@BKS hadir untuk mengungkap KEKRISTENAN yang dianggap TABU ...TINGGALKAN JEJAK ANDA DI KOLOM KOMENTAR ...terima kasih....

Kamis, 18 Agustus 2011

Sumpah Paus Benedict XVI : Tentang Adanya Holocaust

Pada tanggal 25 Januari 1904, Theodor Herzl menyempatkan diri bertemu dengan Paus Pius X untuk meminta bantuan Vatikan terhadap perusahaan bisnis hiburan Zionis. Paus mengangkat tangannya, tapi Herzl mengacuhnya, ia tidak menciumnya sama sekali layaknya orang Barat yang selalu melakukan kebiasaan itu pada Paus.



Herzl, bapak modern Zionis, langsung menyatakan pikirannya, dan ternyata tanggapan Paus mengecewakan Herzl. "Kami tak bisa memberi restu gerakan Zionis. Gereja tak akan pernah bisa mengontrolnya. Yahudi tak pernah bisa mengenali Tuhan kami, maka kamipun tak bisa mengenali orang Yahudi."
Untuk bertahun-tahun lamanya, Gereja terus berada dalam sikap seperti ini. Tahun 1965, Second Vatican Council's Nostra Aetate sebagai lembaga tertinggi kedua Vatikan, bahkan menyatakan jika orang Yahudi bertanggung jawab atas kematian Yesus. Pada tahun 1986, John Paul II menjadi Paus pertama di zaman modern yang mengunjungi sinagog, dan dia menyebut Yahudi sebagai "saudara kami tercinta." Dan tahun 1994, Vatikan menjalin hubungan diplomatik dengan negara Yahudi.
Pararel dengan berbagai kemajuan dalam hal ini, namun ada beberapa "hal buruk" yang terjadi. Di akhir tahun 1980an, John Paul II dua kali bertemu dengan Kurt Waldheim. Presiden Austria yang menganut paham fasis Nazi. Gereja kemudian mengirim sekelompok biarawati Carmelite ke Auschwitz. Dan 16 September 1982, Paus John Paul II bertemu dengan Yasser Arafat, jauh sebelum PLO terbentuk. Paus masih bertemu dengan Arafat 10 kali lagi setelah itu.
Benedict XVI adalah yang paling menjengkelkan. Tahun 2005, ia mengecam kekejaman teroris laten dan menyembunyikan kenyataan tewasnya 75 orang Israel pada aksi Intifada kedua. Tahun 2007, Benedict menyingkirkan Paus Pius XII (orang Yahudi menyebutnya sebagai Paus Hitler). Tahun lalu, dia memperkenalkan kembali Tridentine Mass, yang oleh Nostra Aetate telah dianggap kuno. Tridnetine Mass adalah sebuah ritual yang di kalangan Kristen dianggap sebagai rekonsiliasi antara Kristen dan Yahudi. Benedict telah merevisi kalangan konservatif Katolik.
Selama Operation Cast Lead, seorang kardinal senior Vatikan, Renato Martino, menyebut Hamas sebagai "kamp konsentrasi besar". Tapi Desember 1998 terjadi hal yang membuat hubungan Katolik-Yahudi di titik Nadir. Yahudi sama sekali tidak peduli dengan segala isu teologi yang terjadi di gereja jika tidak ada efek buat mereka. Salah seorang uskup yang tergabung dalam Komunitas Paus Pius X, Richard Williamson, menyangkal tragedi Holocaust. Seseorang dalam hirarki Vatikan tak sekalipun menegur Williamson. Sesaat setelah kecaman memuncak, dan Kanselir Jerman Angela Merkel memaksa Benedict untuk membuat penolakan atas pernyataan Williamson akan Holocaust, barulah Benedict yang kelahiran Jerman ini bertindak. Satu-satunya hal baik dari Benedict adalah dia juga menolak Mahmud Ahmadinejad.
Sebagai lambang supremasi kedigjayaan Yahudi, Jerusalem Post menggalang massa menjembatani komunitas Yahudi dan Vatikan, dan membuat Williamson mengakui Nostra Aetate, dan membuatnya mengeluarkan pernyataan bahwa ia mengakui adanya Holocaust. Usaha ini berhasil.
Kamis kemarin, para pemimpin Yahudi seluruh AS bertemu dengan Paus Benedict di Roma. Audiensi ini sebenarnya akan dilangsungkan sebelum kontroversi Williamson. Sekarang, jelas terasa bahwa Paus Benedict ingin menghapus rasa bersalahnya. Sang Paus berkata, "Semua hal yang menyangkal Holocaust sungguh tak bisa ditoleransi. Ini harus menjadi hal jelas bagi siapapun, terutama bagi mereka yang berdiri di balik tradisi Injil." Dia kemudian menambahkan, kata demi kata, bahwa Paus John Paul ketika mengunjungi Tembok Barat tahun 2000 meminta agar orang Yahudi memaafkan umat Kristen yang telah memenjarakan mereka selama berabad-abad lamanya. "Sekarang saya mengatakannya langsung."
Yahudi tentu menyambut niat baik Paus. Dalam tradisi Yahudi, seperti yang diketahui oleh Paus, pengampunan menuntut bukan hanya pengakuan, tapi juga penghentian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar