Sejarah bercerita, ketika Nabi sampai di Madinah, pertama sekali dikerjakan Nabi SAW adalah membangun Masjid Nabawi dengan membeli tanah seharga 10 dinar kepunyaan dua orang anak yatim Sahl dan Suhail berukuran 3 x 30 m. Bangunan yang sederhana itu hanya berdindingkan tanah yang dikeringkan, bertiangkan pohon kurma dan beratapkan pelepah kurma. Sebelah Timur bangunan Masjid Nabawi dibangun rumah Nabi SAW, dan sebelah Barat dibangun ruangan untuk orang-orang miskin dari kaum Muhajirin yang pada akhirnya tempat itu dikenal dengan tempat ahli Suffah (karena mereka tidur berbantalkan pelana kuda).
Baru pada tahun ke-7 H, Nabi mengadakan perluasan Masjid Nabawi ke arah Timur, Barat, dan Utara sehingga berbentuk bujursangkar 45 x 45 m dengan luas mencapai 2.025 m2 dan program jangka panjang untuk memperluas Masjid Nabawi seperti yang kita lihat sekarang ini diisyaratkan oleh Nabi SAW dengan sabdanya menjelang wafat, “Selayaknya kita memperluas masjid ini”.Hingga pada tahun ke-17 H, Amirul Mukminin Umar bin Khattab khalifah kedua, memperluas ke arah Selatan dan Barat masing-masing 5 m dan ke Utara 15 m, dan dilanjutkan oleh Usman bin Affan khalifah ketiga memperluas ke arah Selatan, Utara dan Barat masing-masing 5 m pada tahun ke-29 H.
Akhirnya pada masa Khalifah Bani Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik pada tahun 88 H, memperluas ke semua sisi Masjid Nabawi termasuk ke arah Timur (rumah Nabi) dan kamar-kamar isteri Nabi (hujurat) sehingga makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Siddiq, dan Umar bin Khattab termasuk bagian dari masjid dan berada di dalam masjid yang sebelumnya terpisah dari masjid.
Inilah yang menjadi pembahasan para ulama dan fukaha di dalam Fikih Islam, yaitu mendirikan bagunan seperti rumah kubah, madrasah, dan masjid di atas kuburan. Karena Nabi SAW bersabda , "Allah mengutuk umat Yahudi dan Nasrani yang membuat kuburan para nabi mereka menjadi masjid-masjid (tempat peribadatan)" (HR. Bukhari Muslim). Hadis di atas dipahami oleh sebagian ulama terutama di kalangan pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahab (Th. 1115 H/ 1703 M di Masjid Saudi Arabia, dan aliran ini disebut oleh para rivalnya sebagai aliran Wahabiyah, dan di Indonesia dengan aliran Salafi). Secara umum, tidak boleh melakukan kegiatan ibadah di atas kuburan, berdoa menghadap kuburan, dan membangun kubah di atas kuburan.
Sama ada di atas tanah wakaf atau di atas tanah pribadi. Sama ada untuk tujuan penghormatan atau mengambil berkah dan mengagungkan kuburan karena semua itu adalah perbuatan sia-sia sebagaimana dipahami oleh Sayyid Sabiq di dalam Fikih Sunnah-nya. Sejalan dengan tujuan berdirinya aliran Wahabiah ini untuk memurnikan Tauhid, aliran ini cukup gencar memusnahkan kubah-kubah yang dibangun di atas kuburan, batu-batu nisan yang bertuliskan nama-nama yang sudah wafat, ayat-ayat Alquran yang tertulis di batu-batu nisan, kuburan-kuburan para wali yang dikeramatkan agar jangan terjadi khurafat, syiruk dan bid’ah di dalam Tauhid dan ibadah umat ini. Dan siapa saja di antara umat Islam yang melakukan itu mereka bukan lagi penganut Tauhid yang sebenarnya, karena mereka meminta pertolongan bukan kepada Tuhan lagi, melainkan dari syekh atau wali dan dari kekuatan gaib, dan orang-orang yang demikian juga menjadi musyrik. Kenyataan itu dapat dilihat sampai sekarang, bagi jamaah haji yang berkunjung ke makam Rasul, ke Baqi’, ke Ma’la, ke Uhud, dimana para penziarah diusir karena mendoa menghadap ke kuburan Nabi SAW. Demikian juga bila kita berziarah ke Baqi’ dan Uhud, tidak ada satu kuburan pun yang diberi nama atau tanda untuk membedakan antara kuburan sahabat-sahabat yang senior, para ahli hadis, bahkan kuburan Aisyah dan isteri-isteri Nabi pun tidak dapat dibedakan. Kalau penziarah bertanya kepada para “Satpam” kuburan baqi’ mana kuburan isteri Nabi? Mana kuburan Usman bin Affan? Mereka hanya menjawab “ana la adri” (saya tidak tau).
Upaya Wahabi untuk memurnikan Tauhid umat Islam lewat pemusnahan simbol-simbol kuburan, batu nisan, dan kubah-kubah yang dibangun di atas kuburan dilakukan secara besar-besaran pada masa Raja Abdul Azis. Tepatnya pada 8 Syawal 1345 H, bertepatan 21 April 1925 M, dimana kuburan baqi’ yang tersusun rapi di sana dimakamkan ahlil bait Nabi dan puluhan ribu para sahabat, termasuk kuburan Khadijah isteri Nabi yang pertama ummul mukminin (ibu dari orang-orang beriman) di Ma’la – Makkah, semuanya rata dengan tanah. Terakhir ada seorang manusia yang memanjat kubah hijau Masjid Nabawi untuk dihancurkan, lalu disambar petir secara tiba-tiba dan mati. Mayatnya melekat pada kubah hijau tersebut dan tidak dapat diturunkan sampai sekarang. Syekh Zubaidy, ahli sejarah Madinah menceritakan ada seorang sholeh di kota Madinah bermimpi, dan terdengar suara yang mengatakan “Tidak ada satu orang pun yang dapat menurunkan mayat tersebut, agar orang yang belakangan hari dapat mengambil, i’tibar”.
Hingga sekarang mayat tersebut masih ada dan dapat disaksikan langsung dengan mata kepala. Bagi yang tidak dapat berkunjung ke sana dapat mengakses internet google “Ada Mayat di atas Kubah Masjid Nabawi”. Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini, terlepas dari kebenarannya, bahwa kembali kepada Tauhid yang murni seperti zaman Rasul SAW adalah tujuan dari dakwah Islam dan misi para Rasul dan umat Islam mesti menerimanya, jika tidak ingin menjadi orang musyrik. Akan tetapi pemeliharaan nilai sejarah dan para pelaku sejarah juga penting, karena Allah berfirman , Sungguh di dalam sejarah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal (QS. Yusuf , 111). Akhirnya jika pelaku sejarah tidak boleh dikenang, tidak dimuliakan, tidak dihormati, kuburannya diratakan, bagaimana kita mengambil pelajaran dari sejarah tersebut?
Adapun maksud Nabi SAW, Allah mengutuk Yahudi dan Nasrani menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, adalah menyembah kuburan. Semoga kita dapat pelajaran. Wallahua’lam
H.M. Nasir, Lc, MA (Penulis adalah Pimpinan Pondok Pesantren Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batubara, Pembantu Rektor IV Universitas Al Washliyah/ UNIVA Medan )
Terimakasih infonya semoga bermanfaat
BalasHapusada sumber dari http://pulsk.com/205940/Benda-di-atas-kubah-hijau-masjid-Nabawi-bukanlah-jenazah-orang-salafi-wahabi.html
BalasHapusBenda di atas kubah hijau masjid Nabawi bukanlah jenazah orang salafi wahabi
MADINAH (Suara Karya): Isu soal benda aneh di Kubah Hijau, Masjid Nabawi, mengundang perdebatan berbagai kalangan. Sebagian menyebut barang misterius itu adalah jenazah yang disambar petir. Sang pendosa itu tewas ketika mencoba menghancurkan atap makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, serta sahabat Abu Bakar Al-Shiddiq RA dan Umar bin Khattab RA.
Dipandu petugas haji M Noor C (MNC), Tim Media Center Madinah (MCH), di Madinah, Arab Saudi, baru-baru ini, mencoba memotret objek tersebut. "Inilah yang diinformasikan sebagai jenazah yang disambar halilintar dan tak bisa diturunkan dan terpaksa dikubur di atas kubah. Ini sebagai pelajaran bagi orang yang mencoba meluluhlantakkan peninggalan sejarah Islam," ujar MNC yang mengaku sudah 20 tahun tinggal di Arab Saudi.
Benda berbentuk keranda yang ditutupi kain dan diikat dengan tali itu, bisa dilihat dari pelataran depan Masjid Nabawi. Tepatnya, sekitar 10 meter dari Kubah Putih yang berada di atas kantor imam dan pengurus Masjid Nabi. Seperti diketahui, Kubah Hijau adalah 'payung' yang menutupi pusara Rasul yang bersebelahan dengan tempat suci Raudhah.
Untuk menjawab pro-kotra itu, Tim MCH berupaya menggali informasi. Antara lain, dari www.metafisis.wordpress.com yang memuat analisis Mahrus Ali bertema Membongkar Kebohongan tentang Mayat di Kubah Makam Rasulullah SAW. Mahrus berpendapat, isu itu pertama kali disebarkan situs pengikut Syiah.
Kabar burung yang dimuat www.m-mahdi.com itu, tutur dia, bersumber dari seorang tokoh bernama Azzubaidi. "Tapi, itu pernyataan tanpa bukti dan sulit dicerna oleh logika, baik nalar ilmiah maupun agama," ucapnya.
Dalam tulisan yang dipublikasikan 23 Juni 2011 tersebut, Mahrus menjelaskan, bahwa slot yang tampak pada kubah sebenarnya adalah pintu atau jendela darurat untuk membersihkan bagian dalam atap bangunan kuno itu. "Ini dibangun di era Turki Utsmani (Ottoman) sebagai peninggalan asli. Namun, sekarang dikunci dan tak digunakan lagi," ujarnya.
Mahrus menjelaskan, bahwa lubang atau jendela darurat itu disebut Alrosenh. "Itu dibuat khusus untuk membersihkan bagian dalam kubah, tetapi sekarang ditutup dan tidak dipakai lagi," ucapnya.
Mahrus menambahkan, PT Bin Ladin sebagai salah satu perusahaan yang bertanggung jawab mengelola Dua Kota Suci Mekah dan Madinah, pernah menglarifikasi masalah ini. Dengan tegas ia menyimpulkan, pertama, bahwa gundukan di atas Kubah Hijau bukan mayat, melainkan slot atau Alrosenh yang berfungsi untuk membersihkan ruang dalam bagian atas makam Nabi.
(Yudhiarma)
Tambahan.
Misteri Kubah Hijau Masjid Nabawi ?
Antum masih ingat fitnah tentang â??Kuburan Wahhaby di atas Kubah Hijau Masjid Nabawiâ?? yang dulu pernah saya share gambar/fotonya??? nhah di sini saya langsung memperlihatkan Videonya para pekerja yang sedang membersihkan kubah hijau tersebut yang dibawahnya adalah Makam Rasulullah shallallahu â??alaihi wa sallam.
Banyak pemberitaan palsu yang dibawakan oleh para pengikut Ahlul Bidâ??ah, Kaum Sufi, Ahbash dan bahkan Kaum Syiâ??ah yang mengatakan bahwa di atas kubah itu terdapat kuburan seorang â??Salafy Wahabiâ?? yang melekat/menempel dikubah hijau masjid Nabawi, karena konon ceritanya seorang wahabi itu hendak merobohkan, menghancurkan kubah tersebut, kemudian seorang wahabi itu di sambar petir dan mati melekat di sana.
Dan konon katanya (Qiila Wa Qoola) penjaga makam Rasulullah itu bermimpi agar seorang Wahabi yang mati di sana untuk tidak di ambil, tidak dimandikan, tidak dikafani, tidak disholatkan dan tidak dikuburkan jenazahnya selayaknya seorang muslim. Jenazahnya harus tetap menempel di situ Dengan maksud untuk peringatan bagi semua kaum Muslimin. Naâ??udzubillahi min dzaalikâ?¦.
Ini adalah berita PALSUâ?¦..!!!!
kepada pemilik blog,mohon berita ini dihapus,anda telah menyesatkan ummat...anda akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan ALLAH Azza wa jalla kelak
BalasHapus