sederhana
sekali pada zaman Pendeta-pendeta Gereja (zaman
Pertengahan). Pada abad-abad pertama Masehi, sumber
Injil adalah Injil yang pertama tersusun dari
manuskrip-manuskrip komplit, yakni Injil Matius. Soal
sumber hanya mengenai Injil Lukas dan Markus. Injil
Lukas merupakan kasus yang berdiri sendiri. Agustinus
menganggap bahwa Markus, yaitu nomor dua dalam urutan
Injil tradisional, mendapat inspirasi dari Injil Matius
yang ia ringkaskan, dan bahwa Lukas yang merupakan
pengarang Injil ketiga dalam manuskrip telah
mempergunakan Injil Markus dan Matius. Pendahuluan
Injil Lukas memberi kesan semacam itu.
Para ahli tafsir Injil pada waktu itu dapat juga
memberikan gambaran tentang persamaan (convergensi)
teks-teks dan menemukan ayat-ayat yang sama dalam dua
atau tiga Injil Sinoptik. Para ahli tafsir Terjemahan
Ekumenik daripada Bibel memberikan angka-angka sebagai
berikut:
Ayat-ayat sama dalam tiga Injil Sinoptik adalah 330
Ayat-ayat sama dalam Injil Markus dan Matius adalah 178
Ayat-ayat sama dalam Injil Markus dan Lukas adalah 100
Ayat-ayat sama dalam Injil Matius dan Lukas adalah 230
dan ayat-ayat yang khusus bagi tiap-tiap pengarang
Injil adalah: 330 ayat untuk Matius, 53 untuk Markus
dan 500 untuk Lukas.
Dari zaman para pendeta-pendeta Gereja sampai akhir
abad ke XVIII, 1500 tahun telah lewat dan tak ada
masalah baru mengenai sumber-sumber pengarang Injil;
orang hanya mengikuti tradisi. Hanya pada zaman modern
inilah orang mengerti bahwa tiap pengarang Injil,
walaupun mengambil informasi yang ada pada pengarang
lain, ia menyusun suatu riwayat menurut seleranya dan
pandangan pribadinya. Oleh karena, itu orang mulai
memperhatikan kumpulan bahan-bahan hikayat, di satu
pihak dalam tradisi lisan kelompok-kelompok asli, dan
di lain pihak dalam sumber umum dalam bahasa Aramaik
yang mestinya ada, akan tetapi sampai sekarang belum
ditemukan orang. Sumber yang tertulis ini mungkin
merupakan hanya satu kumpulan yang utuh, atau merupakan
bagian-bagian yang bermacam-macam yang dapat dipakai
oleh tiap-tiap pengarang Injil untuk menulis Injilnya.
Penyelidikan-penyelidikan yang mendalam semenjak satu
abad telah mengungkapkan teori-teori yang berkembang
dan menjadi rumit. Teori pertama adalah teori dua
sumber daripada Holtzmann (tahun 1863). Menurut teori
ini sebagai yang dijelaskan oleh O. Culmann dan
Terjemahan Ekumenik, Matius dan Lukas memakai pertama
bahan Markus, dan kedua suatu dokumen yang sekarang
hilang. Selain itu Matius dan Lukas masing-masing
memakai satu sumber sendiri. Hal tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Sumber khusus
untuk Matius
|
|
|–> Matius Lukas |
|-> Matius inter
Dokumen A ->|
Dokumen A ->|
|
Dokumen B ->|-> Markus inter
|
Dokumen C ->|
Dokumen B ->|
|
Dokumen C ->|
|-> Proto Lukas ->|
Dokumen Q ->| |-> Lukas final
| Markus inter ->|
Matius inter ->|
Proto Lukas ->|
|
Markus inter ->|-> Markus final
|
Matius inter ->|
Matius inter ->|
|-> Matius final ->|
Markus inter ->| |
|
|-> Yahya final
Dokumen B ->| |
| |
Dokumen C ->|—-> Yahya —–>|
|
Proto Lukas ->|
Keterangan:
a, b, c, q = dokumen-dokumen dasar;
Mat. inter. = Matius intermedier
Mark. inter. = Markus intermedier
Proto Lukas = Lukas intermedier
Yahya = Yahya intermedier
Mat. final = redaksi final Matius
Mark. final = redaksi final Markus
Lukas final = redaksi final Lukas
Yahya final = redaksi final Yahya
Konklusi dari semua ini adalah bahwa dengan membaca
Injil, kita tidak yakin sama sekali bahwa kita membaca
katakata Yesus. R.P. Benoit memperingatkan pembaca
Injil tentang hal ini, tetapi memberi ganti
(kompensasi) sebagai berikut: Jika pembaca terpaksa
tidak dapat mendengarkan suara langsung daripada Yesus,
ia mendengar suara Gereja; pembaca Injil percaya kepada
juru bahasa yang disahkan oleh Yesus, yang setelah
pernah bicara di dunia ini sekarang berbicara dari
langit.
Bagaimana kita dapat menyesuaikan pengakuan resmi bahwa
beberapa teks Injil tidak autentik, dengan
kalimat-kalimat Konsili Vatikan II tentang wahyu Ilahi
yang meyakinkan kepada kita tentang terjadinya
transmisi (periwayatan) yang jujur daripada kata-kata
Yesus: “Injil empat yang diakui oleh Gereja tanpa
ragu-ragu tentang sejarahnya, telah menyampaikan secara
jujur apa-apa yang diperbuat dan diajarkan oleh Yesus,
putra Tuhan bagi keselamatan abadi, yaitu selama ia
hidup diantara manusia sampai ia diangkat ke langit.”
Nampaklah dengan jelas sekali bahwa hasil penyelidikan
Sekolah Bibel di Yerusalem telah membantah keras
deklarasi Konsili Vatikan II.

Injil Karangan Yahya

Injil Yahya adalah sangat berbeda dengan tiga Injil
lainnya, sedemikian rupa sehingga R.P. Rouguet dalam
bukunya Pengantar kepada Injil, setelah memberi
tafsiran kepada ketiga Injil yang pertama, mengatakan
bahwa Injil Yahya merupakan “Dunia yang lain.” Memang
begitu. Sesungguhnya Injil Yahya merupakan buku yang
sangat berlainan; kita dapatkan di dalamnya perbedaan
dalam tertib susunannya, dalam hikayatnya, dalam
uraian-uraiannya, perbedaan gaya bahasa, perbedaan
geografis dan kronologis bahkan perbedaan dalam
pandangan teologi (O. Culmann). Dengan begitu maka
kata-kata Yesus diriwayatkan oleh Yahya dan oleh ketiga
pengarang Injil lainnya secara berbeda. R.P. Rouguet
menjelaskan bahwa “Injil-Injil Sinoptik17 meriwayatkan
kata-kata Yesus dalam style yang bernada perintah keras
dan lebih dekat dengan gaya orang bicara.” Dalam Injil
Yahya segala sesuatu bernada “berfikir,” sedemikian
rupa sehingga kita dapat bertanya apakah Yesus yang
bicara atau ide yang dicetuskan Yesus itu kemudian
diperpanjang secara tidak sadar dengan
pemikiran-pemikiran pengarang Injil.
Siapakah pengarang Injil Yahya? Persoalan ini banyak
diperdebatkan dan memang terdapat bermacam-macam
pendapat. A. Tricot dan R.P. Rouguet yakin bahwa Injil
Yahya dikarang oleh seorang saksi-mata. Pengarangnya
adalah Yahya, anak Zebede , saudara Yakob ini adalah
seorang sahabat Yesus yang segi-segi hidupnya sudah
terkenal dan terpapar dalam buku-buku pelajaran agama
bagi awam. Seni gambar populer melukiskannya
berdampingan dengan Yesus pada waktu santapan terakhir,
sebelum pensaliban. Siapa yang dapat menggambarkan
bahwa Injil Yahya bukan karangan Yahya, sahabat Yesus
yang gambarnya tersebar di mana-mana?
Bahwa Injil keempat ini ditulis pada waktu yang sangat
terlambat tidak menjadi argumentasi formal untuk
melawan anggapan di atas. Pendapat yang definitif
mengatakan bahwa Injil Yahya dikarang pada akhir abad
pertama. Gambaran bahwa Injil Yahya ditulis 60 tahun
sesudah Yesus dapat terasa sesuai dengan adanya seorang
sahabat yang sangat muda pada waktu hidupnya Yesus, dan
kemudian berumur panjang hampir satu abad.
R.P. Kannengiesser dalam penyelidikannya tentang
kebangkitan Yesus berkesimpulan bahwa tak seorangpun di
antara pengarang-pengarang Perjanjian Baru, kecuali
Paulus, yang dapat dikatakan saksi mata terhadap
kelanjutan Yesus. Walaupun begitu, Yahya meriwayatkan
tentang Yesus menampakkan dirinya kepada 12 sahabatnya,
termasuk Yahya sendiri, yang sedang berkumpul, tetapi
Thomas tidak hadir (Yahya, 20, 19-24). Kemudian
kejadian tersebut terulang; Yesus nampak kepada 12
sahabatnya yang berkumpul lengkap.
O. Culmann, dalam bukunya Perjanjian Baru tidak
membicarakan hal tersebut.
Terjemahan Ekumenik terhadap Bibel mengatakan bahwa
kebanyakan para pengeritik tidak dapat menerima
anggapan bahwa Injil Yahya adalah karangan Yahya
sahabat Yesus; memang tak ada kemungkinan bahwa
anggapan awam itu benar. Akan tetapi semua orang
berpendapat bahwa teks Injil Yahya itu dikarang oleh
beberapa penulis. Ada kemungkinan besar bahwa Injil
Yahya yang kita miliki disiarkan oleh murid-murid
pengarang. Mereka itu telah menambah fasal 21, dan
tidak ada keragu-raguan lagi bahwa mereka juga menambah
catatan-catatan (fasal 4, 2 dan mungkin fasal 4, 1, 4,
44, 7, 37b, 11, 2, 19, 35), mengenai hikayat wanita
yang berzina, semua orang sependapat bahwa sumber
daripada hikayat tak dapat diketahui, dan hikayat itu
diselipkan kemudian. (Walaupun begitu termasuk dalam
Injil Kanon). Paragraf 19, 35 nampak sebagai pernyataan
dari seorang saksi mata (O. Culmann); ini adalah
satu-satunya paragraf yang memberikan kesan tersebut,
tetapi para ahli tafsir Injil berpendapat bahwa
paragraf tersebut adalah paragraf tambahan.
O. Culmann berpendapat bahwa tambahan-tambahan baru
nampak dalam Injil Yahya fasal 21, pasti merupakan
karya seorang murid yang memasukkan perubahan dalam
tubuh Injil Yahya.
Dengan tidak menyebutkan hipotesa-hipotesa yang
diajukan oleh para ahli tafsir Injil, catatan-catatan
yang datang dari pengarang-pengarang Kristen yang
ternama dan yang mengenai persoalan siapa yang menulis
Injil Yahya, menunjukkan kepada kita bahwa mereka
berada dalam kebingungan. Nilai sejarah daripada
riwayat-riwayat Yahya juga banyak dibantah.
Perbedaannya dengan ketiga Injil lainnya adalah besar.
O. Culmann mengatakan bahwa Yahya mempunyai
pikiran-pikiran teologi yang berbeda dengan
pengarang-pengarang Injil lainnya. Perbedaan teologi
ini, menjadi pedoman untuk memilih kata-kata Yesus yang
diriwayatkan, dan cara meriwayatkannya. Dengan begitu
maka Yahya sering memperpanjang kata-kata tersebut, dan
melukiskan Yesus yang kita ketahui dalam sejarah
mengatakan, apa yang dikatakan oleh Ruhul Kudus
kepadanya. Bagi ahli tafsir Injil ini, (O. Culmann)
itulah sebabnya perbedaan antara Injil Yahya dan
Injil-Injil yang lain.
Sudah terang kita dapat menggambarkan bahwa Yahya yang
menulis Injilnya sesudah pengarang-pengarang lain dapat
memilih hikayat-hikayat yang lebih dapat menerangkan
idenya; kita tidak perlu heran jika kita tidak
menemukan dalam Injil Yahya hal-hal yang dapat kita
temukan dalam Injil-Injil yang lain. Terjemahan
Ekumenik menyebutkan beberapa hal semacam itu (halaman
282). Tetapi yang mengherankan kita adalah adanya
kekosongan-kekosongan. Kekosongan-kekosongan itu ada
yang hampir tak dapat dipercaya seperti hikayat lembaga
Ekansti. Kita tak dapat menggambarkan bahwa hikayat
yang sangat penting bagi agama Kristen dan kemudian
menjadi tiang (pokok) bagi liturginya yaitu misa, bahwa
hikayat tersebut tidak disajikan oleh Yahya, seorang
pengarang Injil yang terbaik. Dan Yahya hanya puas
dengan menceritakan bagaimana Yesus membasuh kaki murid
muridnya, meramalkan pengkhianatan Yudas dan
pengingkaran Petrus kepadanya.
Sebaliknya ada hikayat-hikayat yang diceritakan oleh
Yahya tetapi tak tersebut dalam Injil-Injil yang lain.
Terjemahan Ekumenik menyebutkan hikayat-hikayat
tersebut pada halaman 283. Mengenai hal ini orang dapat
mengatakan bahwa ketiga pengarang Injil Sinoptik tidak
dapat menemukan dalam hikayat yang diriwayatkan oleh
Yahya sesuatu arti yang penting. Tetapi kita tentu
merasa heran karena membaca Injil Yahya yang memuat
hikayat Yesus yang sudah hidup kembali menampakl;an
dirinya kepada murid-muridnya di pinggir danau Tabariah
(Yahya 21, 1-14); hikayat tersebut adalah reproduksi
daripada hikayat mencari ikan yang disebutkan oleh
Lukas (5, 1-11) dengan banyak tambahan. Yahya
menceritakan hikayat tersebut seakan-akan kejadian yang
terjadi pada waktu Yesus masih hidup. Dalam Hikayat ini
Lukas menyebutkan bahwa Yahya juga ada, yakni Yahya
yang kemudian mengarang Injil Yahya
Hikayat Injil Yahya tersebut merupakan bagian dari
fasal 21 yang semua penyelidik sepakat bahwa fasal
tersebut adalah tambahan. Dengan mudah kita dapat
menggambarkan bahwa disebutkannya nama Yahya dalam
hikayat Lukas akan dapat memasukkannya secara
buat-buatan dalam Injil keempat. Bahwa untuk keperluan
tersebut orang harus merubah hikayat dari zaman Yesus
masih hidup menjadi hikayat yang diriwayatkan sesudah
Yesus tidak ada lagi, hal ini tidak dapat
memberhentikan tindakan orang-orang yang bertujuan
merobah teks Injil.
Ada lagi suatu perbedaan besar antara Injil Yahya
dengan ketiga lnjil lainnya, yaitu soal berapa lama
Yesus melakukan tugasnya. Markus, Matius dan Lukas
mengatakan hanya satu tahun, sedangkan Yahya mengatakan
lebih dari dua tahun O. Culmann mengikuti Yahya.
Terjemahan Ekumenik mengatakan sebagai berikut:
“Injil-Injil Sinoptik menyebutkan periode Galilia yang
panjang, kemudian diteruskan dengan perjalanan agak
panjang ke Yudea, kemudian menetap sebentar di
Yerusalem; sebaliknya Yahya menceritakan Yesus serirg
pindah dari satu daerah ke daerah lain, tetapi lama di
Yudea, khususnya di Yerusalem ( I, 19-51 . 2, 13-36. 5,
1-47. 14, 20-31). Ia menyebutkan beberapa keramaian
Paskah (2, 13, 5, 1. 6, 4, 11, 55) dan dengan begitu
memberi kesan bahwa Yesus bertugas lebih dari dua tahun
Siapa yang kita percaya? Markuskah atau Matius atau
Lukas atau Yahya?

Injil Karangan Lukas

Menurut O. Culmann, Lukas adalah pencatat berita, dan
menurut R.P. Kannengiesser, Lukas adalah penulis roman.
Lukas menulis dalam Pendahuluan Injilnya, bahwa banyak
orang lain menulis riwayat Nabi Isa, maka ia akan
menulis riwayat tentang kejadian-kejadian yang sama
dengan mempergunakan hikayat dan informasi dari
saksi-saksi mata (ini secara tidak langsung berarti
bahwa Lukas bukan saksi mata) dan informasi-informasi
yang datang dari ceramah-ceramah para rasul. Dengan
begitu maka yang ia sajikan dengan syarat-syarat
tersebut adalah suatu karya yang tersusun menurut
metode:
Pendahuluan:
1. Sedangkan banyak orang sudah mencoba mengarang
hikayat dari hal segala perkara yang menjadi yakin
di antara kita.
2. Sebagaimana yang diserahkan kepada kita oleh orang,
yang dari mulanya melihat dengan matanya sendiri dan
menjadi pengajar Injil itu.
3. Maka tampaknya baik kepadakupun, yang telah
menyelidiki segala perkara itu dengan betul-betul dari
asalnya, menyuratkan bagimu dengan peraturannya, hai
Teopilus yang mulia.
4. Supaya engkau dapat mengetahui kesungguhan segala
sesuatu yang diajarkan kepadamu.
Dari baris-baris pertama kita sudah dapat merasakan
perbedaan antara Lukas dengan Markus, seorang penulis
yang kurang mahir yang bukunya telah kita bicarakan.
Injil Lukas adalah suatu karya sastra yang tak dapat
dipungkiri, tertulis dalam bahasa Yunani yang murni.
Lukas adalah seorang kafir yang terpelajar dan kemudian
memeluk agama Kristen. Orientasinya terhadap orang
Yahudi nampak sekali. Seperti yang dikatakan oleh
Culmann, Lukas tidak mengutip kembali ayat-ayat yang
berbau Yahudi dalam Injil Markus, dan menonjolkan
kata-kata Yesus terhadap ketidak imannya orang-orang
Yahudi, serta menonjolkan pula hubungannya yang baik
dengan orang-orang Samaritan yang tidak disukai oleh
orang-orang Yahudi, sedangkan Matius, seperti yang
telah kita lihat, melukiskan bahwa Yesus minta kepada
para sahabatnya untuk menjauhkan diri dari orang
Yahudi. Ini adalah satu daripada beberapa contoh bahwa
para penulis Injil dengan melukiskan Yesus mengatakan
hal-hal yang sesuai dengan selera pribadi mereka.
Mereka itu meriwayatkan kata-kata Yesus dengan versi
yang dipilih menurut pandangan kelompok mereka.
Bagaimana kita dapat mengingkari bahwa Injil adalah:
“bukuperjuangan” atau “buku mengenai suasana tertentu”
seperti yang telah kita katakan? Perbandingan antara
susunan umum Injil Lukas dengan susunan umum Injil
Matius memberi bukti tentang hal tersebut.
Siapakah Lukas itu? Orang ingin mengidentifikasikan
Lukas dengan seorang tabib dengan nama yang sama, yaitu
yang disebut oleh Paulus dalam surat-suratnya.
Terjemahan Ekumenik mengatakan bahwa “banyak orang yang
mendapatkan konfirmasi mengenai pekerjaan Lukas
pengarang Injil sebagai seorang tabib dalam
kepandaiannya untuk mendiagnosa orang sakit.”
Keterangan ini adalah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Lukas tidak pernah memperoleh keterangan tentang
penyakit “kata-kata yang ia pakai adalah kata
orang-orang terpelajar pada zaman itu.” Memang ada
seorang bernama Lukas yang menjadi teman perjalanan
Paulus. Apakah orang itu Lukas Pengarang Injil? Inilah
yang dikira-kirakan oleh O.Culmann.
Tahun ditulisnya Injil Lukas dapat dikira-kira menurut
beberapa faktor. Lukas telah mempergunakan Injil Markus
dan Injil Matius. Kita membaca dalam Terjemahan
Ekumenik sebagai berikut: “nampaknya ia tahu tempat
kota Yerusalem serta reruntuhannya yang disebabkan oleh
tentara Titus pada tahun 70. Dengan begitu maka Injil
Lukas telah ditulis sesudah itu. Ahli-ahli kritik
sekarang berpendapat bahwa Injil Lukas ditulis sekitar
tahun 80-90; tetapi ada juga yang mengatakan tahun
sebelum itu.
Bermacam-macam Hikayat dalam Injil Lukas menunjukkan
perbedaan besar dengan Injil-Injil sebelumnya. Di atas
kita telah memberikan gambaran singkat. Terjemahan
Ekumenik telah membicarakannya pada halaman 181 dan
selanjutnya O. Culmann dalam karangannya: “Perjanjian
Baru,” halaman 18 memuat hikayat-hikayat Injil Lukas
yang tidak terdapat dalam Injil-Injil lain. Hal ini
tidak mengenai perincian.
Hikayat tentang masa kanak-kanak Yesus dalam Injil
Lukas adalah hanya terdapat dalam Injil Lukas. Matius
memberikan riwayat yang berbeda, sedangkan Markus tidak
memuatnya sama sekali.
Matius dan Lukas memberi silsilah keturunan Yesus yang
berbeda-beda. Ada kontradiksi penting, kekeliruan yang
sangat besar dari segi ilmiah sehingga perlu dibahas
dalam bab khusus. Kita dapat mengerti bila Matius yang
menghadapi orang-orang Yahudi, menyebutkan silsilah
keturunan Yesus dan dimulai dengan Nabi Ibrahim sampai
Nabi Daud. Kita dapat memahami pula jika Lukas seorang
yang mula-mula kafir kemudian memeluk agama Kristen,
memberikan silsilah keturunan sampai yang lebih tinggi.
Akan tetapi kita akan menemukan bahwa bermula dengan
Nabi Daud silsilah-silsilah keturunan itu
berkontradiksi.
Tugas kenabian Yesus diriwayatkan oleh Lukas, Matius
dan Markus secara berbeda-beda dalam beberapa hal.
Suatu kejadian yang sangat penting bagi umat Kristen,
yaitu lembaga Ekaristi;15 diriwayatkan secara berbeda
oleh Lukas di satu pihak dan oleh Matius dan Markus di
pihak yang lain. R.P. Rouguet menulis dalam bukunya,
Pengantar kepada Injil (Initiation a l’Evangile),
halaman 75 bahwa kata-kata Yesus yang menjadi dasar
kelembagaan Ekaristi diriwayatkan oleh Lukas (22,
19-24) dalam bentuk yang sangat berbeda dengan riwayat
Matius (26, 26-29) dan riwayat Markus (14, 22-24).
Kedua yang terakhir ini boleh dikatakan sama atau
identik. Sebaliknya susunan yang diriwayatkan oleh
Lukas sangat mirip dengan susunan Paulus (surat pertama
kepada orang Korintus 11, 23-25).
Sebagaimana orang mengetahui, Lukas dalam Injilnya
meriwayatkan Kenaikan Al Masih dalam susunan yang
berkontradiksi dengan riwayat yang terdapat dalam
fasal-fasal Perbuatan-perbuatan para Rasul-rasul yang
merupakan bagian penting daripada Perjanjian Baru dan
yang Lukas sendiri dianggap sebagai penulisnya. Dalam
Injilnya, Lukas mengatakan bahwa kenaikan Al Masih itu
terjadi pada hari Paskah, sedang dalam: Kisah Perbuatan
Para Rasul, Lukas mengatakan bahwa kenaikan Al Masih
terjadi 40 hari sesudah Paskah.16 Kontradiksi ini telah
mendorong para ahli tafsir Injil untuk memberi
tafsiran-tafsiran yang ajaib.
Akan tetapi ahli tafsir yang mementingkan obyektifitas
seperti penulis-penulis Terjemahan Ekumenik terhadap
Bibel, terpaksa mengakui, dalam suatu rangka yang umum
bahwa: “Bagi Lukas, perhatian pertama bukan untuk
meriwayatkan kejadian secara tepat dalam arti ketepatan
material.” R.P. Kannengiesser membandingkan riwayat
yang terdapat dalam: “Kisah Perbuatan Para Rasul” yang
juga karangan Lukas, dengan riwayat tentang kejadian
yang sama yang diberikan oleh Paulus. R.P.
Kannengiesser menulis: “Di antara empat pengarang
Injil, Lukas adalah yang paling berperasaan dan yang
paling sastrawan. Ia menunjukkan semua sifat-sifat
penulis roman.”

Injil Karangan Markus

Injil Markus adalah Injil yang paling pendek, tetapi ia
adalah Injil yang paling tua. Ia bukan buku karangan
seorang sahabat Yesus, akan tetapi karangan seorang
murid sahabat Yesus.
O. Culmann menulis bahwa ia tidak menganggap Markus
sebagai murid Yesus, akan tetapi ia mengingatkan kepada
mereka yang sangsi akan kebenaran anggapan bahwa Injil
itu ditulis oleh Markus seorang rasul atau sahabat
Yesus, bahwa “Matius dan Lukas tidak akan mempergunakan
Injil tersebut seandainya mereka tidak yakin bahwa
Injil Markus didasarkan pada ajaran seorang Rasul.”
Tetapi argumentasi seperti ini tidak meyakinkan. O.
Culmann juga mengutip untuk menguatkan “reserve”nya
bahwa Injil tersebut memuat banyak kutipan-kutipan dari
seorang. “Yahya yang digelari Markus” dalam Perjanjian
Baru, akan tetapi kutipan-kutipan tersebut tidak
menyebutkan nama seorang pengarang Injil, dan teks
Markus sendiri juga tidak menyebutkan pengarangnya.
Kurangnya penerangan, tentang hal ini menyebabkan para
ahli tafsir menganggap perincian-perincian yang
bersifat khayalan sebagai hal yang berharga, contohnya
sebagai berikut: berdasarkan anggapan bahwa Markus
adalah satu-satunya pengarang Injil yang meriwayatkan
kejadian penyaliban Yesus, hikayat seorang muda yang
hanya memakai sehelai kain untuk pakaiannya, kemudian
ketika ditangkap, ia menanggalkan sehelai kain tersebut
serta lari telanjang (Markus 14, 51-52), banyak orang
mengambil konklusi bahwa pemuda tersebut adalah Markus,
seorang murid yang setia yang berusaha mengikuti
gurunya (Terjemahan Ekumenik). Bagi beberapa orang
lainnya dapat dilihat di sini “dengan kenang-kenangan
pribadi, suatu bukti kebenaran, suatu tanda tangan
anonime, membuktikan bahwa ia adalah saksi mata” (O.
Culmann).
Bagi pengarang ini “banyak pemutaran kata-kata
menguatkan hipotesa bahwa pengarang Injil Markus adalah
seorang Yahudi,” tetapi adanya latinisme (bentuk
kesusasteraan latin) memberi kesan bahwa pengarang
tersebut menulis Injilnya di kota Roma. “Ia berbicara
kepada orang-orang Kristen yang tidak tinggal di
Palestina, dan ia berusaha untuk menjelaskan
kalimat-kalimat Aramaik yang ia pergunakan.”
Tradisi menggambarkan, Markus sebagai teman Petrus di
Roma. Ini didasarkan atas kata penutup daripada surat
Petrus yang pertama, jika Petrus memang betul-betul
orang yang menulis surat tersebut. Petrus telah menulis
dalam suratnya: “Kelompok orang-orang yang terpilih
yang ada di Babylon kirim salam kepadamu, begitu juga
Markus, anakku,” Babylon amat boleh jadi Roma, begitu
kita dapatkan dalam tafsir Terjemahan Ekumenik,
sehingga orang mengira dapat mengambil konklusi bahwa
Markus yang bersama Petrus berada di Roma adalah
penulis Injil Markus. Apakah pemikiran semacam itulah
yang mendorong Papias, uskup Hierapolis pada kira-kira
tahun 150 untuk mengatakan bahwa yang mengarang Injil
adalah Markus, juru bahasa Petrus dan seorang yang juga
bekerja sama dengan Paulus?
Dengan kaca mata ini, orang menempatkan penyusunan
Injil Markus sesudah matinya Petrus, yakni paling pagi
antara tahun 65 dan 70 menurut “Terjemahan Ekumenik,”
atau kira-kira tahun 70 menurut O. Culmann.
Teks Injil Markus menunjukkan suatu cacat yang besar,
karena ditulis tanpa mengindahkan kronologi. Dengan
begitu Markus menyebutkan dalam permulaan Injilnya (1,
16-20), hikayat empat orang nelayan yang dilatih oleh
Yesus dengan katanya: “Kamu akan menjadi pembaru
manusia,” pada saat mereka belum kenal dengan Yesus.
Pengarang Injil tersebut juga menunjukkan ketidak
mampuan menilai kebenaran.
Seperti yang dikatakan oleh R.P. Rouguet, Markus adalah
seorang penulis yang kurang pandai, “yang paling bodoh
di antara para pengarang Injil.” Ia tidak mengerti
bagaimana menulis hikayat. Ahli tafsir Injil
menyandarkan penilaian ini kepada paragraf yang
meriwayatkan kelembagaan 12 rasul, yang terjemahan
harfiahnya sebagai berikut: “Ia naik ke atas gunung dan
mengundang mereka yang ia kehendaki, mereka datang
kepadanya. Ia menjadikan 12 orang itu supaya bersama
dengannya, supaya Ia dapat mengirim mereka mencari ikan
dan mempunyai kekuatan untuk mengusir setan. Dan ia
membuat 12 orang dan memaksakan nama Petrus kepada
Simon” (Markus 3, 13-16).
Dalam beberapa hikayat, Markus berkontradiksi dengan
Matius dan Lukas seperti yang kita pernah lihat
berhubung dengan alamat Yunus. Di samping itu mengenai
alamat yang diberikan oleh Yesus kepada beberapa orang
selama Yesus bertugas, Markus (8, 11-12) meriwayatkan
suatu dongengan yang tak dapat dipercaya, “orang-orang
Parisi datang dan mulai bicara dengan Yesus; untuk
menjebak Yesus, mereka minta suatu alamat yang datang
dari langit. Sambil menunjukkan keluhan yang dalam,
Yesus berkata: mengapa generasi ini minta alamat? Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya tak ada alamat yang akan
diberikan kepada generasi ini. Ia meninggalkan mereka,
naik di atas perahu kecil dan berangkat ke daratan
sebelah.”
Ini tidak dapat disangkal lagi adalah karena penegasan
dari Yesus sendiri tentang niatnya tidak akan melakukan
sesuatu perbuatan yang supernatural. Oleh karena itu
ahli-ahli tafsir daripada Terjemahan Ekumenik heran
karena Lukas menerangkan bahwa Yesus hanya akan
memberikan satu alamat, yaitu alamat Nabi Yunus
(silahkan baca Injil Matius), dan merasakan kontradiksi
karena Markus berkata “generasi ini tidak akan
mendapatkan sesuatu alamat, dan kemudian mereka
memperingatkan kepada mukjizat yang ditunjukkan oleh
Yesus sendiri sebagai alamat” (Lukas.7, 22 dan 11, 20).
Seluruh Injil Markus dianggap Canon (kanon) secara
resmi. Akan tetapi kita ingat bahwa akhir Injil Markus
( 16, 9-20) dianggap oleh ahli-ahli modern sebagai
suatu karya yang ditambahkan. Terjemahan Ekumenik tegas
dalam hal ini. Bagian terakhir tersebut tidak dimuat
dalam dua manuskrip kuno Injil yang komplit, yaitu
Kodex Vatikanus dan Kodex Sinaitikus dari abad IV.
Mengenai hal ini O. Culmann menulis:
Manuskrip-manuskrip Yunani yang lebih baru dan beberapa
versi telah menambah suatu konklusi yang tidak ditulis
oleh Markus sendiri tetapi diambil dari beberapa Injil.
Sesungguhnya versi bagian terakhir yang ditambahkan
adalah banyak. Dalam teks kadang-kadang terdapat versi
panjang, kadang-kadang terdapat versi pendek
(dua-duanya telah diterbitkan dalam Terjemahan
Ekumenik), kadang-kadang versi panjang dengan tambahan
dan kadang-kadang kedua versi bersama.
R.P. Kannengiesser memberi komentar sebagai berikut:
orang terpaksa menghapuskan ayat-ayat terakhir ketika
Injil Markus diterima secara resmi oleh masyarakat yang
menjamin, begitu juga ketika Injil Markus dicetak untuk
awam. Baik Matius, maupun Lukas atau Yahya tidak tahu
bagian yang ditinggalkan Injil Markus. Walaupun begitu
kekosongan tersebut sangat terasa. Lama sesudah itu
ketika Injil-Injil Matius, Lukas dan Yahya telah
tersiar, orang mengumpulkan bagian terakhir dari Injil
Markus dengan mengambil dari kiri dan kanan, dari para
pengarang Injil lainnya, menjadi mudahlah untuk
mengulangi bagian-bagian tebakan ini dengan membaca
Markus (16, 9-20). Dengan begitu orang akan mendapatkan
suatu ide yang kongkrit tentang kebebasan para
pengarang dalam membentuk susunan literer
hikayat-hikayat Bibel sampai permulaan abad II.
Tak ada pengakuan tentang adanya manipulasi teks suci
yang dilakukan oleh manusia lebih terang dari
pikiran-pikiran tersebut yang dicetuskan oleh seorang
ahli teologi yang besar.


Injil Karangan Matius



Di antara empat Injil, Injil Matius adalah yang pertama dalam urutan kitab-kitab (fasal-fasal) Perjanjian Baru.
Hal ini memang tepat oleh karena Injil Matius hanya merupakan kelanjutan dan Perjanjian Lama. Injil tersebut ditulis untuk menunjukkan bahwa “Yesus telah menamatkan sejarah Bani Israil” yaitu seperti yang dikatakan oleh para pengarang “Terjemahan Ekumenik daripada Bibel” yang akan banyak kita kutip. Karena maksud tersebut di atas, Matius selalu mengutip dari Perjanjian Lama, serta menunjukkan bahwa Yesus telah berbuat sebagai Al Masih (Pemimpin yang diakui oleh rakyat dengan upacara mengusapkan minyak kasturi ke badannya) yang telah lama dinanti oleh orang-orang Yahudi.

Injil ini bermula dengan menyebutkan silsilah keturunan Yesus.Matius rnenunjukkan bahwa asal-usul Yesus itu
sampai kepada nabi Ibrahim melalui nabi Dawud. Kita akan menemukan kesalahan teks yang biasanya dianggap sepi oleh para ahli tafsir Injil. Bagaimanapun keadaannya, maksud Matius adalah jelas, yaitu untuk mempergunakan hubungan keturunan dengan Ibrahim sebagai bukti bahwa karangannya itu mempunyai suatu tujuan dan maksud. Matius mengikuti garis yang sama dengan selalu menonjolkan sikap Yesus terhadap hukum-hukum Yahudi yang mengandung tiga prinsip besar yaitu: sembahyang, puasa dan sedekah.

Yesus ingin menyampaikan ajarannya pertama-tama kepada rakyatnya. Ia berkata kepada para rasul yang dua belas: Jangan mengikuti jalannya orang kafir dan jangan masuk ke kotanya orang-orang Samara; lebih baik. pergilah kepada domba-domba Bani Israil yang hilang” (Matius 15, 24).
Pada akhir Injilnya, Matius memperluas tugas para murid-murid Yesus yang pertama dan melukiskan Yesus
sebagai memerintahkan: “Pergilah dan timbulkan pengikut-pengikut dari segala bangsa (Matius 28, 19),
tetapi permulaan dakwah harus diutamakan untuk Bani Israil.” Mengenai Injil Matius ini, A. Tricot menulis: “Injil Matius adalah suatu buku Yahudi dalam bentuk dan jiwanya. Walaupun ditutup dengan pakaian Yunani, buku itu tetap berbau Yahudi dan menunjukkan ciri-ciri Yahudi.”

Pandangan-pandangan tersebut di atas menempatkan asal Injil Matius dalam tradisi masyarakat Yahudi Kristen, yang sebagaimana dikatakan oleh O. Culmann, berusaha sekuat-kuatnya untuk melepaskan diri dan ikatan agama-agama Yahudi, tetapi dengan tetap memelihara kontinuitas Perjanjian Lama. Pokok-pokok perhatian dan nada kitab Injil Matius pada umumnya menunjukkan adanya situasi yang tegang.

Faktor-faktor politik juga terasa dalam teks. Pendudukan Kerajaan Romawi di Palestina menyalakan semangat bangsa Yahudi untuk mencapai kemerdekaan, dan mereka berdo’a kepada Tuhan untuk membantu bangsa yang Ia pilih daripada bermacam-macam bangsa. Tuhannya Israil adalah Tuhan yang Maha Kuasa dan yang dapat memberi bantuan langsung dalam urusan-urusan manusia, sebagaimana Ia telah berbuat berkali-kali dalam sejarah.

Siapakah Matius itu?
Kita mengatakan dengan tegas bahwa pada waktu sekarang ia tidak lagi dianggap sebagai sahabat Yesus. A. Tricot menggambarkan Matius dalam tafsirnya terhadap Terjemahan Perjanjian Baru tahun 1960 sebagai berikut: “Matius alias Levi adalah seorang pegawal kantor bea cukai di distrik Kafrna’um ketika ia diminta oleh Yesus supaya menjadi salah satu dari pengikut-pengikutnya.” Begitulah yang dikatakan oleh pemimpin pemimpin Gereja seperti Origene, Yerome dan Epihane. Tetapi sekarang orang berpendapat lain;
suatu hal yang tak dapat disangkal adalah bahwa Matius adalah seorang Yahudi, kata-katanya adalah kata-kata dari daerah Palestina, sedang susunan kata-katanya adalah Yunani. Pengarang (Matius) mengarahkan karangannya kepada kelompok yang berbicara dengan bahasa Yunani, mengetahui adat kebiasaan Yahudi dan bangsa Aramaik; begitulah menurut O. Culmann.

Menurut ahli-ahli tafsir “Terjemahan Ekumenik,” asal usul Injil Matius adalah sebagai berikut:
“Biasanya orang berpendapat bahwa Injil Matius ditulis di Syria atau di Phenisie karena di tempat tersebut terdapat banyak orang-orang Yahudi. Kita dapat merasakan suatu polemik melawan agama Yahudi Sinagog yang ortodoks yang dianut oleh kaum Parisi sebagaimana yang terjadi dalam Konferensi Sinagog di Yamina kira-kira pada tahun 80. Dalam keadaan keadaan semacam itu banyak pengarang-pengarang yang mengatakan bahwa Injil Matius ditulis di antara tahun 80 90, atau mungkin lebih dahulu sedikit, karena tak ada cara untuk mencari kepastian.”

“Oleh karena kita tidak mengetahui nama pengarang yang sesungguhnya, maka kita akan terpaksa merasa puas dengan sifat-sifat yang diterangkan dalam Injil tersebut; pengarang dapat dikenal dengan pekerjaannya.
Ia mahir dalam pengetahuan tentang kitab-kitab suci, tradisi Yahudi, kenal dan menghormati pembesar-pembesar agama daripada bangsanya tetapi menghadapkan persoalan-persoalan kepada mereka dengan kasar; ia mahir dalam mengajar dan dalam memperkenalkan Yesus kepada para pendengar, selalu mendesakkan akibat-akibat praktis tentang ajaran-ajarannya, ia membalas baik terhadap sinyalemen seorang Yahudi terpelajar yang menjadi pemeluk agama Kristen, seorang pemilik rumah yang dapat mengeluarkan dari simpanannya hal-hal yang baru atau lama, seperti yang dikatakan oleh Matius 13, 52. Dengan gambaran seperti di atas, kita menjadi jauh daripada seorang pegawai kantor di Kafrna’um yang diberi nama Levi oleh Markus dan Lukas dan kemudian menjadi salah satu daripada dua belas orang sahabat Yesus. Semua orang setuju untuk mengatakan bahwa Matius menulis Injilnya dengan mengambil bahan daripada sumber yang sama dengan sumbernya Markus dan Lukas. Akan tetapi riwayatnya berlainan dalam hal-hal yang pokok
sebagai yang akan kita lihat nanti. Walaupun begitu Matius telah mempergunakan Injil Markus, padahal Markus bukan muridnya Yesus,” begitulah kata O. Culmann. Matius bersikap liberal (bebas) terhadap teks-teks.

Kita akan menemukannya mengutip silsilah keturunan Yesus dari Perjanjian Lama dan diletakkannya pada
permulaan Injilnya. Ia menyelipkan dalam Injilnya hikayat-hikayat yang tak dapat dipercayai (incroyable).
Kata: “tak dapat dipercayai” adalah kata yang dipakai oleh R.P. Kannengiesser pada bukunya Foi en la
Resurrection, Resurrection de la foi (Percaya terhadap hidup kembalinya Yesus, kembali hidupnya kepercayaan) dalam hikayat hidupnya Yesus kembali, yakni dalam hal yang mengenai “pengawal.” Ia menunjukkan “kurang bobotnya sejarah pengawal militer kuburan; pengawal militer kuburan itu adalah tentara Kafir yang tidak ada hubungannya dengan atasan mereka, akan tetapi mereka melapor kepada para pendeta besar yang menggaji mereka untuk mengatakan kebohongan-kebohongan.”

Tetapi R.P. Kannengiesser menambahkan: “Kita tidak boleh mencemoohkan, karena maksud Matius adalah sangat baik, oleh karena ia mempersatukan bahan-bahan kuna tradisi lisan dengan karya yang ditulisnya. Penyajiannya mirip dengan Yesus Christ Superstar. Penelitian-penelitian tentang Matius ini berasalkan dari seorang besar ahli teologi, seorang Professor dari Lembaga Katolik di Paris.

Matius menyebutkan dalam tulisannya kejadian-kejadian yang berbarengan dengan matinya Yesus; ini adalah suatu contoh lain tentang khayalannya. Beginilah bunyinya: Setelah tutup daripada tempat suci itu robek menjadi dua, dari atas ke bawah, maka bumipun bergeraklah, batu-batu luluh, kuburan-kuburan menjadi terbuka, mayat-mayat para wali menjadi hidup. Setelah Yesus bangkit kembali, mayat-mayat hidup itupun masuk ke kota suci dan memperlihatkan diri kepada orang banyak.

Paragraf daripada Matius ini (27, 51-53) tak ada bandingannya dalam Injil-Injil lainnya. Kita tidak
mengerti bagaimana mayat-mayat para wali dapat bangun hidup kembali pada waktu wafatnya Yesus (malam Sabat seperti yang tersebut dalam Injil-Injil) dan tidak keluar dari kuburan mereka sampai Yesus bangkit kembali {keesokan hari sesudah Sabat, menurut sumber-sumber itu juga).
Barangkali hanya dalam Injil Matius kita dapatkan kekeliruan-kekeliruan yang sangat menyolok dan tidak
dapat dipertahankan lagi, yaitu hal yang dilukiskan sebagai kata-kata yang keluar dari mulut Yesus.
Matius meriwayatkan dalam Injilnya (12, 38-40) dongengan tentang alamat Yunus:
Yesus berada di tengah-tengah para ahli agama Yahudi dan orang-orang Parisi yang berkata kepadanya: “Ya
Tuan. Guru, kami mengharap tuan Guru menunjukkan suatu alamat kepada kami,” Yesus menjawab: “Generasi jahat dan pelacurlah yang minta suatu alamat. Tak ada suatu alamat yang akan diberikan kepadanya kecuali alamat nabi Yunus. Karena sebagaimana Yunus berada dalam perut monster tiga hari dan tiga malam, begitu juga anak manusia (Yesus sendiri) akan berada di dalam tanah tiga hari dan tiga malam.” (teks terjemahan Ekumenik).

Sebagai tersebut di atas, Yesus mengumumkan bahwa ia akan berada dalam tanah tiga hari dan tiga malam. Padahal Matius dan juga Lukas dan Markus menyebutkan dalam Injil mereka, bahwa wafatnya Yesus dan
penguburannya terjadi pada hari Sabtu malam. Ini berarti bahwa Yesus berada di dalam tanah selama tiga
hari. Akan tetapi semua kejadian itu hanya mengandung dua malam.

Biasanya para ahli tafsir Injil menutup mulut terhadap hikayat ini. Meskipun begitu R.P. Rouguet menunjukkan
kekeliruan tersebut karena ia mengatakan bahwa hari itu hanya ada satu hari penuh, dan dua malam. Tetapi R.P. Rouguet menambahkan: “tetapi kalimat-kalimat itu diringkaskan dan hanya mempunyai satu arti yaitu tiga
hari.” Adalah menyedihkan jika kita melihat para ahli tafsir memakai argumentasi-argumentasi yang tidak
mempunyai arti positif, padahal seandainya mereka mengatakan bahwa ketidak serasian itu disebabkan oleh
kekeliruan yang membuat naskah, keterangan mereka akan sangat memuaskan akal dan pikiran.

Yang menjadi ciri-ciri Injil Matius selain kekeliruan-kekeliruan tersebut di atas, adalah bahwa Injil Matius merupakan Injil kelompok Yahudi Kristen yang sedang memutuskan hubungannya dengan agama Yahudi, tetapi tetap dalam garis Perjanjian Lama. Injil Matius ini mempunyai arti yang sangat penting jika di pandang
dari segi sejarah agama Yahudi Kristen.

APA SEBENARNYA YANG INGIN YESUS SAMPAIKAN DI YOHANES 10:30???


Ada bayak sekali dari kita yang tertipu dengan ayat ini:
aku dan bapa adalah satu (yohanes 10:30)
yup, sering sekali ayat ini dijadikan pembenaran dalam mendukung klaim trinitas bukan????…^_^
Namun sudahkah kita mengetahui konteks ayat diatas?????
Di tulisan  ini penulis  ingin berbagi sedikit pemahaman  tentang ayat ini dengan menjelaskan konteks ayat tersebut untuk kemudian menjawab, benarkah ayat ini mendukung klaim trinitas. mudah mudahan bermanfaat…^_^
untuk memahami konteks ayat yohanes 10:30, kita harus memulai dari ayat sebelumya, dimulai dari yohanes  10 :23.
10;23.Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo.
10:24 Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.”
orang yahudi mengelilingi yesus dan menuduh yesus berkata ambigu, tidak jelas, mendua, dan tentu tuduhan itu  SALAH BESAR.
yahudi  telah lama mencari masalah,mereka tidak suka apa yang yesus sampaikan,mereka pernah mengatakan yesus pembohong, generasi pezina,ular lah dsb. mereka menunjukkan telunjuk dan menantang yesus.”coba katakan???.mereka bermaksud menimbulkan amukan, menyebabkan kemarahan dan ingin memukul.
coba anda,maukah anda mendengar orang orang mengatakan dan memperlakukan anda seperti itu?????
untuk itu yesus mengatakan
10:25 Yesus menjawab mereka: /”Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku,*10:26
/tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.*10:27
/Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,

yesus mengatakan disitu, ia menjawab tuduhan yahudi, tapi umat yahudi tidak percaya, yesus mengatakan pekerjaannya, atas nama bapa(tuhan) bukan darinya dan tuhanlah yang memberikan kesaksian tentang pekerjaan yesus tersebut,
apa pekerjaan yesus tersebut??
menyampaikan apa yang diperintahkan tuhan, karena  apa yang disampaikannya sesuai dengan apa yang  tuhan sampaikan. (silahkan lihat yohanes 5: 37-38)
Lihat kesamaan  antara perintah allah dan  apa yang yesus sampaikan ini:
10:28 /dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
SESUAI DENGAN APA YANG TUHAN INGIN SAMPAIKAN,
10:29 /BAPA-KU, YANG MEMBERIKAN MEREKA KEPADA-KU, LEBIH BESAR DARI PADA SIAPAPUN, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.*

maka, dalam konteks kesamaan inilah yesus mengatakan:
aku dan bapa adalah satu (yohanes 10:30)
disini diperlihatkan makna apa yang ingin yesus sampaikan jika ia “MENYAMPAIKAN” seperti itu maka begitulah apa yang ingin tuhan sampaikan melaluinya.

tapi yahudi mencari masalah,
mereka sekali lagi mengambil batu untuk melempari yesus (10:31)
dan itu yesus berkata:
(yohanes 10:32)
Kata Yesus kepada mereka: /”Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?”*

yahudi menuduh karena kesalah pahaman:
10:33
Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.

FAKTA berbicara bahwa jika anda mengatakan yoh 10:30 adalah bukti bahwa yesus=allah, maka anda tidak lebih baik dari yahudi yang telah menuduh yesus. dan saya katakan itu SALAH BESARR
DAN SAYANG SEKALI TERNYATA ORANG KRISTEN LAH YANG PALING SETUJU DENGAN TUDUHAN YAHUDI DIATAS,….:-(
MAKA DENGARLAH JAWABAN YESUS ATAS TUDUHAN TERSEBUT,
10:34 Kata Yesus kepada mereka: /”Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?”
10:35
Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah--sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan–,*
10:36
masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?
lihat bahasa diatas aku telah berfirman kamu adalah allah.
jika tuhan saja mengatakan SIAPA YANG DIBERI FIRMAN DISEBUT SEBAGAI ALLAH, maka nabi2(utusan2) juga dikatakan allah dalam bahasa kita..
yang mana tuhan berfirman dalam mazmur:
82:6 Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. –82:7
Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.”82:8
Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa.
itulah kejeniusan bahasa ibrani. bahwa jika seseorang dikatakan tuhan, berarti ia bukan tuhan
.
juga seperti yang ada di 2 korintus 4:4:
4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah(tuhan) zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
siapakah ilah(tuhan) zaman ini yang dimaksud?? yaitu iblis,devils, syaitan,
nah itulah kejeniusan bahasa yahudi,
jika anda mengatakan yesus tuhan, maka semua yahudi adalah tuhan, semua nabi2 adalah tuhan, dan bahkan setan pun adalah tuhan,
DAN TERAKHIR, untuk membuktikan bahwa yesus TIDAK SAMA dengan Allah, dan yang dimaksud sama adalah perintah, yesus sendiri yang menyatakan:
10:37
/Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,*
10:38
/tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.

so, PERTANYAAN BESAR
masihkah anda mengatakan bahwa yesus=allah setelah dengan tegas yesus mengatakan bahwa yang dimaksud sama adalah apa yang disampaikannya?????
lalu siapa yang selama ini anda ikuti dan percayai????
yesus kah, atau malah orang orang yang menuduh yesus?????????
TANYAKAN PADA NURANI DAN AKAL ANDA SENDIRI, TIDAK SULIT UNTUK MENJAWABNYA..^_^

ALLAH YG TUKANG TIPU ATAU ANDA YG BODOH??



dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, `Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) `Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa. (Annisa ayat 157)

Sedikit membahas ayat ini dimana ada beberapa statement lucu yg dikeluarkan oleh para penghujat Islam dengan ayat ini. Dari ayat ini para penghujat Islam mengatakan bahwa Allah adalah tukang tipu karena telah menipu orang-orang yg menyalib Isa. Menurut saya ini adalah statement yg dikeluarkan dari orang yg mempunyai nalar dan pemahaman yg memprihatinkan. Mari kita luruskan pemahaman tersebut.

Ketika ada sebuah khabar yg mengatakan bahwa ada seseorang (Isa) yg dikatakan telah mati disalib, namun tiba-tiba dia (Isa) ternyata kemudian ditemui oleh banyak orang masih hidup dan segar bugar maka tentunya akan muncul dua kemungkinan.
  1. Telah terjadi salah tangkap, bahwa yang disalib itu bukan Isa melainkan orang lain yg dikira sebagai Isa dan kemudian mati disalib, sedangkan Isa terbukti masih hidup. Dari sini kata “diserupakan” bisa diartikan sebagai “dikira” Isa. Inilah yg kemudian memunculkan nama “yudas iskariot” sebagai orang yg diserupakan/dikira sebagai Isa.
  2.  
  3.  Bahwa Isa memang benar disalib namun tidak mati atau hanya mati suri (baca “cara berfikir primitif orang2 kristen part II”) karena terbukti Isa setelah peristiwa penyaliban ternyata diketemukan masih hidup dan segar bugar. Kata “diserupakan” disini bisa diartikan sebagai orang yg mati dengan cara “diserupakan” dengan Isa, dan bisa anda lihat kisah penyaliban yg ada dalam alkitab dimana Isa disalib beserta dua orang yg dipastikan kematiannya dengan dipatahkan kakinya.
Karena awalnya dikatakan bahwa Isa disalib namun ternyata setelah peristiwa penyaliban Isa ditemukan masih hidup dan segar bugar maka orang-orangpun mempunyai keraguan apakah yg dibunuh itu benar Isa (dengan argumen no.1) atau ketika disalib Isa tidak mati atau hanya mengalami mati suri (argumen no.2)?? nah dari penjabaran ini bisa dibuktikan bahwa ayat Al-Qur’an menyatakan sesuatu yg bisa dinalar dengan logika dan dengan bahasa yg indah sesuai fakta dan data yg ada. Jadi apakah Allah yg tukang tipu atau anda yg bodoh???

Menjawab Tantangan Penghujat Islam tentang Eksistensi Allah swt (bag 2)



Penghujat Islam yang sekaligus Misionaris Kristen ,selain Menghujat dan menggugat Eksistensi Allah swt,mereka meminta bukti kalau Allah swt memberikan pertolongan kepada umat Islam sebagaimana Tuhan mereka yang menunjukan ekstensiNya dengan memberikan Pertolongan kepada orang Israil.

dan mereka memberikan contohnya dengan apa yang tercatat didalam Alkitab kalau Tuhan didalam Alkitab memberikan pertolongan kepada bani Israel sepeti ayat ini

Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu:
Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selamalamanya.

TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”
(Kel.14:13-14)

Kita Jawab Tantangan tersebut dengan menunjukan Bukti kalau Allah swt memberikan pertolongan kepada Orang Mukmin ,yang bukti tersebut juga di abadikan didalam Al Qur’an




Tetapi sebelum menyampaikan bukti bahwa Allah swt memberikan pertolongan kepada orang mukmin,maka kita perlu tanggapi bukti ayat yang diajukannya dengan memperbandingkan ayat ayat lain di Alkitab
fakta tercatat didalam ALkitab, terutama dalam Kitab Bilangan Tuhan yang tercatat di Alkitab,menceritakan sebaliknya.dari ayat tersebut

contoh spesifik ayat ini!

siapa dalam hal ini yang berperang? pengikut Musa atau Tuhan Musa?

31:1 TUHAN berfirman kepada Musa:
31:2 “Lakukanlah pembalasan orang Israel kepada orang Midian; kemudian engkau akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu.”
31:3 Lalu berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Baiklah sejumlah orang dari antaramu mempersenjatai diri untuk berperang, supaya mereka melawan Midian untuk menjalankan pembalasan TUHAN terhadap Midian.
31:4 Dari setiap suku di antara segala suku Israel haruslah kamu menyuruh seribu orang untuk berperang.”
31:5 Demikianlah diserahkan dari kaum-kaum Israel seribu orang dari tiap-tiap suku, jadi dua belas ribu orang bersenjata untuk berperang.
31:6 Lalu Musa menyuruh mereka untuk berperang, seribu orang dari tiap-tiap suku, bersama-sama dengan Pinehas, anak imam Eleazar, untuk berperang, dengan membawa perkakas tempat kudus dan nafiri-nafiri pemberi tanda semboyan.
31:7 Kemudian berperanglah mereka melawan Midian, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, lalu membunuh semua laki-laki mereka.
31:8 Selain dari orang-orang yang mati terbunuh itu, merekapun membunuh juga raja-raja Midian, yakni Ewi, Rekem, Zur, Hur dan Reba, kelima raja Midian, juga Bileam bin Beor dibunuh mereka dengan pedang.
31:9 Kemudian Israel menawan perempuan-perempuan Midian dan anak-anak mereka; juga segala hewan, segala ternak dan segenap kekayaan mereka dijarah,
31:10 dan segala kota kediaman serta segala tempat perkemahan mereka dibakar.
31:11 Kemudian diambillah seluruh jarahan dan seluruh rampasan berupa manusia dan hewan itu,
31:12 dan dibawalah orang-orang tawanan, rampasan dan jarahan itu kepada Musa dan imam Eleazar dan kepada umat Israel, ke tempat perkemahan di dataran Moab yang di tepi sungai Yordan dekat Yerikho.
31:13 Lalu pergilah Musa dan imam Eleazar dan semua pemimpin umat itu sampai ke luar tempat perkemahan untuk menyongsong mereka.
31:14 Maka gusarlah Musa kepada para pemimpin tentara itu, kepada para kepala pasukan seribu dan para kepala pasukan seratus, yang pulang dari peperangan,
31:15 dan Musa berkata kepada mereka: “Kamu biarkankah semua perempuan hidup?
31:16 Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN.
31:17 Maka sekarang bunuhlah semua laki-laki di antara anak-anak mereka, dan juga semua perempuan yang pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu bunuh.
31:18 Tetapi semua orang muda di antara perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu biarkan hidup bagimu.


‎31:19 Tetapi kamu ini, berkemahlah tujuh hari lamanya di luar tempat perkemahan; setiap orang yang telah membunuh orang dan setiap orang yang kena kepada orang yang mati terbunuh haruslah menghapus dosa dari dirinya pada hari yang ketiga dan pada hari yang ketujuh, kamu sendiri dan orang-orang tawananmu;
31:20 juga setiap pakaian dan setiap barang kulit dan setiap barang yang dibuat dari bulu kambing dan setiap barang kayu haruslah disucikan.”
31:21 Lalu berkatalah imam Eleazar kepada para prajurit, yang telah pergi bertempur itu: “Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:22 Hanya emas dan perak, tembaga, besi, timah putih dan timah hitam,
31:23 segala yang tahan api, haruslah kamu lakukan dari api, supaya menjadi tahir; tetapi semuanya itu haruslah juga disucikan dengan air penyuci; dan segala yang tidak tahan api haruslah kamu lalukan dari air.
31:24 Lagipula kamu harus mencuci pakaianmu pada hari yang ketujuh, supaya kamu tahir, dan kemudian bolehlah kamu masuk ke tempat perkemahan.”
31:25 TUHAN berfirman kepada Musa:
31:26 “Hitunglah jumlah rampasan yang telah diangkut, yang berupa manusia dan hewan–engkau ini dan imam Eleazar serta kepala-kepala puak umat itu.
31:27 Lalu bagi dualah rampasan itu, kepada pasukan bersenjata yang telah keluar berperang, dan kepada segenap umat yang lain.
31:28 Dan engkau harus mengkhususkan upeti bagi TUHAN dari para prajurit yang keluar bertempur itu, yakni satu dari setiap lima ratus, baik dari manusia, baik dari lembu, dari keledai dan dari kambing domba;
31:29 dari yang setengah yang telah didapat mereka haruslah engkau mengambilnya, lalu menyerahkannya kepada imam Eleazar, sebagai persembahan khusus bagi TUHAN.
31:30 Tetapi dari yang setengah lagi yang untuk orang Israel lain haruslah engkau mengambil satu ambilan dari setiap lima puluh, baik dari manusia, baik dari lembu, dari keledai dan dari kambing domba, jadi dari segala hewan, lalu menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci TUHAN.”
31:31 Kemudian Musa dan imam Eleazar melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:32 Adapun rampasan, yakni yang masih tinggal dari apa yang telah dijarah laskar itu berjumlah: enam ratus tujuh puluh lima ribu ekor kambing domba
31:33 dan tujuh puluh dua ribu ekor lembu,
31:34 dan enam puluh satu ribu ekor keledai,
31:35 selanjutnya orang-orang, yaitu perempuan-perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki, seluruhnya tiga puluh dua ribu orang.
31:36 Yang setengah yang menjadi bagian orang-orang yang telah keluar berperang itu jumlahnya tiga ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus ekor kambing domba,
31:37 jadi upeti bagi TUHAN dari kambing domba itu ada enam ratus tujuh puluh lima ekor;
31:38 lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada tujuh puluh dua ekor;
31:39 keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor, jadi upetinya bagi TUHAN ada enam puluh satu ekor;
31:40 dan orang-orang enam belas ribu orang, jadi upetinya bagi TUHAN tiga puluh dua orang.
31:41 Lalu Musa menyerahkan upeti yang dikhususkan bagi TUHAN itu kepada imam Eleazar, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:42 Yang setengah lagi yang menjadi bagian orang Israel lain, yang dipisahkan Musa dari bagian orang-orang yang telah berperang itu,
31:43 yaitu yang setengah yang menjadi bagian umat yang lain itu: domba-domba tiga ratus tiga puluh tujuh ribu lima ratus ekor,
31:44 lembu-lembu tiga puluh enam ribu ekor,
31:45 keledai-keledai tiga puluh ribu lima ratus ekor,
31:46 dan orang-orang enam belas ribu orang.
31:47 Lalu Musa mengambil dari yang setengah yang menjadi bagian orang Israel lain itu satu ambilan dari setiap lima puluh, baik dari manusia baik dari hewan, kemudian menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
31:48 Lalu mendekatlah para pemimpin tentara, yakni kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, kepada Musa
31:49 serta berkata kepadanya: “Hamba-hambamu ini telah menghitung jumlah prajurit yang ada di bawah kuasa kami dan dari mereka tidak ada seorangpun yang hilang.
31:50 Sebab itu kami mempersembahkan sebagai persembahan kepada TUHAN apa yang didapat masing-masing, yakni barang-barang emas, gelang kaki, gelang tangan, cincin meterai, anting-anting dan kerongsang untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa kami di hadapan TUHAN.”
31:51 Maka Musa dan imam Eleazar menerima dari mereka emas itu, semuanya barang-barang tempaan.
31:52 Dan segala emas persembahan khusus yang dipersembahkan mereka kepada TUHAN, yakni yang dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, ada enam belas ribu tujuh ratus lima puluh syikal beratnya.
31:53 Tetapi prajurit-prajurit itu masing-masing telah mengambil jarahan bagi dirinya sendiri.
31:54 Setelah Musa dan imam Eleazar menerima emas itu dari pihak kepala-kepala pasukan seribu dan kepala-kepala pasukan seratus, maka mereka membawanya ke dalam Kemah Pertemuan sebagai peringatan di hadapan TUHAN untuk mengingat orang Israel.


FAKTA di dalam Ayat di ATAS TUHAN yang tercatat didalam Alkitab memerintahkan Berperang dan tidak MEMBANTU atau memberikan pertolongan SEDIKITPUN, TETAPI MINTA JATAH RAMPASAN PERANGNYA...

BUKTI ALLAH SWT MENUNJUKAN EKSISTENSINYA DENGAN MEMBERIKAN PERTOLONGAN KEPADA ORANG MUKMIN

Kita Jawab Tantangan tersebut dengan menunjukan Bukti kalau Allah swt memberikan pertolongan kepada Orang Mukmin ,dan bukti tersebut juga di abadikan didalam Al Qur’an

Bukti pertama :

Allah swt memberikan pertolongan kepada Nabi Muhammad saw dan sahabat terdekatnya Abu Bakar ketika dalam pengejaran orang Musyrikin Mekkah :

menjelang  larut malam waktu itu, dengan tidak setahu
mereka Muhammad sudah keluar menuju ke rumah Abu  Bakr.  Kedua
orang  itu  kemudian  keluar  dari jendela pintu belakang, dan
terus bertolak ke arah selatan menuju gua Thaur. Bahwa  tujuan
kedua  orang  itu  melalui  jalan sebelah kanan adalah di luar
dugaan.

Tiada seorang  yang  mengetahui  tempat  persembunyian  mereka
dalam  gua  itu  selain  Abdullah b. Abu Bakr, dan kedua orang
puterinya Aisyah dan Asma,  serta  pembantu  mereka  ‘Amir  b.
Fuhaira.  Tugas  Abdullah  hari-hari  berada  di tengah-tengah
Quraisy   sambil   mendengar-dengarkan   permufakatan   mereka
terhadap   Muhammad,   yang   pada   malam   harinya  kemudian
disampaikannya kepada Nabi dan kepada  ayahnya.  Sedang  ‘Amir
tugasnya    menggembalakan    kambing    Abu   Bakr’   sorenya
diistirahatkan, kemudian mereka memerah  susu  dan  menyiapkan
daging.  Apabila  Abdullah  b.  Abi  Bakr  keluar kembali dari
tempat mereka, datang  ‘Amir  mengikutinya  dengan  kambingnya
guna menghapus jejaknya.

Kedua  orang itu tinggal dalam gua selama tiga hari. Sementara
itu pihak  Quraisy  berusaha  sungguh-sungguh  mencari  mereka
tanpa  mengenal  lelah.  Betapa  tidak. Mereka melihat bahaya
sangat mengancam mereka kalau mereka tidak  berhasil  menyusul
Muhammad dan  mencegahnya  berhubungan  dengan pihak Yathrib.
Selama kedua  orang  itu  berada  dalam  gua,  tiada  hentinya
Muhammad   menyebut   nama  Allah.  KepadaNya  ia  menyerahkan
nasibnya itu dan memang kepadaNya pula segala  persoalan  akan
kembali.  Dalam  pada  itu Abu Bakr memasang telinga. Ia ingin
mengetahui adakah  orang-orang  yang  sedang  mengikuti  jejak
mereka itu sudah berhasil juga.

Kemudian  pemuda-pemuda Quraisy – yang dari setiap kelompok di
ambil seorang itu – datang. Mereka membawa pedang dan  tongkat
sambil  mundar-mandir  mencari  ke segenap penjuru. Tidak jauh
dari gua Thaur itu mereka bertemu dengan seorang gembala, yang
lalu ditanya.

“Mungkin  saja  mereka  dalam gua itu, tapi saya tidak melihat
ada orang yang menuju ke sana.”

Ketika mendengar jawaban  gembala  itu  Abu  Bakr  keringatan.
Kuatir  ia,  mereka  akan  menyerbu  ke dalam gua. Dia menahan
napas tidak bergerak, dan hanya  menyerahkan  nasibnya  kepada
Tuhan.  Lalu  orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi
kemudian ada yang turun lagi.

“Kenapa   kau   tidak   menjenguk   ke   dalam   gua?”   tanya
kawan-kawannya.

“Ada  sarang  laba-laba  di  tempat itu, yang memang sudah ada
sejak sebelum Muhammad lahir,” jawabnya. “Saya melihat ada dua
ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui
tak ada orang di sana.”

Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga  makin
ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad
berbisik di telinganya:

“Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita.”

kemudian peristiwa tersebut juga di abadikan dalam Al Qur’an :

Tentang pengejaran Quraisy terhadap Muhammad untuk dibunuh itu
serta tentang cerita gua ini datang firman Tuhan demikian:

“Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy)  itu  berkomplot
membuat  rencana  terhadap  kau,  hendak  menangkap  kau, atau
membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka  membuat  rencana  dan
Allah  membuat  rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik.”
(Qur’an, 8: 30)

“Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang  telah
menolongnya   tatkala   dia   diusir  oleh  orang-orang  kafir
(Quraisy). Dia  salah  seorang  dari  dua  orang  itu,  ketika
keduanya  berada  dalam  gua.  Waktu  itu  ia  berkata  kepada
temannya itu: ‘Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!’ Maka
Tuhan  lalu  memberikan  ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya
dengan pasukan yang tidak kamu  lihat.  Dan  Allah  menjadikan
seruan  orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah
itulah yang tinggi.  Dan  Allah  Maha  Kuasa  dan  Bijaksana.”
(Qur’an, 9: 40)


Bukti Kedua :

Allah swt memberikan Pertolongan kepada Orang orang Mukmin pada peristiwa perang pertama dan jelas sangat menentukan Eksistensi orang Mukmin pada saat itu


YAITU PADA PERANG BADAR,sebagaimana yang diabadikan dalam Ayat Al Qur’an ini :
Ketika tentara musyrik Quraisy dengan angkuhnya maju menuju lembah Badar, Rasulullah Saw segera mengangkat tangannya ke langit, seperti dilakukan oleh Nabi-nabi Bani Israil, dan berdoa, ”Ya Robbi! Jika pasukan kecil ini sampai binasa, tidaklah akan ada lagi yang menyembahMu dengan hati yang ikhlas!”
Rasul Saw terus memanjatkan doa kepada Allah Swt dengan khusyuk seraya menengadahkan kedua telapak tangan ke langit.
Abu Bakar Ash Shidiq Ra, yang melihat kesedihan di wajah Rasulullah Saw, berusaha menenangkan hati junjungannya itu seraya berkata, ”Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di tangan-Nya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepadamu!”
Lalu, tiga orang Quraisy maju ke lapangan terbuka yang memisahkan kaum Muslim dan kaum Quraisy. Inilah kebiasaan orang Arab saat pertempuran akan dimulai: duel satu lawan satu. Tiga sahabat Rasul Saw, Hamzah, Ali bin Abu Thalib –dengan pedang bercabang dua yang diberi nama Zulfikar– dan Abu Ubaidah, menerima tantangan itu.
Pertarungan berlangsung seru. Akhirnya, Hamzah, Ali, dan Abu Ubaidah, memenangkan pertarungan. Dengan kemenangan ini semangat kaum Muslim semakin membara. Sebaliknya, kaum Quraisy semakin ketakutan.
Pertarungan pun kemudian berubah menjadi pertarungan umum. Dan, benarlah Abu Bakar Ash Shidiq Ra bahwa Allah Swt tak pernah mengingkari janji-Nya.

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
3:123 Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.


إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَن يَكْفِيَكُمْ أَن يُمِدَّكُمْ رَبُّكُم بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُنزَلِينَ

3:124 (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?”
بَلَىٰ ۚ إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ

3:125 Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.


وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِ ۗ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
3:126 Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِّنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنقَلِبُوا خَائِبِينَ
3:127
(Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.


Orang Mekah berhasil dipukul mundur. Mereka menderita kekalahan besar.